Pelatihan Pendidik Kewirausahaan

Baru sempat menuliskan ini, tetapi semoga ilmu nya masih memberikan kebermanfaatan untuk sesama. Amin yra 🙂

Kegiatan pelatihan pendidik kewirausahaan ini adalah hasil kerjasama MGMP Prakarya dan Kewirausahaan jenjang SMA dengan Universitas Podomoro yang diadakan dari tanggal 21-22 Februari 2017. Hari pertama, diawali dengan pembukaan oleh Ibu Dr. Susy Fatena Rostiyanti wakil rektor bidang akademik podomoro university. Dalam sambutannya Ibu Susy menceritakan sedikit mengenai universitas Podomoro. Podomoro adalah universitas yang berbasis kewirausahaan. Untuk menunjukkan komitmennya tersebut universitas Podomoro berkolaborasi dengan Babson College dari Amerika Serikat. Babson College adalah perguruan tinggi kewirausahaan nomor satu di Amerika. Kurikulum kewirausahaan yang diterapkan pada semua program studi di Universitas Podomoro merujuk dan setara dengan kurikulum Babson College.

Acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh Bapak Duta sebagai wakil ketua tim MGMP. Sedianya pembukaan akan disampaikan oleh Bapak Bintoro sebagai ketua tim MGMP namun karena Beliau berhalangan maka diwakilkan oleh Bapak Duta. Dalam sambutannya, Beliau menyatakan harapannya terutama kepada guru-guru agar mengambil ilmu sebanyak mungkin dari para pakar kewirausahaan yang akan berbagi ilmunya di sini. Hal itu bukan karena tanpa alasan. Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) adalah mata pelajaran baru yang dimasukkan ke dalam kurikulum tiga belas (Kurtilas) untuk menggantikan mata pelajaran TIK yang dihapuskan oleh menteri pendidikan kebudayaan Muhammad Nuh. Tentu bukan tugas yang mudah bagi Guru yang mengampu mata pelajaran ini, apalagi saat itu silabus untuk mata pelajaran PKWU beberapa kali mengalami perubahan. Sementara itu, guru yang mengampu mata pelajaran PKWU berasal dari berbagai disiplin ilmu. Maka, tak heran jika masing-masing Guru memiliki persepsi yang berbeda ketika mengajarkan mata pelajaran PKWU disesuaikan dengan ilmu akademik mereka masing-masing. Salah? Tentu tidak. Karena, ilmu kewirausahaan memang tidak terbatas pada satu disiplin ilmu saja. Namun dapat diterapkan ke dalam berbagai bidang ilmu dan bersinergi dengan ilmu lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan pelatihan kewirausahaan ini diharapkan Guru dapat menemukan kesamaan visi dalam mengajarkan PKWU kepada peserta didiknya nanti.

Hari pertama berisi sesi Pengenalan Konsep Kewirausahaan: Entrepreneurial Thought & Action oleh Bapak Jonathan Gultom.
Nah, ada pertanyaan menarik yang diajukan oleh Pak Gultom, yakni, apa yang ada di pikiran kita pertama kali mendengar kata kewirausahaan. Guru-guru yang antusias berebut ingin menjawab pertanyaan tersebut :). Intinya, kebanyakan kita akan mengkaitkan kewirausahaan dengan aktivitas menjual. Menurut Pak Gultom, di jenjang sekolah menengah seperti SMA, mengajarkan kewirausahaan adalah mengajarkan siswa untuk berani menggali ide dan menemukan kesempatan. Pak Gultom bilang, jangan pernah meremehkan ide yang gila sekalipun (setuju 🙂 ). Barangkali ide itu tampak tak mungkin namun dengan pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sesuatu yang tak mungkin di jaman kita bisa menjadi mungkin di jaman mereka kelak. Jadi, apa unsur terpenting dalam pengajaran PKWU? Yup, dorong siswa untuk menggali ide-ide yang mereka miliki sebanyak mungkin untuk membantu memecahkan masalah yang ada di sekitarnya.

Bagaimana caranya? Design Thinking
Design thinking adalah proses menciptakan ide-ide baru dan inovatif yang dapat memecahkan masalah.

Untuk memunculkan ide tersebut ada lima tahap yang harus dijalani, yaitu empatize, define, ideate, prototype, dan test. Design thinking pada dasarnya mengedepankan pendekatan kepada manusia.

Design thinking selanjutnya akan berguna bagi perusahaan-perusahaan yang baru berdiri (startup) untuk membuat model bisnis mereka ketika membuat perencanaan usaha. Nah, untuk model bisnis materi akan diberikan pada hari kedua.

Saya sendiri telah menerapkan pembelajaran model bisnis lean canvas kepada murid-murid saya sejak tahun ajaran lalu (materi pengajaran PKWU saya bisa dilihat dan dibaca di sini). Di pelatihan ini model bisnis yang diajarkan adalah model bisnis Canvas yang banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah stabil dan besar. Namun demikian perbedaanya tidak banyak dengan lean canvas. Sementara untuk design thinking saya belum menerapkannya di kelas. Selain karena saya belum tahu sebelumnya dan juga KBM yang sudah berjalan setengahnya. Namun, insya Allah tahun ajaran baru ini saya berniat memberikan dan mengaplikasikannya kepada murid-murid saya. Wah, sudah tak sabar :). Pasti banyak ide menarik yang bisa diciptakan oleh murid-murid saya nanti… hehehe.

