Selepas dari Raudah siang hari itu saya kembali ke hotel untuk mengikuti jadwal ziarah yang diadakan oleh panitia. Sementara dua orang kawan saya memutuskan untuk memperbanyak ibadah di masjid. Partner telah menunggu saya di depan hotel. Oya, partner sudah lebih dahulu kembali ke hotel ketika saya mengirimkan pesan bahwa saya bersama dua orang kawan akan ke Raudah terlebih dahulu. Saya tak sempat lagi makan siang karena waktu makan siang telah lewat dan kami akan segera berangkat. Hari itu kami ziarah ke masjid Quba, masjid pertama di dunia. Shalat sunnah dan ashar di sana.
Foto hasil jepretan partner.
Berikutnya Jabal Uhud atau Bukit Uhud. Di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara pejuang Islam sebanyak 700 orang melawan kaum kafir Quraisy dari Makkah sebanyak 3.000 orang pada 15 Syawal 3 Hijriyah (Maret 625 Masehi) yang menyebabkan 70 pejuang mati syahid. Dari pihak kafir Quraisy gugur sebanyak 22 orang. Perang ini kemudian disebut dengan perang Uhud.
Dalam peperangan tersebut gugur paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib. Awalnya perang ini dimenangkan oleh kaum muslimin. Namun, menurut cerita pemanah umat islam yang berada di atas gunung arrimah (bukit sebelah utara Uhud) di bawah pimpinan Mash’ab bin Umair tergoda oleh barang-barang yang ditingalkan musuh (kisah lainnya mencantumkan bahwa musuh memberikan umpan dengan menyebar uang dan perhiasan) dan mereka kemudian meninggalkan pos-nya. Padahal, Nabi Muhammad SAW sebelumnya telah memerintahkan agar mereka tidak meninggalkan pos apapun yang terjadi.
Gunung arrimah, pos pasukan pemanah kaum muslim
Pengosongan pos oleh pasukan pemanah dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid (yang waktu itu belum masuk islam) untuk menggerakkan tentaranya menyerang pejuang islam dari arah belakang yang menyebabkan umat islam mengalami kekalahan yang menyebabkan 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada. Nabi Muhammad sendiri mendapat luka-luka, dan para sahabat yang menjadi perisai Nabi Muhammad SAW gugur karena tubuh mereka penuh dengan anak panah. Setelah perang usai kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah. Para syuhada atas perintah Nabi Muhammad saw dimakamkan di tempat mereka roboh.
Bukit paling kanan, tempat para syuhada berperang dan dimakamkan.
Selanjutnya adalah ke kebun kurma. Hampir di sepanjang jalan baik di Jeddah, Madinah atau Makkah tumbuh pohon kurma. Saya melihat beberapa pohon kurma dengan gerombolan buahnya. Pohon kurma ini hanya berbuah satu kali dalam setahun. Namun demikian sekali panen dalam satu pohon bisa menghasilkan sekiar 70 kg buah kurma. Banyak sekali, bukan?
Kata pemandu kami, pohon kurma di musim dingin tidak bisa berbuah. Pohon ini membutuhkan asupan sinar matahari yang cukup banyak.
Bis berhenti tepat di depan toko (atau pabrik kurma) di area perkebunan tersebut. Kami semua turun. Berbagai jenis dan macam kurma dijual. Saya baru tahu bahwa ukuran kurma ajwa Madinah dan Mekah ternyata berbeda. Kurma ajwa yang kecil-kecil seperti yang kita kenal ternyata berasal dari Mekah sementara ajwa Madinah ukurannya lebih besar. Ada juga kurma lapis coklat, isi almond, tabur wijen dan lain sebagainya.
Tak lama rintik hujan turun, saya dan partner yang sedang asyik mengambil foto langsung naik ke dalam bis sambil menunggu kawan-kawan lain yang masih asyik berbelanja kurma.
Ziarah hari ini usai dan kami kembali ke hotel.
Esok hari, selepas dzuhur kami akan berangkat ke Makkah melalui Bier Ali untuk miqat dan memasang niat umrah di sana. Perjalanan dari Madinah ke Makkah kurang lebih 6 jam. Tiba di Makkah kami check-in hotel, istirahat sejenak dan makan malam lalu menyempurnakan umrah dengan melakukan thawaf, sai, dan tahallul. Kaabah tampak bercahaya dengan untaian kaligrafi arab bercorak emas di beberapa bagiannya. Pintu emas Kaabah menarik perhatian saya. Diantara pintu emas dan hajar aswad itu lah Multazam, tempat mustajab untuk berdoa seperti halnya Raudah.
