Apakah Pemerintah telah melakukan upaya yang cukup untuk pengembangan ICT?

“If the government is only going to throw a few pennies, then we’re going to get stuck in.”
10368808_10204236670426897_964908206572746942_o
Kutipan di atas diambil dari artikel utama majalah LinuxUser berjudul “Is the government doing enough for computing?”

Seperti diketahui awal tahun 2013 menteri pendidikan nasional UK, Michael Gove, melakukan perubahan besar dalam pembelajaran ICT di sekolah-sekolah di Inggris. Gove mengenalkan kurikulum TIK Sains yang mengedepankan pemrograman. Menurut Gove, pelajaran TIK yang lalu hanya menekankan keterampilan digital mendasar.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka diperlukan keterlibatan pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana. Namun, kurangnya investasi dari pemerintah kepada organisasi-organisasi yang berperan serta dalam pengembangan komputasi menjadi hambatan yang cukup berarti. Salah satu diantaranya adalah kurangnya pelatihan bagi para guru.

Menurut Beale, direktur pengembangan pendidikan yayasan Raspberry, komputasi adalah penyelamat pada tahun-tahun 80-90 an. Tapi kemudian komputasi tersesat sepanjang jalan. Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah kekurangan keterampilan.
“If you teach English, you tend to have an English degree. If you teach Physic, you have a Physic degree. But if you teach computers, then it’s not the case that you will have a computing degree. It may be maths, science or business studies. Those with Computer Science degrees have a choice: get a job on a very good salary or start on £21,000 or so as a teacher. The choice to make is clear and it means there are not a lot of skills on the ground.”

jadi, menurut Beale, ada kesalahpahaman pandangan bahwa seorang guru dituntut untuk memahami program secara menyeluruh. Tidak seperti itu. Yang lebih diutamakan sesungguhnya adalah keterampilan menjelaskan pengajaran itu sendiri kepada anak-anak.

Gagasan mengenai komputasi di bidang pendidikan di UK selama beberapa tahun mengabur sampai kemudian dibangkitkan lagi oleh Eric Schmidt, presiden komisaris Google. Dalam sebuah kesempatan Eric mengatakan bahwa peluang keberhasilan ekonomi Inggris dalam media digital terhambat kembali. Untuk mengatasi hal itu ia menyarankan agar menyalakan kembali gairah anak-anak untuk mempelajari ilmu pengetahuan, teknik dan matematika.

Menteri Pendidikan, Gove, sependapat dengan hal ini, dan dalam pidato nya di bulan Januari 2012, Gove mengemukakan harapannya untuk mengembangkan TIK Sains sebagai pedoman dasar kurikulum baru di sekolah. TIK akan digantikan oleh mata pelajaran computing. Dan itu akan dimulai dari sekolah dasar , mengajarkan anak-anak untuk menganalisa masalah-masalah pada komputasi sambil menerapkan prinsip-prinsip dan konsep abstraksi, logika, algoritma dan representasi data. Pembelajaran itu akan berlanjut sampai ke sekolah menengah sehingga memberikan landasan yang kokoh bagi siswa.

“Bayangkan sebuah perubahan dramatis yang mungkin akan kita capai dalam beberapa tahun dengan perubahan kurikulum ini. Alih-alih membuat anak bosan dengan belajar word dan excel, kita bisa memiliki anak-anak berusia 11 tahun yang mampu membuat animasi 2D sederhana dengan menggunakan program Scratch yang telah disediakan oleh MIT.

Laiknya sebuah perubahan, tentu saja diperlukan adaptasi baik bagi para guru, murid, dan orang tua. Mata pelajaran computing diharapkan sudah diterapkan pada bulan September ini sementara ada beberapa kendala di lapangan, seperti: guru tidak mempunyai waktu banyak untuk mempelajari kurikulum dikarenakan tugas harian mereka yang padat, selain itu pengajaran computing ini pun diajarkan oleh guru yang tidak memiliki keahlian di bidang itu. Untuk mengatasi hal tersebut dan membantu para guru, maka yayasan Raspberry PI mengembangkan sebuah perangkat yang dapat membantu belajar komputasi dengan mudah. Dengan perangkat tersebut maka guru tidak perlu mengajarkan program secara langsung.

Yayasan Raspberry berharap dengan atau tanpa anggaran yang cukup memadai dari pemerintah, visi mereka menyebarluaskan pentingnya computing dapat sampai kepada guru.