Secara singkat, kegiatan ini sangat membantu saya dalam memetakan pengajaran Prakarya dan Kewirausahaan kepada murid-murid. Sungguh saya merasa beruntung telah mengikuti kegiatan pendidikan pelatihan kewirausahaan ini. Terima kasih, Podomoro 🙂

Tertarik menjadi seorang entrepreneur? Kenapa tidak kuliah di Podomoro :), dosennya para pakar kewirausahaan yang sudah malang melintang di belahan dunia, pasti banyak sekali ilmu yang bisa kamu peroleh. Nggak rugi deh kayanya 🙂

PKWU

Perkembangan teknologi yang sangat pesat membawa pengaruh ke dalam berbagai bidang, tak terkecuali dunia usaha. Belajar berwirausaha di era digital akan memberikan banyak peluang dan kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha jika pelaku bisnis dapat menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan teknologi dan informasi dengan baik.

Itulah sebabnya dalam pemelajaran PKWU di ruang kelas saya berusaha menyisipkan pengetahuan TIK kepada siswa-siswa saya. Semisal mengajarkan bahasa pemformatan HTML. Pengetahuan HTML diperlukan untuk membuat toko online. Toko online ini akan menjadi wadah setiap kelompok (setiap perusahaan) untuk memasarkan produk mereka. Siswa juga bisa belajar berinteraksi (membuat networking) dengan konsumen secara langsung melalui sosial media dan instant messenger. Selain itu siswa dapat mengoptimalkan layanan online advertising lainnya seperti membuat fanpage di facebook, dan lain-lain.

Tentu, pemasaran konvensional tetap dilakukan, antara lain dengan membuat media promosi offline seperti brosur, kartu nama, dan sebagainya.

Dunia seputar e-commerce dan startup juga menjadi tambahan materi pengajaran saya kepada peserta didik. Jangan lupa, siswa kita adalah generasi Z, yang sejak dini sudah bersentuhan dengan teknologi. Beberapa siswa saya banyak yang menggunakan layanan instagram untuk berjualan. Ada juga yang menjadi dropshipper atau reseller dan memasarkan produknya melalui market place.
Maka tak ada alasan bagi kita untuk menafikan keberadaan TIK. Dalam berbagai bidang apapun maka peranan teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa diabaikan.

Seputar kegiatan saya mengajarkan PKWU kepada murid-murid dapat dilihat di blog saya yang ini.

Oya, contoh RPP PKWU kelas X saya bisa diunduh di sini.
Semoga bermanfaat 🙂

Educational Activities

Bulan Mei lalu partner mengajak saya untuk menghadiri konferensi di Bali. Seperti biasa ini acaranya IEEE. Dikutip dari laman Wikipedia, IEEE adalah organisasi internasional yang beranggotakan para insinyur, dengan tujuan untuk mengembangan teknologi untuk meningkatkan harkat kemanusiaan. Sebelumnya IEEE memiliki kepanjangan yang dalam Indonesia berarti Institut Insinyur Listrik dan Elektronik (Institute of Electrical and Electronics Engineers).

Yang saya sukai dari mengikuti acara IEEE (walaupun saya bukan anggota), yaitu saya bisa ikut mencuri dengar ilmu pengetahuan dan kabar terbaru teknologi dengan mendengarkan kuliah dari para pembicara yang ahli di bidangnya. Biasanya sih ada sesi untuk umum dimana saya bisa masuk mendengarkan :).

Apa yang saya peroleh sedikit banyak bermanfaat untuk bahan tulisan dan materi mengajar. Saya sendiri banyak belajar dari laman ieee educator di sini. Lesson plan nya bagus-bagus. Bisa menambah wawasan kita untuk mengajar, terutama karena saya mengampu mata pelajaran ICT (dulu) serta Prakarya dan Kewirausahaan saat ini. Saya memilih aspek Rekayasa, yang di dalamnya banyak bersentuhan dengan teknologi dan elektronika. Buat saya yang tidak mempunyai latarbelakang akademik teknik maka pembelajaran melalui interaksi dengan organisasi IEEE ini sangat membantu.

Oya, apakah aspek lain dari mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan tidak membutuhkan interaksi dengan teknologi? Dari pengalaman bersama murid saya menyadari bahwa mereka menyukai teknologi. Tidak mengherankan karena mereka adalah generasi digital yang sejak lahir sudah bersentuhan dengan teknologi. Jadi, bagi mereka sangat membosankan jika kita hanya membuat produk lalu menjualnya secara konvensional. Sama membosankannya jika mereka harus belajar dengan cara-cara lama.

Murid saya pernah bilang, “Ibu, saya suka Prakarya kalau ada komputernya :).

Oke, apa yang saya dapat dari conference bulan Juni lalu? Ini dia sebagian slide dari tema Kegiatan Pendidikan yang dilakukan IEEE untuk sekolah setingkat SMA.

