Perjalanan Umrah di Penghujung Tahun 2014 #1

Sesungguhnya kami tak menyangka akan bisa pergi melaksanakan umrah tahun ini. Berawal dari tawaran sebuah travel (kami diperkenalkan oleh seorang kawan dengan travel Arnussa), saya dan partner kemudian memutuskan untuk mendaftarkan diri. Kebetulan tanggal dan bulan yang ditawarkan oleh travel Arnussa bertepatan dengan libur sekolah. Perjalanan ibadah umrah dimulai dari tanggal 24 Desember sampai tanggal 2 Januari 2015. Dengan pesawat JetAsia kami berangkat dari bandara Soekarno-Hatta untuk kemudian transit di bandara Suvarnabhumi, Bangkok Thailand dan meneruskan perjalanan ke Jeddah.

Manusia boleh berencana namun Tuhan yang menentukan. Di tengah perjalanan pilot memberi kabar bahwa pesawat akan mendarat di Bombay, India, dikarenakan ada masalah teknis. Jangan tanya perasaan hati kami saat itu. Partner menenangkan saya. Kami berdoa bersama. Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat di bandara Bombay, India.

Karena kami tidak memiliki visa negara ini, maka seluruh penumpang tetap berada di dalam pesawat. Selama 11 jam kami berada di dalam pesawat tanpa suplai makanan dikarenakan JetAsia tidak membawa cadangan makanan, bahkan air di toilet pun habis.  Barangkali ini adalah ujian pertama yang harus kami lalui. Sejak awal partner telah mengingatkan saya untuk tidak marah dan mengeluh. Dalam menunggu kepastian untuk melanjutkan perjalanan sebagian orang mulai marah sementara sebagian lainnya menenangkan diri. Betul apa yang dikatakan ustad kami pada waktu manasik, banyaknya uang yang kita miliki bukan jaminan kita bisa berangkat umrah. Hanya ridha Allah semata yang menjadikan segalanya mungkin. Maka, yang bisa saya lakukan saat itu adalah berdoa, memohon ampunan dan berharap ridha-Nya agar kami semua diperkenankan untuk bisa sampai ke Baitullah. Menyalahkan satu pihak atau orang lain tidak lah ada gunanya. Karena seperti partner bilang ke saya, kita semua di sini memiliki dosa yang kita tanggung bersama-sama.

Kurang lebih 11 jam total delay, pilot pesawat datang dan mengabarkan bahwa pesawat kami akan segera berangkat. Alhamdulillah. Sampai di bandara Jeddah sekitar tengah hari. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan bis. Perjalanan ke Madinah ditempuh kurang lebih 5 jam. Sampai di Madinah menjelang Isya. Sampai hotel kami segera membersihkan diri. Alhamdulillah saya bersama partner bisa melaksanakan shalat Isya di masjid Nabawi.

nabawi1 IMG_7325

Malam itu kami berlama-lama di masjid Nabawi. Rasa syukur yang tak terhingga bahwa kami telah sampai di sini dengan selamat. Pada waktu shalat Isya seorang wanita arab di sebelah saya membagi sajadahnya ke saya. Awalnya saya tidak paham maksudnya kemudian dia berkata, it’s cold, dan dia menepuk pundak saya dengan halus meminta agar saya duduk di atas sajadahnya. Antara haru dan entah apa itu, hanya ucapan terima kasih yang sanggup saya berikan. Saat itu saya memang tidak membawa sajadah dan sedang shalat sunnah di atas lantai yang dingin. Madinah pun sedang musim dingin. Usai shalat saya menunggu dia selesai berdoa dan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Wanita muda itu tersenyum manis. Mungkin berlebihan tetapi diantara peristiwa-peristiwa yang ada kalanya membuat hati getir ada juga momen-momen indah yang menggetarkan hati, yang membuat hati kita membuncah tiba-tiba oleh sebuah rasa yang tak terucapkan.

Esok hari, setelah shalat shubuh kami berniat ke Raudah. Setelah mencari informasi mengenai waktu-waktu Raudah dibuka untuk wanita, saya bersama dua orang kawan memutuskan untuk tetap di masjid sampai menunggu waktu dzuhur. Raudah dibuka untuk wanita setelah shalat dzuhur. Askar, sebutan untuk polisi wanita di dalam masjid, menyarankan untuk ke Raudah setelah shalat Isya karena waktunya lebih panjang. Setelah shalat dzuhur biasanya banyak orang. Setelah mempertimbangkan banyak hal, kami bertiga tetap memutuskan untuk mencoba ke Raudah setelah shalat dzuhur.

Lepas dzuhur, kami antre untuk bisa masuk ke Raudah. Askar membagi menjadi beberapa kelompok: Melayu, Pakistan, dll. Saya melihat pembagian kelompok ini bertujuan baik, diantaranya adalah untuk melindungi orang-orang Melayu. Mohon maaf jika saya salah, tetapi orang Melayu terkenal dengan profilnya yang mungil sementara wanita Turki, dkknya memiliki profil besar dan kuat. Mereka sanggup mendorong dan berlari dengan kuat. Saya bersama kawan menyetujui untuk menaati aturan yang diberikan oleh askar. Maka, kami berjalan tanpa berlari. Melihat bagaimana para wanita berlari, berteriak, mendorong dan menyikut orang lain demi mendapatkan dirinya bisa shalat dan berdoa di depan Raudah menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang berkelindan di kepala. Saya memutuskan untuk shalat dan berdoa sebentar saja di depan Raudah jika memungkinkan tetapi seandainya tidak bisa pun tak apa. Alhamdulillah, siang itu saya bisa shalat dan berdoa di depan Raudah. Demikian juga dengan partner.

Foto di bawah adalah hasil jepretan partner.
IMG_7333 makamnabidansahabat

Saya ingat pesan partner untuk tidak mendorong, melukai dan menyakiti orang lain. Saya berusaha untuk tidak melakukan hal itu, walau di tempat yang padat seperti itu didorong dan mendorong bisa jadi tak ada bedanya. Jika Allah berkehendak maka pasti ada saatnya Ia akan memberikan kita kesempatan untuk bisa shalat dan berdoa di Raudah atau di tempat manapun yang kita inginkan.