“We just want to get the message across to teachers that computing is just as much a way of thinking as it is coding. It is about algorithms and abstractions and getting stuff done, says Beale. It’s really good for the brain and that’s why we love it; it teaches a special way of problem solving and that’s why Computer Science Unplugged (csunplugged.org) is brilliant – it’s a resource that shows how to teach comuters without a computer – colouring in stuff to learn binary.”

As time goes on, Beale predicts teachers will become more confident and coding will, at that stage, start to take on greater prominence. “if you can’t program, you can’t tell a computer what to do,” he says. “But at the age of five, six, and seven, you want to be introducing them to the concepts. What we don’t want is teachers to panic. This is a long journey and teachers will come to understand that learning is two-way with computing. If we can get people to a point where computing is just as common a skill as reading, then we’ve cracked it – and i think we will get there one way or another.”

Jadi, belajar komputer tanpa komputer apakah mungkin? Tentu saja mungkin dan bisa. Computing baik untuk otak, ia akan melatih anak-anak kita untuk bisa memecahkan masalah. Salah satu materi TIK Sains bisa dilihat di sini, http://csunplugged.org

Dan apakah harus seorang guru yang memiliki latar akademik komputer untuk mengajarkan computing? Beale sudah menjelaskannya di atas :).

Dan seperti yayasan Raspberry yang tidak akan berhenti walau tanpa dukungan anggaran yang cukup dari pemerintah, semustinya kita, guru TIK, di Indonesia juga tidak berdiam diri. Walaupun mata pelajaran ini dihapuskan kita bisa memilih untuk mengajarkan mata pelajaran ini sebagai mulok atau ekstrakurikuler atau apapun. Kita bisa belajar dari mana saja, sekian banyak literatur, majalah, dan buku yang tersebar adalah guru kita, tempat kita belajar.

Sumber: Diadaptasi dari majalah LinuxUser. Ini bukan terjemahan tetapi hanya garis besar dari isi artikel di atas.

Kata Kerja Operasional

Komponen penting dalam silabus maupun RPP adalah indikator pencapaian kompetensi. Komponen ini penting karena menjadi dasar untuk menyusun indikator penilaian. Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan dasar pedoman penialian bagi guru, peserta didik, maupun pengawas di sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non tes harus sesuai dengan indkator penilaian. Indikator penilaian ini menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator pencapaian kompetensi.

Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.

Kata Kerja Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Taksonomi Bloom pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.

Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk menyusun indikator.

A. Ranah Kognitif
Koginitif adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Berikut ini adalah contoh kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk ranah kognitif
kk operasional-2

B. Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab, dll. Selain itu, indikator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan sosial misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.

kk operasional-3

C. Ranah Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

kk operasional-4

sumber: dari berbagai sumber

Paradigma Pembelajaran TIK di Sekolah

Memasuki awal tahun 2013, menteri pendidikan nasional Inggris, Michael Cove melakukan perubahan besar dalam pembelajaran TIK di negaranya. Cove mengenalkan kurikulum TIK yang mengedepankan pembelajaran TIK Sains. Menurut Cove, pelajaran TIK yang lalu hanya menekankan keterampilan digital mendasar.
Dikutip dari majalah E&T, Fresh Fruit For Teacher. Volume 8 Issue 3 April 2013, Erick Schmidt dari google dalam pidatonya di sebuah festival televisi internasional Edinburgh memberikan pendapatnya bahwa mengajarkan anak-anak hanya pada bagaimana menggunakan software dibanding menciptakannya, sama artinya menghilangkan warisan kemampuan komputasi yang dimiliki anak-anak itu.

Untuk menghasilkan generasi pencipta dan bukan sekedar pemakai, Cove ingin para murid belajar tentang kode komputer sehingga mampu menghasilkan animasi yang sederhana atau membuat aplikasi untuk telepon pintar mereka.
Bersamaan dengan revolusi pembelajaran ICT di UK, maka di pertengahan tahun 2013 mendikbud RI mengeluarkan kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum 2013. Salah satu kebijakan dari kurikulum 2013 adalah dihapuskannya mata pelajaran TIK di jenjang SMP dan SMA, untuk kemudian menggantinya dengan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.
Keputusan ini tentu sangat disayangkan banyak pihak. Munculnya alasan dari pemerintah bahwa, “anak TK dan SD saja sudah bisa internetan,” menghadirkan pertanyaan baru, “apakah -bisa internet- dapat dijadikan parameter bahwa anak-anak kita sudah mahir menggunakan dan memanfaatkan internet dengan baik?