IMG_4931

IMG_4932
IMG_4933

IMG_4934
IMG_4936

IMG_4937
IMG_4938

Ide dan gagasan dari slide di atas bisa kita terapkan sendiri untuk murid-murid kita sendiri juga, bukan? 🙂

Oya, ada sesi menarik sekaligus spesial, karena kali kemarin Dr Van Meter penulis buku Quantum Networking hadir memberikan kuliah mengenai Quantum Networking. Saya memang belum pernah membaca bukunya namun partner pernah sekilas membahas itu. Memang sih saya tidak sepenuhnya memahami tetapi saya bisa tanya partner nanti :). Namun yang membuat saya kagum adalah cara Beliau memberikan kuliahnya. Presentasi diberikan dengan pemahaman yang sederhana, sehingga orang awam seperti saya bisa mengikuti. Saya bahkan bisa senyum-senyum ketika slide menampilkan gambar teknologi teleportasi dalam film Startek untuk menerangkan quantum.

Beruntungnya berkenalan dengan orang-orang seperti ini adalah kita senantiasa terdorong untuk belajar hal-hal menarik. Sore selesai acara partner mengajak si prof dan satu orang kawannya untuk meluangkan waktu sejenak melihat-lihat Bali. Saya berkesempatan mengobrol juga dengan Beliau dengan bahasa inggris saya yang seadanya aja deh :). Barangkali karena si prof ini lama tinggal di Jepang dan bergaul dengan orang Asia maka dia berbicara dengan bahasa inggris yang jernih dan tidak terburu-buru. Tentu saja ini menguntungkan saya.. hehe :).

IMG_4951

IMG_4952

Penyusunan RPP Kurtilas (Revisi Mei 2016)

Hasil In House Training Revisi Kurikulum 2013 pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2016 adalah penyusunan RPP dari setiap mata pelajaran yang diampu oleh masing-masing Guru. Nah, berikut ini akan saya lampirkan file-file yang dibutuhkan untuk membuat RPP beserta panduan cara penyusunannya.

File yang harus disiapkan:
1. KI dan KD untuk mata pelajaran yang diampu.
2. Kata Kerja Operasional (KKO) Taksonomi Bloom.
3. LK 1.1 Analisis SKL-KIKD-Silabus.
4. LK 1.2 Analisis Materi Pembelajaran dalam Buku Teks.
5. LK 1.3 Analisis Penerapan Model Pembelajaran.
8. LK 1.4 Analisis Penilaian dan Hasil Belajar.
9. LK 2 Analisis dan Perancangan RPP.
10. LK 3 Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian.
11. LK 4 Pengolahan dan Pelaporan Hasil Belajar.
12. Rangkuman Bloom dan KKO
13. Silabus.

Kesemua file di atas dapat diunduh di sini.

Panduan penyusunan RPP
Untuk menyusun RPP dapat dimulai dengan mengerjakan setiap lembar kerja (LK) yang disediakan di atas.
1. Pertama, buka file KIKD untuk mata pelajaran Anda. Sebagai contoh di bawah ini adalah tampilan KIKD mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X Aspek Kerajinan.
KIKD
2. Selanjutnya, mulai dengan membuka file LK 1.1. Perhatikan dan baca baik-baik keterangan yang disampaikan. Kemudian agar lebih mudah simpan file LK 1.1 dengan nama baru, misal: Silabus Prakarya Kelas X. Hapus keterangan yang tidak diperlukan.
iht1b
3. Mulai dengan mengisi informasi yang ada pada tabel. Untuk kolom KI, dapat menyalin kompetensi inti pada ranah pengetahuan (3) yang terdapat di file KIKD. Rekatkan (paste) di LK 1.1 atau file yang telah Anda beri nama baru tadi (dalam contoh di atas, nama file baru Silabus Prakarya). Lakukan hal yang sama untuk Kompetensi Dasar Pertama (KD 3.1).
iht2
Demikian pula untuk Materi Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran yang dapat dilihat pada file kerangka kurikulum (Silabus Diknas). Untuk kegiatan pembelajaran pilih salah satu kegiatan yang ingin kita gunakan dalam KBM.
iht1
4. Untuk mengisi kolom IPK, maka kita harus memperhatikan kata kerja operasional yang digunakan pada capaian kompetensi dasar. Sebagai contoh, di KD 3.1 kata kerja operasional yang digunakan adalah: memahami karakteristik kewirausahaan dstnya. Maka di sini artinya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada kompetensi dasar tersebut (KD 3.1) adalah siswa mampu memahami pengertian kewirausahaan. Perhatikan Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom untuk ranah pengetahuan, pemahaman berada di kolom C2-Pemahaman. Maka untuk menentukan indikator, kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah semua kata kerja operasional yang berada di kolom C2 ke atas. Sebagai contoh, saya menuliskan menguraikan pengertian kewirausahaan. Artinya siswa dikatakan telah memahami pengertian kewirausahaan jika ia dapat menguraikan dengan jelas definisi kewirausahaan. Nah, nyambung, bukan? Hehe 🙂
5. Selanjutnya untuk kolom Rencana Penilaian, pilih jenis penilaian yang ingin Anda lakukan. Misal tertulis bentuk essay untuk ranah pengetahuan dan sebagainya.
6. Untuk kolom Pelaporan apakah tugas berupa jurnal, slide, tabel pengamatan yang semuanya termasuk ke dalam portofolio. Jadi, bisa dicantumkan portofolio (slide) jika anak mengumpulkan tugas dalam bentuk slide.
7. Jangan lupa, lanjutan berikutnya untuk KD adalah ranah psikomotor. Karena KD harus berpasangan, Pengetahuan berpasangan dengan Psikomotor. KD 3.1 pasangannya KD 4.1 dan seterusnya.
8. Capek juga ya nulis ini.. hehe. Masih banyak banget LK yang harus dikerjakan untuk akhirnya bisa sampai ke penyusunan RPP. Idealnya memang semua LK harus dikerjakan untuk akhirnya kita dapat dengan mudah salin dan rekat ke dalam format RPP. Namun kalau tidak banyak waktu ya boleh-boleh saja sih langsung ke penyusunan RPP nya dengan sedikit berpusing-pusing ria 🙂