Usai thawaf dengan mengelilingi Kaabah sebanyak 7 kali kami lalu shalat sunah bersama dan berdoa. Selanjutnya dianjurkan untuk minum air zam-zam. Kemudian melakukan sai, berjalan dari bukit Safa ke Marwah sebanyak 7 kali. Berikutnya yaitu tahallul, memotong rambut. Seluruh kegiatan ibadah umrah dibimbing oleh ustad. Ibadah umrah selesai mendekati waktu Shubuh. Ustad memberikan pilihan kepada kami untuk kembali ke hotel atau melanjutkan shalat shubuh. Beberapa memilih untuk menunggu waktu shubuh di masjid sebagian lainnya memilih kembali ke hotel.
Saya dan partner serta beberapa orang lainnya memilih untuk menunggu waktu shalat shubuh yang tak lama lagi. Barangkali karena kami tak tidur semalaman (kami tidur di bis dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah) maka beberapa kali saya nyaris tertidur. Usai shalat shubuh kami kembali ke hotel, sarapan dan membersihkan diri. Hari ini tidak ada acara khusus atau bebas. Jamaah boleh memperbanyak ibadah di masjid baik sendiri atau berkelompok. Saya dan partner memutuskan tidur sebelum siang nanti kami berangkat ke masjid untuk shalat dzuhur. Di sini beberapa jamaah mulai terserang flu.
Hari ketiga di Makkah partner dan saya mulai terserang flu. Partner demam sehingga hari itu usai menunaikan shalat shubuh dan sarapan kami memutuskan tidur dan melewatkan waktu dzuhur dan ashar di masjid. Lepas waktu ashar, kami berangkat ke masjid. Shalat ashar dan menunggu waktu magrib sampai Isya di masjidil haram.
Keesokan harinya ziarah ke berbagai tempat seperti Jabal Al-Nour, Arafah, Muzdalifah dan Mina.
Jabal Nur, tempat dimana gua hira berada. Jabal Nur atau The mountain of light adalah tempat ketika Nabi Muhammad saw menerima ayat Quran yang pertama. Kami tidak turun hanya melihat dari bis. Letak Jabal Nur berada di atas bukit. Untuk naik ke sana jamaah bisa menyewa mobil.
Tujuan ziarah berikutnya adalah Arafah. Di padang ini lah para jamaah haji melakukan wukuf. Di sini juga terdapat Jabal Rahmah berupa tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang tempat bertemunya Adam dan Hawa di muka bumi.
Di sini juga banyak burung. Kami bermain-main sebentar bersama mereka :). Burung termasuk hewan yang paling banyak ditemui di tanah Arab ini.
Selanjutnya, melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah dan Mina.
Selepas ziarah kami ke Ja’ronah untuk miqat pasang niat umrah. Kali ini jamaah boleh memilih untuk ikut umrah atau tidak. Ada yang umrah untuk pribadi ada juga yang meng-umrahkan Ayah, Ibu atau kerabatnya yang telah tiada.
Usai umrah, kegiatan hari itu adalah bebas. Jamaah dipersilakan untuk memperbanyak ibadah seperti dzikir, baca al qur’an, muhasabbah dan lain-lain di Masjidil Haram.
Hari ke delapan, melaksanakan thawaf Wada’. Usai shalat shubuh saya dan partner melakukan tawaf Wada’. Seperti juga ketika di Madinah, berat rasanya hati meninggalkan Masjidil Haram. Beberapa kali kami masih memandangi Kaabah, mencoba merekam setiap ingatan tentang nya. Membayangkan masa dimana Nabi Ibrahim membangun bangunan suci ini yang pertama kali dibangun oleh Nabi Adam. Menurut cerita ustad (kalau saya tak salah menangkap informasi ya) kala itu Nabi Ibrahim kehabisan dana halal. Maka digunakanlah dana yang ada namun sebagai pembedanya dibuatlah hijir ismail berupa tanda setengah lingkaran. Maka siapapun yang shalat dan berdoa di dalam hijir ismail sama artinya shalat berada di dalam Kaabah. Namun bagi mereka yang umrah tidak boleh memasuki wilayah di dalam hijir ismail.
Usai Dzuhur kami berangkat ke Jeddah untuk melanjutkan perjalanan ke Bangkok. Sebelumnya kami mampir terlebih dahulu ke Laut merah.
Jam 1.00 malam pesawat kami take off menuju Bangkok dengan jarak tempuh kurang lebih 7 jam. Transit 15 jam dan menginap di hotel yang disediakan JetAsia lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta, Indonesia. Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Jakarta sekitar jam 8 lebih pagi hari.
Saya bersyukur memiliki kesempatan melaksanakan ibadah umrah bersama partner, sebutan saya untuk suami :). Seseorang yang mengajari pemahaman agama kepada saya melalui kebaikan budi dan ketulusan hati.
update:
Terima kasih untuk semua yang telah mendoakan kami juga untuk travel Arnussa atas persaudaraan dan pelayanannya yang keren. Mudah-mudahan kita bisa bertemu kembali ya :).