Barangkali, kutipan artikel dari “Scratch: Programming for everyone,” di bawah ini dapat menjadi bahan renungan bersama.
“Anak-anak kita saat ini adalah mereka yang disebut dengan digital native. Digital native adalah istilah untuk mereka yang lahir bersamaan dengan lahirnya era digital. Sejak dini mereka sudah terbiasa berkirim teks melalui gadget, bermain game online, serta berselancar di internet. Namun, apakah semua itu menandakan bahwa mereka sudah mahir menggunakan teknologi? Walaupun anak-anak muda itu hampir setiap saat bersentuhan dengan media digital, ternyata hanya sedikit dari mereka yang mampu menciptakan games, animasi, ataupun simulasi. Dalam artikel ini, situasi di atas digambarkan sebagai, “It’s as if they can read but not write.”
Belajar pemrograman tidak sekedar bertujuan agar semua anak menjadi programmer. Namun, pemrograman dapat membantu anak mengembangkan keterampilan matematika dan logika, meningkatkan kreativitas, serta melatih mereka untuk memecahkan masalah. Keterampilan dasar di atas akan membantu anak menghadapi kehidupan mereka di masa depan.

Alih-alih menghapus mata pelajaran TIK di sekolah apakah tidak sebaiknya merevisi kurikulum TIK dan menyesuaikan dengan kebutuhan masa depan generasi bangsa?

Mencari Buku Digital

Sumber: dari sini.

Mencari buku di toko buku versi daring dapat diperoleh di books.google.com , ada tempat lain yang juga menarik salah satunya adalah di BookFinder (http://en.bookfi.org/).

Untuk mencari, cukup ketikkan kata kunci. Buku juga dapat diunduh versi pdf nya atau dapat dibeli (pesan) versi cetaknya.

Buku Baru

Beberapa hari yang lalu editor mengabarkan bahwa buku kolaborasi saya dengan beberapa kawan telah selesai dicetak. Sambil menunggu penerbit mengirimkan sampel buku, sementara ini hasil foto dari editor.

Selamat datang buku baru. Semoga kehadiran kalian memberikan manfaat bagi banyak orang. Terima kasih untuk kawan-kawan atas kerjasamanya dan editor serta penerbit atas kepercayaannya.

1390555_432945010139134_49321456_n

Stephen Ritz: Seorang guru yang menghijaukan Bronx Selatan

Ini cerita seorang guru yang memperhatikan bahwa 70% anak-anak yang kesulitan belajar semustinya bisa dicegah seandainya anak-anak itu mendapat nutrisi pra kelahiran yang cukup. Stephen Ritz, guru di Bronx Selatan, -dearah yang disebutnya gurun karena ditinggalkan oleh warganya sendiri yang memilih berkarir di tempat lain-, berinisiatif mengajak kepala daerah dan Green Living Technologie bekerjasama untuk memasukkan pelajaran berkebun ke dalam ruang kelas. Siswa-siswa belajar dari para ahli pertanian untuk memilih benih, menyemai dan merawatnya. Mereka juga memanen dan memasak makanan sehat yang mereka petik dari kebun sendiri.

Mereka juga memanfaatkan teknologi komputer untuk membantu pekerjaan mereka. Keterampilan berkebun yang mereka peroleh di sekolah juga diterapkan di rumah sehingga memberikan peluang bisnis untuk para siswa itu sendiri. Dengan sendirinya dunia kewirausahaan pun terbuka.

Tertarik mendengar kisah Stephen Ritz? Dia siap membaginya dengan Anda di sini.

sumber: klik di sini

Film Teknologi

Berikut ini adalah daftar film teknologi yang barangkali Anda minati. Berrmanfaat juga untuk diputar di depan kelas. Terima kasih banyak untuk semua rekan di facebook atas sarannya 🙂

1. Jobs (2013)
2. Star Trek
3. Cyber Ghost (drama korea)
4. Echelon Conspiracy. Menurut om Nielson, anak-anak muda sekarang musti diajar ‘paranoia’ kalau bermain dengan technology :- ). Ini link youtube nya http://www.youtube.com/watch?v=KEcLIn13HSo
5. Die Hard 3 / 4
6. Pirates of Silicon Valley; mengenai ‘sejarah’ PC.
7. Ghost In The Shell, mengenai konsep technology based consciousness. Apakah robot memiliki kesadaran?
8. The Internship
9. Warriors of the net – lebih ke pelajaran sih, atau cari di youtube “Internet Revealed – The EuroIX movie”
10. Richman Poorwoman
11. Linimasa 1, 2 dan 3
12. NatGeo: Inside Google, EA Sport , atau serial Megafactories
13. Hackers, Angelina Jolie. jaman dahulu kala, konek client ke server masih pakai modem kayak bemonet
14. Warriors of The Net itu animasi soal perjalanan paket TCP/IP dari tempat asal ke tujuannya. Kalau yang EuroIX mengenai kenapa dan apa itu perlunya internet exchange. Kalau Linimasa film buatan ICT Watch/Internet Sehat (Donny BU) soal dampak internet / blog / tweet di masyarakat Indonesia
15. videogame highschoo
16. Triumph of the Nerds (PBS). Yang ini aslinya dari Pirates of Silicon Valley (dokumenter). http://www.youtube.com/watch?v=gY2UalsNmLs