Nah, ini hasil pembuatan RPP saya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 71
Mata pelajaran : Prakarya dan Kewirausahaan
Kelas/Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)
Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar
3.1 Memahami karakteristik kewirausahaan (misalnya berorientasi ke masa depan dan berani mengambil risiko) dalam menjalankan kegiatan usaha
3.2 Mengidentifikasi karakteristik wirausaha berdasarkan keberhasilan dan kegagalan usaha

Indikator
3.1.1 Menguraikan pengertian kewirausahaan, macam-macam kualitas dasar dan kualitas instrumental wirausaha yang berhasil dan gagal
3.1.2 Membuat dasar pengelompokkan karakteristik keberhasilan dan kegagalan seorang wirausahawan

C. Materi Pembelajaran
• Kualitas dasar
• kualitas intrumental
• Cara-cara pengembangan
• Skill seorang wirausahawan
• Keberhasilan dan kegagalan wirausahawan

D. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
• Berdoa, mengkondisikan kesiapan peserta didik agar lebih kondusif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, (memeriksa kerapihan, kebersihan kelas, absensi, agenda kegiatan, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan).
• Guru memberikan motivasi, dan sikap spiritual yaitu bersyukur karena bisa mendapatkan berbagai nikmat.
• Guru menyampaikan Topik yang akan dipelajari dan menyampaikan kompetensi yang akan di capai.
• Guru menggunakan buku teks dari berbagai sumber ( yang sudah disahkan kemendikbud )

b. Kegiatan Inti
• Siswa membaca atau menonton video tentang kisah sukses dan kegagalan seorang wirausaha
• Siswa mendiskusikan pengertian kewirausahaan, macam-macam kualitas dasar dan kualitas instrumental wirausaha yang berhasil dan gagal.
• Siswa mengasosiasiakan konsep kewirauisahaan dengan karakteristik wirausaha yang gagal dan berhasil.
• Siswa menyimpulkan konsep kewirausahaan, kualitas dasar dan kualitas instrumental wirausaha yang berhasil dan gagal.
• Siswa mengkomunikasikan pengertian kewirausahaan dan karakteristik wirausaha yang berhasil dan gagal.

c. Kegiatan Penutup
• Guru memberi penguatan.
• Guru memberikan refleksi.
• Guru menyampaikan materi yang akan datang.

E. Teknik penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
a. Aspek yang di nilai: Pengetahuan
b. Teknik penilaian: Tertulis (Essay)
c. Instrumen (terlampir)
d. Rubrik Penilaian (terlampir)

2. Penilaian Keterampilan
a. Aspek yang di nilai: Unjuk kerja
b. Teknik penilaian: Menggunakan rubrik
c. Instrumen (terlampir)
d. Rubrik Penilaian (terlampir)

F. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/alat: internet, buku
2. Bahan: buku teks, artikel
3. Sumber Belajar:

Jakarta, 18 Juli 2016
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Lampiran-lampiran:
1. Materi Pembelajaran Pertemuan 1
2. Instrumen Penilaian Pertemuan 1
3. Materi Pembelajaran Pertemuan 2
4. Instrumen Penilaian Pertemuan 2

Kata Kerja Operasional (Baru) Taksonomi Bloom

Bulan puasa ini jadwal di sekolah sangat padat. Berbagai kegiatan dari remedial, pengolahan nilai, input nilai SIP, rapat ini itu, IHT, PPDB, MGMP, sampai jadwal berbuka puasa semuanya ada :). Oke, kali ini cerita mengenai IHT Revisi Kurikulum yang diadakan pada hari Selasa dan Rabu, 21 dan 22 Juni 2016.

Materi untuk revisi kurtilas diisi dengan Analisis KI, KD dan membuat IPK, Model-model pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar serta dilanjutkan dengan penyusunan RPP. Hasil dari pelatihan ini sejatinya adalah para pendidik berhasil menyelesaikan satu contoh format RPP (revisi).

Nah, ada baiknya sebelum masuk ke dalam penyusunan silabus dan RPP mengingat sekilas tentang taksonomi Bloom. Rekan-rekan yang berprofesi sebagai pendidik pasti sudah akrab dengan istilah ini. Taksonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.

Taksonomi untuk tujuan pendidikan adalah kategorisasi tujuan pendidikan yang digunakan untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Taksonomi Bloom merujuk kepada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain dan setiap ranah atau domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain, yaitu:
1. Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro pun menggambarkan hal yang sama dalam ungkapan cipta, rasa, dan karsa. Atau ada juga yang menyebutnya dengan: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Taksonomi merupakan kriteria yang digunakan oleh Guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam setiap aspek taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang ingin dicapai melalui suatu pembelajaran. Kata kerja operasional diperlukan oleh Guru saat menyusun silabus dan RPP.

