Belajar Tiada Henti

Paris, 2019

Alhamdulillah kami sampai di bandara Schipol, Belanda dengan selamat setelah menempuh perjalanan 14 jam non stop dari Indonesia menggunakan pesawat Garuda. Dari Belanda kami akan melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Paris dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam 4 menit. Kami memutuskan untuk istirahat dahulu di bandara sambil menunggu kereta yang akan membawa kami ke Paris.

Satu-satunya alasan yang membuat kami mengunjungi Paris kembali adalah karena kami berdua ingin melihat museum Currie. Dua tahun sebelumnya museum ini sedang direnovasi ketika kami berkesempatan mengunjungi Paris pada tahun 2012. Marie Currie adalah tokoh favorit saya sejak kecil. Saya memiliki buku-buku seri tokoh ternama yang salah satunya adalah Marie Currie. Sebenarnya ada satu museum lagi yang ingin saya kunjungi dan lokasinya di Paris juga, yaitu museum Louis Pasteur, penemu vaksin rabies. Sayangnya, dua museum itu tutup pada jam yang sama dan kami harus memilih salah satu.

Marie Currie atau nama aslinya adalah Maria Sklodowska bersama suaminya Pierre Curie adalah peraih nobel pertama untuk penelitian mereka tentang radiasi. Marrie juga adalah wanita pertama penerima nobel. Marie lahir di Warsawa, Polandia. Marie kemudian pindah ke Paris untuk melanjutkan kuliah dan kemudian mendirikan laboratorium di rumahnya dimana ia menemukan radium.

Usai dari museum Currie kami mampir sebentar ke museum pantheon. Pendulum Foucault menggantung megah di bagian tengah dalam pintu masuk. Mengenai pendulum ini saya pernah menuliskannya di sini.

Lalu kami berjalan kaki melihat-lihat toko buku dan mengunjungi toko pernak-pernik The Little Prince. Tujuan berikutnya adalah museum Louvre. Namun sayangnya saat itu museum Louvre ditutup, jadi kami hanya melihat dari luar. Jarum jam telah menunjukkan angka 8. Malam telah menjelang namun sinar matahari masih bersinar terang. Toko-toko telah lama tutup. Kami memutuskan kembali ke hotel dan beristirahat. Sementara itu musik dan cafe serta restoran penuh sesak oleh warga yang bercengkerama dengan kawan dan kerabat mereka sambil menikmati suasana musim panas yang indah. Selamat malam, Paris.

Hari kedua di Paris, kami sempatkan dengan berjalan-jalan ke taman Luxemburg, kemudian menuju taman bunga Paris di Vincennes, yang di dekatnya terdapat sebuah reruntuhan kastil (lupa namanya). Berbagai tanaman tumbuh di musium udara terbuka ini. Suasananya serupa dengan kebun raya bogor mungkin ya? :). Di sebuah tepi jalan berdiri toko souvenir kecil yang menjual berbagai produk tanaman dan pernak-pernik daur ulang. Saya membeli pensil yang bisa ditanam dan note dengan sampul dari kulit apel. Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju museum sains dan industri di utara Paris. Berbagai robot dipamerkan di musium ini. Sebelum keluar dari musium kami menyempatkan diri masuk ke toko cindera mata yang berisi berbagai produk berkaitan dengan teknologi. Saya tertarik dengan tumpukan buku pemrograman untuk anak-anak. Sayangnya, semua berbahasa Perancis. Mereka tidak menyediakan buku bahasa inggrisnya :(. Antara sedih dan lega :)… hehe.

Kami memutuskan kembali ke hotel untuk melepaskan penat dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan esok hari menuju Geneva.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.