Malamnya, saya bersama kawan ke Raudah kembali. Niat awal menemani kawan yang belum ke Raudah. Namun situasi malam hari berbeda dengan siang hari. Kali ini jamaah begitu banyak dan padat. Antrean pun lama sekali. Saya ingin menyerah tak terbayangkan seperti apa di dalam nanti. Ternyata apa yang saya takutkan terjadi, lautan manusia yang saling berteriak dan mendorong. Pegangan saya dengan kawan terlepas. Saya nyaris putus asa. Alhamdulillah Allah menyelamatkan saya, setelah sempat terlempar sesuatu mendorong saya keluar dari himpitan kelompok manusia. Kawan saya masih di dalam sana. Namun saya tak mungkin kembali. Saya menunggu dengan beribu-ribu doa yang mengalir dan kepanikan yang melingkupi. Tak lama kawan saya berhasil keluar. Kami terdiam beberapa saat. Rasa ngeri dan ketakutan begitu nyata. Saya melihat atau merasakan? ketika seseorang melangkahi atau nyaris menginjak orang yang sedang shalat. Kami keluar. Sepanjang jalan saya tak habis mengerti mengapa orang bisa begitu liar dan tak terkendali. Apakah Tuhan akan mengabulkan permohonan kita jika kita memintanya dengan cara menyakiti orang lain?

Peristiwa malam itu di Raudah membuat saya merenung lama. Menjelang shubuh, saya dan partner berangkat ke masjid Nabawi. Kami berangkat lebih awal agar bisa melaksanakan shalat tahajud di masjid. Kejadian tadi malam masih membekas di ingatan. Saya berdoa diam-diam. Lama. Lalu, seorang Ibu menyapa saya, finish? tanyanya. Oh, dia bertanya apakah saya telah selesai berdoa. Barangkali dia sudah lama memperhatikan saya berdoa. Ibu itu lalu meletakkan kedua tangannya dibelakang punggung saya, mengelusnya dengan halus sambil mengucapkan beberapa kalimat dengan bahasa yang tak saya mengerti. Dia tersenyum lalu berkata kepada kawannya. Kami lalu tersenyum kembali. Entah apa yang ia ucapkan atau perbincangkan, semoga itu hal yang baik.

Di sini, kami juga bertemu sekelompok Ibu-Ibu dari Indonesia yang tersasar. Salah seorang Ibu kakinya sakit, sehingga dengan terpaksa ia melepaskan sandalnya dan berjalan tertatih-tatih. Saya bersama partner mencoba mencari hotel tempat Ibu-ibu itu menginap. Syukur lah di tengah perjalanan kami bertemu dengan kawan satu grup dengan Ibu-Ibu itu dan ternyata hotel tempat mereka menginap pun sudah dekat.

Peristiwa dan berbagai pengalaman yang saya alami di sini membuat saya banyak merenung. Ada kalanya pertanyaan-pertanyaan itu menemukan jawabnya di antara ayat-ayat suci yang saya baca ketika menunggu waktu shalat. Saya tidak fasih membaca huruf arab, maka saya lebih banyak membaca huruf latinnya. Layar telepon pintar itu seringkali menampilkan barisan kalimat yang membuat dada saya sesak setiap kali usai membacanya. Seolah Allah berbicara kepada saya melalui teks-teks indah itu.

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah, 115)

Berkunjung ke Kampus Pauli

Selain cokelat lindt dan Heidi, ada satu tempat istimewa di Zurich, yaitu Institut Teknologi Konfederasi Zürich atau dalam bahasa Jerman disebut Eidgenössische Technische Hochschule Zürich (ETH Zürich). ETH berdiri tahun 1854 sebagai universitas milik pemerintah Konfederasi Swiss. ETH juga merupakan salah satu universitas paling terkemuka di Swiss. Di sinilah lahir banyak peraih penghargaan Nobel, seperti Albert Einstein dengan teori relativitas dan Wolfgang Pauli yang terkenal dengan teori fisika kuantum.
pauli6
Bagi Anda yang berminat melanjutkan studi pada bidang bioteknologi dan biologi molekular, ETH merupakan tempat yang layak dipertimbangkan. Menurut Wikipedia, tradisi berprestasi di tingkat dunia pada bidang kimia, fisika, dan fisika terapan pada masa lampau itu dilanjutkan pada kedua bidang studi di atas tadi.
pauli3 pauli-campus
Kami menelusuri area kampus yang luas dan tenang sambil membayangkan para ilmuwan itu belajar dan berdebat di taman kampus, atau pun di ruang-ruang kelas serta di lab yang jendelanya tampak dari kejauhan.

Di satu sisi dinding gedung terukir berderet nama tokoh peraih penghargaan Nobel, Pauli salah satunya. Pauli menerima penghargaan Nobel di bidang Fisika untuk penemuannya yang dikenal dengan Prinsip Larangan Pauli.
zurich-nobel2
Dari taman kampus ini kita juga bisa memandang kota Zurich. Perlahan langit berpendar keemasan, membentuk bayangan senja di atas permukaan kota Zurich. Indah.
zurich-campusview
Setelah mengambil beberapa gambar kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Di tengah perjalanan sebuah toko kecil di ujung jalan yang telah memasang plang bertuliskan Close menarik perhatian kami. Berbagai bentuk dan macam jenis perangko terpampang di dinding etalase toko. Saya mendekat untuk melihat-lihat sambil mengambil beberapa gambar.
zurich-stamp zurich-stamp2
zurich-stamp5 zurich-stamp3
Jalanan kota Zurich semakin ramai dengan lalu lalang orang. Cafe dan restoran dipenuhi manusia-manusia yang melepaskan penat usai aktivitas seharian bersama keluarga, kawan dan handai tolan.
zurich-malam2
Selamat malam, Zurich, Selamat beristirahat.