Berikut ini adalah contoh kata kerja operasional dari masing-masing ranah.
Tabel kata operasional ini hasil dari In House Training Revisi Kurikulum.

Kata Kerja Operasional (Baru), Taksonomi Bloom untuk ranah Kognitif (Pengetahuan)
taksonomi bloom

taksonomi bloom2

Kata Kerja Operasional, Taksonomi Bloom untuk ranah Psikomotorik (Keterampilan)
Bloom-psikomotor

Kata Kerja Operasional, Taksonomi Bloom untuk ranah Afektif (Sikap)
Bloom-afektif

Bagaimana cara aplikasi penggunaan kata operasional di atas untuk penyusunan silabus dilanjut nanti ya. Yang punya blog mau buka puasa dulu 🙂

Balsamiq Mockup

Mockup artinya model atau replika mesin atau struktur, yang digunakan untuk tujuan instruksional atau eksperimental.

Balsamiq mockup adalah program aplikasi yang digunakan dalam pembuatan tampilan user interface sebuah aplikasi. Software ini sudah menyediakan tools yang dapat memudahkan dalam membuat desain prototyping aplikasi yang akan kita buat. Software ini berfokus pada konten yang ingin digambar dan fungsionalitas yang dibutuhkan oleh pengguna.

Alih-alih menggambar sketsa (wireframe) atau prototype rancangan desain website di atas kertas balsamiq mockups membantu seorang web desainer membuat tampilan web dalam bentuk gambar di komputer. Tujuannya selain agar membuat tampilan (desain) website menarik juga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan customer (pelanggan). Dengan alat pembuat mockup maka seorang web desainer dapat menganalisa tata letak, desain dan fungsi.

Contoh komponen user interface pada Balsamiq Mockups. (sumber: https://balsamiq.com/products/mockups/)

mockups

Kelebihan Balsamiq Mockups dibanding software pembuat mockup lainnya adalah aplikasi ini berbasis cloud, disertai aplikasi desktop yang memungkinkan kita dengan cepat dan mudah membuat rancangan website. Dengan konten yang terbuat seperti dari gambaran tangan, akan membuat kita fokus pada pemecahan masalah user interface yang lebih besar, daripada pada perincian website. Di websitenya sendiri ada dua pilihan untuk para pengguna, ada versi trial for dekstop dan ada juga yang bisa kita download untuk versi dekstop. Namun ada juga yang disediakan dalam versi berbayar. Aplikasi ini bisa digunakan untuk sistem operasi Windows, Mac OS, dan Linux.
Aplikasi ini dapat diunduh di laman mereka di sini.

Aplikasi ini sedianya akan saya kenalkan kepada murid-murid dalam pembelajaran pemrograman web sebagai lanjutan dari materi semester gasal.

referensi:
1. http://www.kaskus.co.id/thread/52e874abfaca179724000049/9-aplikasi-mockup-website-bagi-web-desainer/

Strategi Pengajaran

Saya tidak tahu nama metode atau strategi yang saya gunakan di dalam aktivitas saya belajar bersama murid. Namun saya berkeyakinan setiap Guru secara naluri akan mencari solusi dari setiap kesulitan belajar siswa-siswanya. Tidak ada Guru yang bahagia ketika melihat muridnya merasa gagal, bukan?

Di dalam buku Diferensiasi dituliskan bahwa kompetensi guru yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi diferensiasi adalah penguasaan rupa-rupa strategi pembelajaran, salah satunya memvariasikan besaran kerja kelompok.
Berikut ini adalah strategi yang pernah saya terapkan yaitu dengan membuat kelompok berpasangan. Strategi ini saya lakukan dengan tujuan untuk menguji pemahaman terhadap materi yang saya ajarkan. Saat itu saya ingin memastikan siswa memahami konsep table di dalam pembuatan web. Table adalah kunci untuk membuat sebuah web.

Murid di dalam kelas berjumlah 36. Saya menyiapkan 18 variasi format table. Saya membagi siswa ke dalam kelompok berpasangan. Karena murid saya sudah cukup besar (SMA) maka saya membebaskan mereka untuk mencari pasangan kelompoknya dengan syarat yang sudah merasa mengerti tabel berpasangan dengan yang belum memahami. Tidak sepenuhnya saya bebaskan karena diam-diam ada juga yang mencari kawan dengan kemampuan yang sama ;-). Setiap pasangan di dalam kelompok mendapatkan satu lembar format table. Mereka bekerja berpasangan dan memastikan bahwa pasangan mereka paham. Bersama-sama mereka menuliskan skrip table di buku dan memeriksanya di komputer.

Strategi ini saya pandang cukup efektif dengan bercermin dari hasil tes selanjutnya yang saya berikan. Siswa juga terlihat aktif, saling belajar serta melakukan refleksi belajar sendiri. Dengan kelompok berpasangan saya mengamati bahwa kemampuan sosial anak-anak seperti kepedulian dan tolong menolong terasah.

Oya, saya juga pernah menerapkan strategi belajar bersama tutor sebaya untuk seluruh kelas. Jadi, ketika itu di dalam satu kelas terdapat dua siswa saya yang menyukai pemrograman web. Setiap saya mengajar kedua anak ini sudah asyik sendiri mencoba berbagai fitur untuk web mereka. Saya bahkan seringkali belajar dari mereka. Nah, suatu hari saya minta keduanya untuk mengajarkan JavaScript. Saya tentukan terlebih dahulu cakupan materinya, kalau tidak khawatir mereka mbablas kemana-mana.. hehe. Ternyata mereka menyambut dengan sukacita. Keduanya begitu antusias dan bersungguh-sungguh. Satu hari itu mereka menjadi Guru dan saya menjadi murid (enak juga loh.. hihihi). Saya juga ikutan mengerjakan latihan yang mereka tugaskan. Tetapi nggak selesai karena maklumlah saya merangkap asisten pengajar juga kan hari itu :).

Mencoba berbagai strategi pengajaran itu bagi saya menyenangkan karena kadangkala hasilnya di luar dugaan. Dan selama tujuan pembelajaran tercapai dan kegiatan belajar menjadi hidup, mengapa tidak? 🙂

Pelatihan Strategi Diferensiasi

Jumat dan Sabtu tanggal 4-5 Desember lalu saya mengikuti pelatihan Strategi Diferensiasi yang diadakan oleh Kampus Guru Cikal di sekolah Cikal Cilandak. Saya mengikuti pelatihan ini melalui jalur beasiswa yang diberikan oleh Kampus Cikal. Terima kasih untuk Pak Bukik dan Kampus Cikal yang telah memberi kesempatan untuk saya bisa mengikuti pelatihan ini :).

Dari obrolan dengan beberapa rekan kebanyakan dari mereka dikirim melalui sekolah atau yayasan Guru. Sayangnya, kenapa pelatihan yang bagus seperti ini tidak saya temui di pelatihan-pelatihan dari Kemendikbud ya? Atau barangkali Kampus Guru Cikal bisa menggandeng Kemendikbud suatu hari nanti? 😉

d1
Hari pertama pelatihan diawali dengan perkenalan yang dikemas dalam bentuk permainan. Instruktur kami yaitu Ibu Imelda dan Ibu Didi menginstruksikan kami untuk berjalan sambil diiringi lagu. Ketika lagu berhenti maka semua peserta harus berhenti dan mencari teman di dekatnya. Kami dipersilakan untuk saling mencari tahu hal-hal menarik yang disukai oleh kawan kita. Permainan ini bertujuan untuk saling mengenal. Permainan ini juga dapat diaplikasikan kepada siswa-siswi kita di kelas. Jika permainan diterapkan di tengah semester maka pertanyaan dapat disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan.

Permainan kedua, kami diminta berbaris menurut lama mengajar. Setiap peserta dipersilakan bertanya kepada kawan-kawannya tanpa bersuara. Dari sana kami dibagi menjadi beberapa kelompok.

Usai perkenalan, Ibu Imelda meminta kami untuk mengikuti bacaan puisi yang akan Beliau bacakan. Yang menarik, Ibu Imelda menampakkan karakter diri yang berbeda dengan ketika bersama kami tadi. Beliau yang ramah mendadak seperti galak, tanpa senyum dan seperti tidak peduli ketika memberikan perintah. Ada apa ini ya? Apa yang dirasakan oleh peserta saat itu ya? 🙂

Perasaan tak nyaman, takut dan lainnya, seperti ini lah juga rasa yang dialami oleh siswa-siswi kita bila kita sebagai pendidik tidak memberikan rasa senang, nyaman kepada mereka. Di sini kami sebenarnya sedang belajar menempatkan diri kami sebagai siswa-siswi tersebut.

Selanjutnya, setiap kelompok ditugaskan untuk mendefinisikan kata Belajar. Apa sih Belajar itu menurut Anda? Nah, ini Belajar menurut kami semua 🙂
d3
d2

Menurut penelitian kemampuan otak untuk menyimpan informasi sebanyak 1%, 99% persen hilang atau tersimpan sementara. Oleh karenanya penting bagi kita untuk mengetahui esensi dari kegiatan belajar, yaitu konsep belajar itu sendiri. Sebagai contoh, ketika mengajarkan Tata Surya. Kita tidak mengajarkan mereka untuk menghapal jarak planet-planet, warna, dan semacamnya. Namun yang utama adalah memberi pemahaman kepada siswa bahwa mereka perlu mengetahui informasi itu untuk memahami bahwa Bumi, tempat dimana kita tinggal adalah planet yang dapat memfasilitasi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan karenanya kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Catat: bukan tidak penting ya, informasi jarak dan lain-lain itu adalah tambahan data untuk melengkapi pemahaman kita mengapa bumi begitu istimewa untuk manusia.

Hari kedua, untuk mengingat materi sebelumnya maka semua peserta membentuk lingkaran serupa kue donat, yang terdiri dari lingkaran dalam dan luar. Peserta yang berada di dalam lingkaran dalam akan berpindah mengelilingi lingkaran. Sebaliknya dengan peserta yang berada di lingkaran luar. Pertama-tama, peserta di lingkaran luar dan dalam akan saling berhadapan. Peserta di lingkaran luar diminta terlebih dahulu memceritakan materi yang telah dipelajari di hari sebelumnya. Kemudian bergantian. Peserta di lingkaran dalam tidak boleh mengulang cerita sama yang telah dipaparkan pasangannya tadi. Setelah Ibu Didi memberi perintah untuk berpindah, maka peserta di lingkaran dalam harus berjalan berputar ke kawan sebelahnya dan mengulangi aktivitas yang sama.