Zurich, Switzerland

Kota ketiga dalam perjalanan kami berikutnya setelah Amsterdam dan Luxembourg adalah Zurich. Apa yang terlintas pertama kali di benak mendengar Zurich? Yup, cokelat dan Heidi. Perpaduan yang manis, bukan? 🙂

Menurut Wikipedia, Zurich adalah kota terbesar di Swiss dan ibukota dari Kanton Zurich. Zurich juga merupakan pusat perdagangan di Swiss dan menjadi salah satu kota yang sangat penting di dunia bersama Jenewa. Zurich dikenal sebagai kota kehidupan berkualitas baik di dunia menurut beberapa survei yang dilakukan pada tahun 2006-2008 serta kota terkaya di Eropa. Tak heran jika Zurich disebut sebagai kota termahal di dunia.
Zurich1
Kota ini memiliki banyak taman dan kebun yang dapat dinikmati oleh semua warganya. Di waktu istirahat kantor banyak kita temui pekerja keluar menuju taman kota dengan membawa bekal sambil duduk di taman-taman. Sesekali mereka bercengkerama dengan burung dan bebek-bebek yang mendekati berharap diberikan remahan roti :). Warga Zurich sangat suka bersepeda dan berolahraga adalah bagian dari budaya mereka.
zurich-taman2 zurich-taman3
Taman tengah kota yang terletak dibalik rimbun pepohonan
liech1
Nah, cerita tentang Zurich terasa belum lengkap kalau tidak menyinggung yang satu ini, apalagi kalau bukan cokelat Lindt. Cokelat ternama dari Swiss ini mengandung 70% hingga 90% kemurnian cokelat. Berdasarkan sebuah penelitian, coklat dapat membantu mempercepat proses metabolisme. Sstt, buat yang diet, cokelat lindt ini ternyata boleh dikonsumsi loh karena kandungan cokelatnya yang tinggi diandingkan lemaknya. Jadi, jangan takut gemuk deh 🙂

Kami sempat ke perusahaan mereka, nggak lama sih, itu pun ke gudang cokelatnya aja. Di sana harga coklat lindt bisa setengah dari harga aslinya. Apalagi kalau dibandingkan yang dijual di Indonesia, wah jauh banget. Itu sebabnya nggak heran kalau banyak orang memborong dengan membeli cokelat-cokelat dalam jumlah besar. Kami membatasi diri untuk membeli oleh-oleh selain karena koper yang sudah penuh dengan buku-buku, kami pun harus melakukan perjalanan mandiri dengan berpindah-pindah kereta. Lumayan juga menggeret koper kemana-mana…hehe.

Hari kedua kami mengikuti tour Heidiland. Perjalanan menuju rumah Heidi ini sangat panjang. Tapi, sungguh tak menyesal karena pemandangan yang disuguhkan sungguh indah. Hamparan gunung dan lembah yang berbukit-bukit adalah pemandangan yang sulit untuk dilewatkan begitu saja. Wow, bisa dibayangkan betapa Heidi sangat mencintai rumah paman Alm di gunung.
heidi heidi2
Paket tur ini termasuk ke dalamnya adalah mengunjungi sebuah negara kecil yang memiliki luas 160 km persegi, yaitu Liechtenstein. Negara kepangeranan ini terkurung oleh daratan dengan gunung-gunung yang mengelilinginya. Terletak di tepi sungai Rhein di antara negara Austria dan Swiss. Segala urusan luar negeri ini diurus oleh Swiss. Pendapatan negeri ini berasal dari pariwisata, terutama dari penjualan perangko.
liech2 liech3
Dari pegunungan Heidiland, nun jauh di sana kita bisa melihat gunung besar yang dibaliknya adalah tempat negara Austria berada. Di sana pula sang Raja Liechtenstein memilih untuk tinggal, tepatnya di kota Wina, Austria (konon karena sepi dan kecilnya Liechtenstein maka si raja memilih menetap di negara tetangganya).
Zurich4
Pada tahu 2011 Liechtenstein masuk ke dalam daftar negara-negara Schengen, karena itu tidak perlu visa khusus untuk bisa mengunjungi negeri imut ini. Namun Anda bisa meminta stempel di pasport sebagai tanda Anda pernah mengunjungi negeri ini dengan membayar beberapa Franc Swiss (CHF).

Perjalanan berikutnya adalah menuju rumah Heidi. Di sepanjang jalur menuju rumah Heidi banyak sekali kita temui pohon-pohon apel dan pertanian angggur dengan buah-buahnya yang ramai. Duh, pengin :).
apel
Perjalanan dengan berjalan kaki menuju rumah Heidi di atas gunung itu memang tak serupa dengan bayangan kanak-kanak saya dahulu (saat saya pertama kali membaca buku Heidi). Yang mirip barangkali jalanannya yang menanjak dan terjal sehingga setiap kali melangkah tubuh seolah terdorong ke depan sekuatnya. Sebaliknya, begitu turun kita harus mampu menahan laju kaki agar tidak terperosok. Selain karena susah mengeremnya, di kiri jalan itu bukit terjal, kalau jatuh bisa terguling-guling dan masuk ke dalam lebatnya hamparan rumput. Untungnya, udara yang bersih dan segar membuat nafas tidak terlalu berat ketika melangkah, walau tetap megap-megap sedikit :).

Rumah Heidi serupa dengan yang ada di dalam gambaran saya selama ini, mungkin karena pengaruh nonton film Little House o The Prairie ya? Hehe. Untuk masuk ke dalam rumah Heidi dikenakan tiket.
peerabot-heidi perabot-heidi2

with-heidi
Foto bareng Heidi dan Peter 🙂

Dalam perjalanan kembali ke bis saya dan partner membahas cerita yang ada di dalam buku Heidi. Ternyata, untuk kisah Heidi saya lebih pintar dari partner :D. Maka, kali ini giliran saya yang mendongeng untuknya :). Kami pun asyik menduga-duga dimana Peter meluncurkan kursi roda milik Klara. Wah, jahatnya Peter ya. Namun kejadian itu justru memberikan keajaiban bagi Klara. Loh? Kok malah mendongeng? Hehe.

Bye..bye Zurich, semoga suatu hari kita bisa berjumpa lagi. Bergegas kami menuju hotel untuk mengambil koper dan melanjutkan perjalanan dengan kereta api menuju … Budapest.

Luxembourg

Kota kedua yang kami kunjungi selepas kongres IEEE di Amsterdam yaitu Luxembourg. Sesuai dengan akhiran bourg yang berarti bukit, kerajaan kecil ini memang berada di atas bukit dengan hutan-hutan yang mengelilinginya. Negeri kecil ini diapit oleh Belgia, Perancis dan German. Negeri yang tenang, nyaris tanpa berita sensasional :).
luxem1 luxem2
Pemandangan yang indah bak lukisan dongeng cerita kanak-kanak. Tapi jangan salah, negeri ini dahulunya diminati oleh negeri-negeri besar yang mengelilinginya. Saat ini kita bisa melihat bekas-bekas bangunan berupa benteng yang dibangun di atas bukit. Batu-batu besar yang disusun secara acak dan bertumpuk menjadi bukti bagaimana negeri kecil ini bertahan dalam serangan musuh yang menginginkan wilayah mereka.
luxem3 lux
Museum mengenai sejarah negeri ini berada di atas bukit. Untuk masuk ke dalamnya dikenakan tarif tiket. Di dalam museum kita bisa melihat ruang-ruang yang dahulunya digunakan sebagai benteng perlindungan dari serangan musuh.
museumlux5 museumlux3 museumlux4 museumlux2

Luxembourg saat ini dipimpin oleh Raja Henri. Bentuk pemerintahan negeri ini adalah kerajaan atau Monarki Konstitusional dengan Grand Duke sebagai pemimpin negara. Akan tetapi raja di sini memiliki hukum dan kekuatan politik yang terbatas.