Permainan di atas membantu kita untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Cara mengingat seperti ini cukup efekif karena kita dapat saling belajar dari kawan lainnya dengan cara berbagi.

Memasuki kegiatan pelatihan, kami semua dipersilakan membaca berbagai strategi pembelajaran yang ditempel di dinding kelas. Kami dapat memilih apa yang paling menarik minat dari strategi yang ada dan dipersilakan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya, diskusi dan tanya jawab yang berlangsung seru. Oya, pelatihan kami baik hari pertama dan kedua selalu ramai dengan diskusi dan tanya jawab, baik antarkelompok ataupun antara peserta dan instruktur.

Berikutnya, kami dibagi menjadi kelompok kembali. Kelompok yang ini berbeda lagi dengan yang kemarin. Materi pertama di hari kedua adalah membaca surat. Kami diminta untuk mencari tahu hal-hal yang menarik perhatian kami dari surat tersebut. Kemudian dibantu panduan balasan surat, kami akan membalas surat tersebut dengan memasukkan kriteria yang diminta. Aktivitas ini adalah salah satu cara untuk mengetahui minat dan kemampuan serta kebutuhan belajar siswa.

d4

Aktivitas berikutnya adalah membaca buku Diferensiasi. Buku ini diberikan secara gratis untuk semua peserta loh. Keren, kan? Setiap kelompok yang terdiri dari 3 orang akan berperan sebagai juru ambil, koordinator dan, duh, satu lagi lupa. Setiap kelompok ditugaskan membaca 2 bab yang sama. jadi, kalau dalam satu kelompok ada 3 orang maka 2 orang bertanggungjawab untuk membaca masing-masing satu bab. Mengikuti tugas yang diberikan koordinator maka saya membaca bab RPP yang bermakna (Kok bisa pas sama tugas saya ya? ;-)). Kemudian, setelah itu kami diminta untuk menceritakan ulang bab-bab yang telah dibaca kepada anggota kelompok kami lainnya. Setelah itu seperti biasa akan disimpulkan, diberi tanya jawab dan diskusi.
d6

d9
Ingin tahu hasilnya? Silakan lihat kesimpulan dari diskusi kami semua mengenai Diferensiasi di sini ya.
d7

Berikutnya, kami diminta untuk memilih produk yang akan ditampilkan dari pembelajaran mengenai Diferensiasi. Ada 4 produk yang ditawarkan: Poster, lagu (puisi), main peran, narasi dialog, komik. Kelompok kami memilih main peran. Ah, saya nggak suka sih, apalagi harus bicara di depan, tapi anggota kelompok saya yang lain tidak keberatan, jadi baiklah :).
12346602_1510592705907431_1657167561707522176_n
Terakhir, dengan kelompok yang berbeda kami diminta untuk mencari tahu arti sebuah puisi untuk selanjutnya mengubah objek pada puisi tersebut. Setelah selesai kami dipersilakan untuk berkeliling melihat dan membaca puisi-puisi gubahan yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok.

Nah, kegiatan memilih produk adalah bentuk diferensiasi berdasarkan hasil dengan konten yang sama. Sedangkan aktivitas mengubah puisi adalah strategi diferensiasi berdasarkan proses. Pada kegiatan mengubah puisi ini, Guru dapat mengelompokkan siswa ke dalam kelompok untuk mengetahui pemahaman setiap siswa terhadap materi yang sedang diajarkan. Misalnya, Guru dapat lebih membagi perhatiannya kepada kelompok yang belum paham.

Jika rekan Guru ingin tahu lebih banyak mengenai Diferensiasi ada baiknya membaca buku Diferensiasi dari Komunitas Guru Belajar ini.

Terima kasih untuk Ibu Imelda dan Ibu Didi, pelatihannya seru, keren dan banyak ilmu yang kami peroleh. Terima kasih juga untuk sekolah Cikal Cilandak, walau tempatnya jauh banget dari rumah saya .. hehe. Tapi sangat memuaskan deh pokoknya 🙂
d5

Karya Tulis

Karya tulis berikut ini adalah pembelajaran pertama saya membuat sebuah karya ilmiah (belum tepat dibilang karya ilmiah juga sih.. hehe). Tema penulisan adalah strategi pembelajaran yang telah saya terapkan ke siswa-siswa saya. Mulanya dipersiapkan untuk mengikuti lomba tetapi belum berhasil. Tak apa. Karena saya pun menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Nah, daripada hanya saya yang baca, barangkali ada baiknya saya share. Siapa tahu bermanfaat 🙂

Sinergi Kearifan Lokal dan Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

update:
Ini tulisan yang kedua, setelah yang pertama juga gagal. Karya tulis yang pertama dan kedua ini sebenarnya serupa, dengan penambahan di sana-sini.
Karya tulis ketiga saya buat lebih terperinci dengan tema yang berbeda. Untuk saat ini belum bisa saya publish.