Walaupun kecil negeri ini sungguh cantik. Kami tak berlama-lama di sini. Satu hari cukup untuk berkeliling di negeri dongeng dengan kerajaan, putri dan pangerannya yang cantik dan rupawan 🙂

Tentang Luxembourg bisa dibaca di sini http://europa.eu/about-eu/countries/member-countries/luxembourg/index_en.htm

Arago, Garis Meridian Nol Derajat Paris

Penyuka novel The Da Vinci Code pasti tidak asing dengan Arago, yang disebutkan sebagai benda berbentuk cakram logam kuning yang tersebar di jalanan Paris, Perancis. Benda tersebut ditengarai sebagai kode rahasia yang harus dipecahkan untuk membuktikan pesan dari sang maestro.

Lalu, siapakah Arago sesungguhnya? Mengapa namanya dipatri dalam sebuah medali kuning? Apa sumbangsih ia bagi rakyat Perancis?

Arago atau nama lengkapnya Frances Arago adalah nama penemu garis meridian nol derajat berkebangsaan Perancis. Ia adalah orang pertama yang menetapkan garis bujur Paris sebelum akhirnya keberadaan GMT (Greenwich Mean Time) diakui sebagai patokan waktu dunia yang digunakan saat ini. Menurut beberapa literatur, Arago menyusun PMT (Paris meridian Time) pada awal abad ke-19.

Sebanyak 135 medali berupa cakram logam berukuran 12 cm dan berukiran nama Arago serta petunjuk utara dan selatan disebar membelah Paris dari utara ke selatan tepat dalam garis Paris Meridian, 6 diantaranya berada di sekitar Louvre. Medali ini dibuat oleh pemeritah Kota Paris untuk mengenang jasa astronom ini.

Garis Paris yang dibuat oleh Arago ini banyak melewati bangunan penting seperti museum Louvre yang konon dulunya adalah istana kerajaan, sampai gereja Saint Sulpice.

Di sekitar Louvre, medali Arago ini dipasang di trotoar jalan Rue de Rivoli, tepat di jalan masuk menuju lapangan Napoleon atau halaman Louvre. Beruntung, kami menemukan medali ini ketika saya secara tak sengaja melihatnya saat kami berkunjung ke Paris. Kami berfoto sebentar. Ternyata, keisengan kami berfoto dengan si cakram kuning ini menarik perhatian beberapa turis. Tak lama mereka pun turut berfoto-foto juga :).
arago1
Partner dan medali Arago

Berawal dari penemuan pertama ini, perjalanan kami berikutnya adalah menelusuri jalan-jalan penting di sekitar Louvre untuk menemukan medali Arago lainnya.

Medali kedua ditemukan oleh partner :). Cakram kuning ini berada di sebuah patung kecil di tengah jalan menuju observatorium Paris (apa ya nama jalannya? Saya lupa). Sayang keinginan untuk menengok observatorium ini pun tak tercapai karena hari itu mereka sedang tutup.
arago2

Jalan setapak di taman observatorium Paris
obser

Pencarian menemukan cakram ketiga masih berlanjut dengan merujuk garis Paris meridian yang digunakan oleh Arago. Sayang, tidak ketemu. Saat itu kami memang sudah harus bergegas untuk melanjutkan ke kota lainnya. Melewati taman tengah kota dengan deretan patung yang membentuk sebuah garis yang menunjuk ke arah dimana Louvre berada. Barangkali juga deretan patung di taman tengah kota itu penanda garis waktu Paris sebagai perwakilan dari medali Arago.

update:
5 medali arago lainnya tersebar di lapangan tepat dibelakang piramida kava Louvre yang terkenal.

GMT dan PMT
GMT atau Greenwich Mean Time adalah patokan waktu dunia yang kita gunakan saat ini. Diyakini oleh banyak orang bahwa pusat nol derajat atau lokasi perputaran bumi berada di kota Greenwich, salah satu kota di Inggris. GMT disepakati oleh banyak ilmuwan perbintangan sebagai pusat nol derajat sebagai awal perhitungan waktu pada tahun 1884.

PMT atau Paris Mean Time adalah patokan waktu yang dikenalkan oleh Arago kepada dunia sebelum munculnya GMT. Perancis kalah memperjuangkan PMT namun garis waktu Paris Mean Time tetap menjadi kenangan bagi para warganya.

Sejarah munculnya patokan waktu dunia dimulai ketika bangkitnya teknologi perkeretaapian. Tiket kereta yang dipesan di kota A musti mencantumkan waktu berangkat dan waktu tiba di kota B. Tanpa patokan waktu standar dunia tentu saja akan membingungkan karena setiap kota memiliki waktu lokal yang berbeda. Pada saat itulah dirasa pentingnya memiliki standar waktu dunia.

Maka kemudian negara-negara di seluruh dunia berbondong-bondong menjadikan ibukotanya sebagai waktu acuan bagi dunia. Pada tahun 1884 diselenggarakanlah Konferensi Meredian yang bertempat di Washington DC dan dihadiri 27 utusan dari berbagai negara, salah satunya Perancis. Pada saat itu sudah ada 10 garis waktu dari negara lain yaitu Greenwich, Berlin, Cadiz, Kopenhagen, Lisbon, Rio de Janeiro, Roma, Saint Petersburg, Stockholm, dan Tokyo.

Perancis melalui astronomnya, Frances Arago menyusun garis nol derajat untuk acuan waktu yang disebut PMT (paris Meridian Time). PMT mencapai bentuk paling presisi dari perhitungan yang dilakukan oleh Arago setelah hampir 200 tahun sejak Raja Louis XIII pada 1634 memerintahkan para ahli astronomi Perancis menyusun garis nol derajat untuk PMT.

Perancis kalah. GMT dinyatakan sebagai pemenangnya. Walaupun kalah, Paris tetap mengenang jasa-jasa Arago dan menjadikan PMT sebagai kebanggaan mereka. Garis waktu ini bahkan dianggap suci karena melewati istana Raja Louis yang kini menjadi museum Louvre, gereja Saint Sulpice dan observatorium Paris. Ketiganya diyakini sebagai simbol penggabungan kekuatan raja, gereja, dan ilmuwan.

diadaptasi dari berbagai sumber.

Eco Green Park

Monumen Tugu tampak cantik dilatari langit biru cerah. Alun-alun Tugu atau yang biasa disebut dengan alun-alun bundar ini terkenal sangat indah. Tugu yang sekaligus merupakan ikon kota Malang ini dilengkapi dengan kolam dan hiasan bunga teratai yang sangat indah.
tugu1 tugu3
Setelah berfoto-foto sebentar di sana, kami kembali ke hotel. Sarapan dan bersiap berjalan-jalan keliling kota Malang :). Bersama dengan dua orang kawan kami pun diajak mengunjungi Jatim Park 2. Ada apa di sini ya?

Mengusung semboyan Hijaukan Bumi Bersama Eco Green Park, inilah wisata ekologi pertama di Jawa Timur yang tepatnya terletak di Jl. Oro-oro Ombo No. 9A, Kota Wisata Batu, Malang. Selepas pintu masuk Eco Green kita bisa menikmati miniatur landscape pertanian, perkebunan beserta hasil budidaya serta dampak dari kerusakan alam.
a kerusakanalam
Di dalam wahana Eco Green yang luasnya kurang lebih 5 hektar ini dapat kita temui berbagai kreasi seni patung yang terbuat dari barang bekas dan sampah.

gajah
Patung dari barang bekas

patung gajah dari sampah elektronik

Wahana pertama yang kami kunjungi adalah Insectarium. Insectarium adalah tempat jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectarium sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda serta sejenisnya seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalejengking dan belalang sembah. Selain itu ditampilkan juga keterangan mengenai serangga-serangga tersebut seperti bentuk serangga, tempat hidup mereka, dan berbagai pengetahuan seputar serangga. (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Insectarium)

kupu

kupuUU
Kupu-kupu herbarium

Kupu-kupu yang dilindungi UU

Walau makhluk-makhluk mungil itu tampak indah dan adakalanya ringkih namun jangan salah, diantara mereka pun ada yang menebarkan racun. Oya, di sini kita juga bisa berinteraksi langsung dengan serangga-serangga tersebut dan mengamati dengan detail setiap bentuk serangga yang ada, seperti di ruangan yang diisi dengan pohon jambu dan belalang ranting. Kita bisa masuk ke ruangan ini dan mencoba menemukan si belalang yang mahir menyamar sebagai ranting pohon. Tapi, hati-hati ya, karena beberapa serangga itu sering tampak di antara batu-batu yang bisa saja secara tidak sengaja kita injak.

belalangranting

belalanganggrek

belalangsembah
Belalang ranting

Belalang anggrek

Belalang sembah

Coba perhatikan bentuk belalang sembah. Konon nama ini diberikan karena bentuk belalang ini menyerupai selayaknya orang berdoa.

Keluar dari ruang insectarium kami menuju walking bird, wahana di mana kita dapat mengamati jenis-jenis burung yang tidak suka terbang. Sayangnya, si penguin belum ada di sini, padahal penguin itu burung yang tidak suka terbang, kan ya? :). #colek pipi ah 😉

Hei, ada makhluk mungil dengan ekornya yang menggemaskan. Bisa menebak? Ya..ya.. tupai :). Tupai, makhluk yang konon sukanya berpasangan ini tampak sedang melahap biji-bijian, sementara tupai pasangannya entah dimana tak terlihat.
tupai
Jangan kaget jika kita sedang asyik berjalan-jalan berpapasan dengan burung-burung yang tersasar ya. Biasanya penjaga di sana selalu sigap. Tenang saja, barangkali mereka pun bosan dan ingin bertemu kawan baru 🙂

Nah, ini bagian yang membuat kerasan, perkebunan sayur :). Dalam wahana ini kita bisa belajar mengenai cara berkebun atau menanam sayur dan mengenal berbagai jenis sayuran. Dilanjut dengan rumah strawberry, jamur, dan carnivora garden. Kita juga bisa belajar cara budidaya strawberry dan jamur beserta pengolahannya dan juga bisa membeli hasilnya seperti sate strawberry dan kripik jamur. Tergiur dengan buah strawberry yang bergelantungan di pot-pot akhirnya saya membeli satu tanaman strawberry. Cukup satu, itu pun tidak terlalu yakin apakah bisa lolos di pemeriksaan bagasi nanti? Tapi, terkadang nekat itu diperlukan juga 🙂

bawang

l&w
Bawang Prei

Lobak dan wortel
sayur

lobak
Seledri

Lobak
buah3

buah8
Tomat cherry

Strawberry

Kalau ingin belajar pengolahan limbah sampah atau kotoran hewan juga bisa loh di sini. Oya, ada yang terlupa, dalam wahana yang sama dengan perkebunan sayur, kita bisa belajar tentang cara mengolah susu hingga menjadi produk susu.

Selain strawberry ada juga tanaman tomat cherry dengan buah-buah berwarna merah hijau kecil yang bergelantungan. Yang menarik perhatian saya adalah tanaman tomat ini dipasangi tali yang menjulur ke atas. Ketika saya tanyakan kepada petugas yang ada di sana, Beliau bilang itu untuk memudahkan mengambil buahnya karena pohon tomat tingginya bisa mencapai 3 meter. Good idea :), yang kemudian saya terapkan di pohon tomat saya yang saat ini juga mulai berbuah :).

Berikutnya, pasar burung. Di beberapa tempat biasanya terdapat wahana permainan yang cukup ramai antre-annya dan saat itu lebih sering kami lewati saja. Kebetulan wahana menggunakan kereta untuk melihat kehidupan prasejarah mulai dari zaman purba sampai jaman modern saat itu antre-annya sepi sehingga kami sempatkan ke sana.