Training The Trainer Hour of Code

Hari sabtu lalu, tanggal 14 November 2015 saya mengikuti pelatihan Hour of Code. Pelatihan ini sejatinya ditujukan untuk siapapun yang berkenan mengadakan acara Hour of Code pada tanggal 12-20 Desember (untuk Indonesia). Dikutip dari laman https://hourofcode.com/id
ticket-HOC
Hour of code adalah gerakan mendunia yang merengkuh puluhan juta pelajar dari 180+ negara. Setiap orang, di mana saja, dapat mengadakan acara Hour of Code. Tersedia tutorial-tutorial berdurasi satu jam dalam lebih dari 40 bahasa. Tak perlu pengalaman. Usia 4 sampai 104.

Kegiatan Hour of code bertujuan untuk mengenalkan pemrograman kepada masyarakat luas. Tidak seperti yang kita bayangkan selama ini, pemrograman akan dikenalkan dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dipelajari melalui laman Code.org di sini.

Para calon tutor (jika kelak mereka akan mensosialisasikan kegiatan Hour of code ini) tidak lah harus Guru. Siapapun Anda bisa turut berperan aktif. Untuk karyawan bisa melakukan kegiatan hour of code ini di lingkungan rekan sekerja, sama bos nya juga boleh :). Pokoknya tidak terbatas di dalam lingkup pendidikan, dimanapun dan siapapun bisa.

Kalau daerah kami tidak ada listriknya apakah bisa mengikuti kegiatan Hour of code? Jangan khawatir, pemrograman tidak melulu berhubungan dengan komputer. Ada banyak kegiatan unplug yang dapat diunduh di laman mereka di sini atau silakan ke sini https://code.org/learn di pilihan “No device or internet? Try ‘unplugged’ computer science”

Berikut ini adalah beberapa materi yang saya peroleh dari pelatihan.
1. Kegiatan online melalui laman code.org/learn
Kami dibagi menjadi kelompok. Setiap kelompok akan berlomba menyelesaikan permainan angry birds. Nah, jangan salah, melalui game angry birds ini peserta dilatih berpikir komputasi loh. Setiap anggota kelompok bekerjasama untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam setiap level permainan. Berhubung pesertanya orang dewasa memang tak terdengar teriakan semacam “yes” atau tepuk tangan (tos) 😉 -yang biasanya dilakukan murid-murid saya ketika mereka berhasil membuat atau memecahkan masalah di dalam KBM- Tetapi diam-diam tetap mencari tahu kelompok yang di sana itu sudah level berapa… hehehe.

Di akhir permainan Hour of Code akan memberikan reward berupa sertifikat yang bisa di simpan atau dicetak sendiri, seperti foto di bawah ini.
12219583_10208342197062497_7399194386237723432_n

2. Latihan kedua adalah bermain peran.
Setiap anggota yang terdiri dari 3 orang akan berperan sebagai programmer, komputer, dan user.
Programmer harus memberikan instruksi kepada komputer untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang diberikan adalah menyusun potongan puzzle dari sebuah bangun ruang. Tugas komputer untuk menyusun sesuai instruksi programmer. Sementara user mengamati apakah komputer menjalankan perintah sesuai instruksi programmer.
Cukup seru, karena jika instruksi dari programmer tidak jelas maka komputer bisa dipastikan hang 😀
12241644_10208183062042369_1701892184422225045_n

3. Permainan ketiga diberi nama Backwards Robotics.
Salah seorang peserta akan menjadi robot. Peserta lainnya menjadi programmer. Tema hari itu adalah mengenai sampah. Jadi, robot harus mengikuti perintah programmer untuk memungut sampah. Namun tentu saja si robot harus membelakangi sampah dan tempat sampah berada.

Bisa dilihat video klip di bawah ini yang menerapkan teknik yang sama dengan permainan di atas

4. Menyusun gelas
Setiap kelompok diberikan kertas berbentuk gelas. Setiap kelompok dibebaskan untuk menyusun posisi gelas namun jangan terlihat oleh kelompok lain. Setelah menyusun gelas kelompok juga harus menyusun kode-kode berupa simbol, seperti panah atas, bawah, kiri, kanan, rotate dan lain-lain. Kode-kode itu berfungsi untuk menyusun gelas. Selanjutnya, kode yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok dipertukarkan dan setiap kelompok dipersilakan mengikuti instruksi yang ada pada kode-kode tadi untuk menyusun gelas. Berikutnya, setiap kelompok diminta untuk saling memeriksa kebenaran penyusunan gelas tersebut.
12241388_10208340110490334_4109450853168473251_n

IMG_2405

Bagaimana? Seru, bukan? Wah, pasti menyenangkan bisa menerapkan kegiatan belajar pemrograman ini di ruang kelas ya? Belajar pemrograman bukan hanya untuk mereka yang ingin menjadi seorang programmer. Namun, belajar pemrograman adalah melatih keterampilan berlogika, berpikir runut, memecahkan masalah serta meningkatkan kreativitas. Keterampilan dasar di atas diperlukan di dalam berbagai bidang pekerjaan serta membantu anak menghadapi kehidupan mereka di masa depan.

Terima kasih untuk Clevio yang telah berbagi ilmu kepada kami. Dan sebagai penutup tulisan ini saya ingin mengutip kalimat Pak Onno Purbo.
Ingin merdeka? Coding 🙂