Wahana sains walau sedikit namun tetap memikat hati. Di sini ditampilkan percobaan kincir angin untuk membangkitkan tenaga listrik. Berbagai macam kincir yang jika kita sentuh dengan kecepatan tertentu maka bisa menyalakan lampu-lampu gedung dan bangunan sebagai latar belakangnya. Ada juga stalaktit dan stalagmit serta ruangan dengan suasana gempa bumi. Atau ingin merasakan dinginnya Antartika? 🙂
kc

Atau ingin melihat berbagai hasil karya yang terbuat dari barang bekas atau sampah? Berikut ini adalah keterampilan yang dipamerkan. Ada yang terbuat dari kemasan rokok, limbah kertas, tutup botol dan kaleng, dan lain-lain. Bagus-bagus ya?

seni2

seni4
seni5

seni6
seni7

seni8

Mendapatkan pengetahuan sejatinya bisa darimana saja. Dengan 35 wahana yang memadukan konsep wisata alam, kebudayaan, lingkungan dan seni yang inspiratif, menarik, dan mendidik, Eco Green park bisa menjadi pilihan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara yang menghibur dan menyenangkan.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai Eco Green Park silakan kunjungi situs mereka di sini.

Musium Malang Tempo Doeloe

Kota yang terletak di dataran tinggi yang cukup sejuk ini bernama Malang. Kota yang dikelilingi oleh gunung-gunung ini baru berdiri pada tahun 1914, menurut catatan yang tertera di dinding musium Malang Tempo Doeloe.

Musium ini diresmikan tanggal 22 Oktober 2012 dan berlokasi di Jl. Gajahmada, belakang Balaikota Malang. Dengan tiket masuk seharga 15.000 IDR, kita dapat melihat sejarah panjang kota Malang sejak jaman prasejarah sampai modern. Berbeda dengan musium pada umumnya, musium Malang Tempo Doeloe didesain dengan cita rasa masa kini. Tidak ada pemandu khusus tapi Anda bisa mengajukan permintaan jika merasa memerlukan. Lebih enaknya sih ditemani pemandu karena bisa mendapat banyak cerita yang mungkin luput dari perhatian kita.

Pameran diawali dari hasil penemuan bekas-bekas fondasi batu bata, kemudian berbagai prasasti, bangunan candi dan arca serta berbagai gerabah yang ditemukan dari periode akhir Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) yang kesemuanya ditemukan di tempat yang saling berdekatan.

Di ruang pertama terdapat miniatur kota Malang disertai gunung-gunung yang mengelilinginya. Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala dan menjadi kawasan pemukiman.

Dipamerkan juga koleksi bebatuan dari zaman pra sejarah sampai saat ini. Bentuk batu-batu jaman dahulu lebih besar dan kuat jika dibandingkan dengan batu-batu yang ada saat ini. Ada juga relief batu yang menggambarkan kehidupan pada masa itu.
photo 2 photo 4
Sebuah lukisan candi terpasang di dinding ruangan. Itu lah candi Badut, candi tertua di Indonesia. Candi ini terletak di kawasan Tidar, di bagian barat kota Malang.

Di ruangan lain dipamerkan berbagai jenis celengan dari tanah liat. Ada cerita menarik mengenai asal kata celengan. Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (100 tahun setela Masehi) di daerah Malang ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. (sumber: wikipedia).
Nah, konon di jaman kerajaan Majapahit anak-anak sudah diajarkan tentang pentingnya menabung. Bentuk tabungan pertama yang dibuat adalah celeng atau babi hutan. Sejak itu, mereka menyebutnya dengan celengan.
mmtd8
Ada juga sebuah prasasti berhuruf Jawa Kuno Hanacaraka Datasawala.
mmtd7
Berikutnya, di sudut ruangan terdapat properti rumah tangga seperti teko, cangkir, dan lain-lain dilengkapi dengan peralatan pembuatnya atau disebut rumah tembikar.
mmtd6 mmtd5
Berbagai peralatan tradisional masyarakat jaman itu pun dipamerkan, seperti lesung untuk menumbuk padi, alat penggilingan jagung, ani-ani (alat untuk memotong padi), serta mixer tradisional untuk pengaduk bahan makanan. Alat ini digunakan pada masa pengungsian Belanda tahun 1939. Cara kerja mixer tradisional ini adalah dengan menarik kedua tali saling berlawanan untuk menggerakkan pangkal kayu di bawahnya.

Kota Malang kemudian tumbuh dan berkembang setelah hadirnya kolonial Hindia Belanda. Beberapa aksesori masa itu bisa ditemukan di sini. Ada juga penjara yang banyak diisi oleh orang Belanda ketika Jepang menduduki kota Malang.

Di musium ini ditampilkan juga foto-foto walikota Malang sejak masa penjajahan Hindia Belanda, Jepang dan masa Kemerdekaan.

Ruang musium berakhir di gerai-gerai yang menampilkan unsur-unsur dari budaya kota Malang masa lampau. Semua yang tersaji di stand-stand ini bernuasa tempo doeloe seperti makanan, minuman dan souvenir (kesenian dan kerajinan tradisional). Ini adalah bagian dari acara tahunan yang digelar di kota Malang, Jawa Timur, yang disebut dengan festival Malang atau Malang Tempo Doeloe.
mtd-gerai1 IMG_0411

Dari Workshop ke Musium

Udara sejuk menyambut kedatangan kami di bandara Abdul Rachman Saleh, Malang. Bandara ini terletak di Pakis, Kabupaten Malang, atau sekitar 17 km arah timur dari pusat kota Malang. Setelah check in di hotel terlebih dahulu, kami langsung berangkat ke tempat acara yang diadakan oleh komunitas di SMK Sandhy Putra, tempat partner menjadi pembicara esok hari. Saya sendiri hanya menemani dengan niat jalan-jalan :). Tetapi, berhubung salah satu pembicara berhalangan hadir maka saya dimintai tolong mengisi sesi Beliau. Reaksi pertama tentu saja menolak. Iya sih, pesertanya seusia murid saya tapi tanpa persiapan materi? Wow 🙂

Setelah berusaha menolak dan menawar akhirnya diputuskan saya ditemani pembicara utama, mbak Ollie (Mbak Ollie ini sudah mengisi sesi sebelumnya). Sambil mencari ide agar sesuai dengan bahasan worksop yang mengambil tema Start up, saya memutuskan bercerita tentang murid-murid saya dan karya mereka. Beruntung saya pernah memberikan materi prakarya berupa perancangan produk, yang mengenalkan siswa kepada dunia kewirausahaan berbasis digital. Dan materi serta karya siswa itu saya simpan dan tulis di blog saya di sini. Alhamdulillah, presentasi hari itu berjalan lancar.
photo 1
Hari kedua, sementara partner menjadi pembicara, saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri kota Malang. Tujuan pertama yaitu musium Brawijaya. Rintik hujan menyapa ketika saya turun dari becak. Sedikit berlari saya menapaki tangga musium. Tiket masuk musium ini 2.500 IDR.
photo 1
Bangunan musium tampak tua, berdebu dan kurang terawat. Beberapa anak sekolah berlarian. Mulanya agak takut juga masuk ke dalam sendirian, apalagi kemudian ruangan di sisi kiri itu mendadak sepi dan sunyi. Tapi ketakutan itu hilang begitu melihat foto dan peralatan yang digunakan para pejuang untuk melakukan komunikasi dengan memanfaatkan burung merpati. Hebat juga ya, merpati bisa dilatih untuk menyampaikan pesan.
photo 2 photo 3
Ada juga koleksi peralatan komunikasi dan model komputer lawas. Dokumentasikan dahulu, barangkali bermanfaat untuk bahan mengajar.
photo 1
Dan, yang tak kalah menarik adalah koleksi mata uang RI jaman lalu. Ada juga mata uang Jepang yang sempat beredar di Indonesia, ketika negeri matahari terbit itu menjajah Indonesia. Sebagai mantan kolektor koin saya cukup berlama-lama di bagian ini.
photo 4 photo 5 photo 2
Beberapa barang peninggalan sejarah lainnya masih terawat baik seperti mobil, tank, peralatan tempur serta perlengkapan dari pakaian sampai perabotan seperti kursi, meja, yang digunakan oleh panglima Soedirman.

Di halaman belakang musium Brawijaya terdapat gerbong maut. Gerbong ini pada masa penjajahan Belanda digunakan untuk mengangkut 100 tawanan pejuang Indonesia dari Bondowoso menuju Surabaya. Keadaan gerbong yang kecil serta tertutup rapat mengakibatkan 46 orang meninggal, 11 sakit parah, 31 sakit, dan yang masih sehat hanya 12 orang.

Di luar, tetes-tetes hujan membasahi permukaan bumi. Patung panglima besar Soedirman berdiri tegak di tengah terpaan hujan. Sebuah tekad telah ditanamkan, di dada seorang pangsar Sudirman, “Janji sudah kita dengungkan, tekad sudah kita tanamkan. Semua ini tidak akan bermanfaat apabila janji dan tekad ini tidak kita amalkan dengan amalan yang nyata.”

Selaras dengan semboyan “Citra Uthapana Cakra” yang berarti “Sinar Yang Membangkitkan Kekuatan”, musium Brawijaya berharap dapat menjadi tempat yang bisa membangkitkan semangat bagi siapa saja yang datang.

Keluar dari musium Brawijaya, saya melanjutkan perjalanan mengunjungi klenteng. Klenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut agama Konghucu. Masuk ke dalam klenteng tidak dipungut bayaran. Berfoto-foto sebentar untuk kemudian melanjutkan kunjungan ke musium berikutnya, musium Malang Tempo Doeloe.

Fort Rotterdam

Rintik hujan menemani perjalanan kami sore ini menuju Fort Rotterdam, benteng peninggalan Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan. Letak benteng berada di pinggir pantai Losari sebelah barat kota Makassar.

Memasuki komplek benteng, di kiri kanan berdiri bangunan-bangunan yang telah dialih fungsikan menjadi museum. Sementara beberapa bangunan lainnya di dalam benteng sudah banyak yang hancur, walaupun kondisinya masih tampak baik.
photo 5

Menyusuri tepian benteng dan sesaat angan mengembara jauh. Dahulu, di sini, selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang. Sultan Hasanuddin dan para pejuangnya bertempur mati-matian mempertahankan benteng melawan Belanda. Tujuan penyerbuan Belanda adalah untuk menguasai jalur rempah-rempah dan memperluas kekuasaan untuk memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku. Pertempuran ini menyebabkan beberapa bagian benteng hancur. Kesultanan Gowa pun kalah dan dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.

Guberbur jenderal Speelman, armada pemimpin perang saat itu kemudian membangun kembali beberapa bagian benteng yang hancur dengan model arsitektur Belanda. Dan menambahkan satu bastion lagi di sisi barat. Ia juga menamakan benteng dengan Fort Rotterdam, yang diambil dari nama tempat kelahiran Speelman (narsis juga ya? hehe)

Dinding tembok benteng konon dibuat dari batu padas hitam, yang bahan dasarnya merupakan campuran batu dan dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Tembok benteng sudah dipenuhi lumut, namun kenangan kemegahan sebuah benteng masih jelas tergambar.
photo 2
Sayang, beberapa museum seperti museum La Galigo sudah tutup, mungkin karena kami sudah terlalu sore ke sana. Namun ada satu museum yang masih buka. Entah museum apa namanya. Untuk masuk ke dalam museum ini tarif yang dikenakan adalah 5000 IDR untuk wisatawan lokal, untuk turis asing 10000 IDR. Isi museum antara lain, perahu pinisi, kapal layar tradisional suku Bugis dan Makassar. Ada juga berbagai hasil bumi dan rempah pulau ini, antara lain: kopra, kopi, dan lain-lain. Rumah adat masyarakat Bugis dan Makasar, serta peralatan membuat kapal, melaut, dan banyak lagi. Dipamerkan juga kreasi corak dan warna khas kain sutra Bugis dan Makasar yang ditenun secara tradisional.
photo 2
makassar
Keluar dari museum kami menuju penjara Pangeran Diponegoro. Pangeran dari Jawa Tengah ini pernah dipenjara oleh Belanda. Sel ini memiliki ruangan yang sempit dengan atap melengkung dan pintu yang rendah. Lagi, kami tak bisa masuk ke dalam dan hanya bisa melihat dari luar.
photo 5
Di sekitar benteng terdapat toko souvenir yang menjual berbagai benda kerajinan tangan. Ada juga toko yang menjual buku-buku hikayat dan sejarah kepahlawanan kota ini, yang juga sayangnya sudah tutup. Maka, kami cukup menyusuri sudut-sudut benteng dan lorong-lorong bastion yang berbeda satu sama lain. Beberapa bagian lorong dan sudut bastion mengingatkan saya pada kisah-kisah detektif. Lorong-lorong dan gua misteri yang menegangkan dan begitu seru untuk dieksplorasi.
photo 5
Rintik hujan masih mengguyur Makassar, pulau nenek moyang pelaut sejati. Kami keluar dari benteng Fort Rotterdam untuk perjalanan berikutnya. Saatnya mencicipi kuliner kota Anging Mammiri yang terkenal dengan ragam olahan berbahan dasar ikan dan kaya rempah.

Kuliner khas di Makassar adalah coto makassar, masakan berkuah segar panas yang terdiri dari beberapa pilihan seperti daging sapi, lidah sapi, dan jeroan. Disantap bersama ketupat atau buras, disertai sambal hijau pedas. Makassar juga terkenal dengan olahan dasar ikan. Rasa ikan di sini berbeda dengan di Jakarta, lebih manis. Disantap bersama tumis kangkung, sambal mangga, sambal dabu-dabu dan sambal ikan bakar yang racikannya terdiri dari sambal kacang dilengkapi jeruk nipis, hemm.. enak deh :). Cemilan khas kota ini adalah pisang epe. Pisang tanduk muda yang dibakar dan dilapisi keju bersama larutan coklat dan biji durian. Untuk menghangatkan tubuh bisa mencoba saraba, minuman yang berisi campuran susu dan jahe. Rasanya serupa dengan bajigur atau bandrek.

Malam semakin larut, dari lantai kamar hotel laut Losari tampak tenang, temaram. Beberapa kapal tampak di kejauhan. Itukah pinisi?

Kebun Raya Bogor

Sambil menyelam minum air. Sambil menghadiri resepsi pernikahan rekan kerja partner yang diadakan di Bogor, sekalian saja mengunjungi Kebun Raya Bogor ^-^. Ini bukan kali pertama kami ke Kebun Raya Bogor, tapi memang tidak pernah membosankan ke tempat semenarik ini. Kalau dulu kami naik kereta dan mendengarkan penjelasan pemandu mengenai keunikan berbagai tanaman yang ada di area ini, kemarin kami memilih berjalan-jalan sendiri. Selain seperti biasa memelototi pohon-pohon kenari.

Nah, hari ini tujuan kami ke musium Zoologi. Musium ini berada di dalam area Kebun Raya Bogor, berlokasi di Jl. Ir.H. Juanda no.09 Bogor. Oya, untuk melihat musium ini tidak dipungut bayaran karena sudah termasuk tiket masuk ke dalam Kebun Raya Bogor itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (dalam jaringan), Zoologi adalah ilmu tentang kehidupan binatang dan pembuatan klasifikasi aneka macam bentuk binatang di dunia. Di musium ini memang dipamerkan berbagai macam kehidupan hewan yang sudah diawetkan. Beberapa diantaranya sudah tampak rusak.

Memasuki ruang mamalia, seekor badak besar berada di dalam kaca menyambut kami. Konon, ini adalah badak jantan terakhir yang hidup di sekitar Priangan Jawa Barat bersama pasangannya. Namun sang betina tewas ditembak pemburu liar sehingga badak jantan ini kemudian hidup sendirian. Agar badak jantan ini tak jatuh ke tangan pemburu gelap dan demi kepentingan ilmu pengetahuan akhirnya diputuskan untuk mematikan badak jantan dan membawa jasadnya untuk dijadikan koleksi musium. Kulit badak ini tampak tebal. Oya, badak di dalam etalase kaca ini bukan patung loh, tapi badak asli yang diawetkan.
photo (35)
Berikutnya, ada musang atau luwak atau orang sunda menyebutnya dengan careuh. Musang luwak termasuk hewan menyusu (mamalia) dan termasuk ke dalam suku musang. Musang banyak ditemui di sekitar pemukiman dan perkotaan. Hewan ini aktif pada malam hari untuk mencari makan. Makanan musang adalah aneka buah-buahan dan berbagai macam serangga. Yang menarik dari hewan ini, yaitu di dalam kotoran musang kerap didapati aneka biji-bijian yang tidak tercerna. Oleh karena itulah musang dianggap sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalam ekosistim hutan. Biji-bijian itu akan tumbuh kembali sebagai tanaman. Unik ya?
luwak
Ternyata bajing dan tupai itu berbeda loh. Nggak percaya? Coba lihat ini.
photo (33)
photo (34)
Bajing adalah nama umum bagi sekelompok mamalia pengerat dari suku Sciuridae. Kata yang berpadanan dalam bahasa Inggris adalah squirrel.
Kelompok ini adalah kelompok besar mamalia kecil, yang di Indonesia mencakup jenis-jenis jelarang, bajing terbang dan bajing pohon pada umumnya. Juga jenis-jenis bajing tanah, anjing prairi dan chipmunk. Dua golongan terakhir ini tidak didapati di Indonesia. (dikutip dari sini).
Sedangkan tupai adalah adalah segolongan mamalia kecil yang mirip, dan kerap dikelirukan, dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama dan jauh kekerabatannya dari keluarga bajing. Tupai adalah pemangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam bangsa insektivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut, sedangkan bajing dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan tikus.
Dalam bahasa Inggris, tupai disebut treeshrew, yang arti harfiahnya cerurut pohon (tree pohon, shrew cerurut) meskipun tidak semuanya hidup di pohon (arboreal). (sumber dari sini)
tupai
photo (36)

Ada juga tulang ikan paus, namun sayangnya ketika kami ke sana sedang dipugar sehingga ruangan tersebut ditutup. Selain berbagai jenis hewan di musium zoologi, beraneka jenis tanaman unik dan langka pun ada di sini. Pernah mendengar pohon baobab? Di sana ada juga loh. Pohon baobab adalah pohon yang ada di dalam kisah Pangeran Kecil, Le Petit Prince karya Exupery. Sayangnya kami tidak sempat mengambil foto pohon baobab ini karena hari mulai sore dan kami memutuskan untuk bersegera keluar dari sana. Tidak hanya di dalam Kebun Raya Bogor kita bisa menjumpai pepohonan dan tanaman unik, bahkan di luar area pun kita bisa menjumpai pepohonan yang saling menumpang pada tumbuhan lainnya, atau nama kerennya epivit. Epivit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Selain epivit ada juga liana. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Liana)

Foto-foto lainnya:
burung
hewan
mamalia
pengerat
photo (53)
Oya, sebelum pulang tak lupa donk bekal kenari untuk Tuptup di rumah :). Wah, sayangnya kami lupa membeli bengkuang dan aneka buah lainnya, padahal bengkuang di sini bagus-bagus loh, bersih dan tampak segar. Tapi sempat sih membeli jambu air, sedikit saja buat dicemil-cemil.. hehe.