Kisah Robot Roci

Roci adalah nama robot yang diambil dari nama pemberi workshop pemrograman robot di Inaicta tanggal 1 September yang lalu. Saat itu saya dan partner datang melihat pameran Inaicta. Ada banyak sekali karya mengagumkan dari anak-anak muda negeri ini, dari tingkat Sekolah Dasar sampai Universitas. Inaicta adalah kepanjangan dari Indonesia ICT Award. Tentu, ini adalah ajang lomba karya inovasi bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Berbagai karya dari perangkat lunak sampai perangkat keras dipamerkan, salah satunya robot.
inaictainaicta21071261_10202107161150496_1572122065_o
Selain itu ada banyak workshop dari gratis sampai berbayar yang dapat diikuti. Sayang memang karena kami baru mengetahui acara ini di hari terakhir, sehingga acara workshop pun banyak yang terlewat. Tapi namanya juga iseng, kami nekat menyusuri ruang-ruang workshop sambil melirik-lirik barangkali masih dibolehkan masuk. Karena kebanyakan workshop sudah hampir selesai maka kami tidak kesulitan untuk ijin melihat-lihat sebentar sampai akhirnya kami terdampar di ruang workshop pemrograman robot. Di sini partner malah bertemu dengan sesama rekan IEEE nya dan kami pun mengikuti acara ini sampai selesai. Walau tidak lama, usai acara kami bisa berbincang-bincang dengan nara sumber. Kami juga memutuskan membeli model robot yang saat itu menjadi materi kursus. Untungnya mereka tidak keberatan.

Berbicara tentang Roci, Roci memang didesain satu paket dengan pembelajaran pemrograman yang menggunakan Scratch sebagai programnya dan Windows XP serta windows 7 untuk sistim operasinya. Perpaduan yang tepat, seperti yang sedang saya cari dan sedang saya usahakan pelajari saat ini.
1176235_10202063594581359_1476770740_n
Informasi lengkap mengenai Roci bisa libaca di sini.

Setidaknya, dengan adanya Roci dan penjelasan dari partner saya mendapat gambaran kerangka pembuatan robot. Untuk model Roci barangkali bagan ini bisa membantu.
roci

Konsepnya kira-kira begini, kita ingin mendesain robot yang berjalan di sistim operasi Windows dengan menggunakan program Scratch. Maka, agar si robot ini nanti dapat digerakkan sesuai platform di atas maka Windows memberikan pilihan, yaitu melalui VGA, memory card, bluetooth, dan USB.

Jika kita memutuskan robot dapat dijalankan melalui USB maka kita perlu mengetahui portnya untuk menentukan jenis drivernya. Nah, robot Roci bisa dijalankan dengan mencolokkan USB ke port komputer. Dan agar terjadi sambungan (koneksi) antara Roci dengan programnya (yaitu Scratch yang berjalan di sistim operasi Windows) maka perlu diinstal driver yang sesuai. Selanjutnya? Mari kita eksperimen dengan berbagai macam program di Scratch untuk menjalankan robot Roci ini.

Kisah Roci ini saya masukkan juga ke dalam materi pengajaran di kelas, sebagai tambahan wawasan untuk mereka. Silakan lihat di sini.

Memanfaatkan Google Secara Efektif

Berikut adalah tips untuk memanfaatkan fasilitas Google:

1. Tambahkan tanda kutip (” “), untuk informasi yang tepat sasaran.
Tanda kutip akan menghasilkan halaman-halaman web yang lebih tepat sasaran dan paling relevan. Tanda kutip di awal dan di akhir kata kunci yang kita masukkan akan menghasilkan hasil pencarian yang sama persis dengan yang kita ketikkan.

2. Tambahkan tanda tilda “~” untuk sinonim kata
Tanda tilda akan menyuguhkan hasil pencarian berisi kata yang dimaksud atau sinonimnya.

3. Sebagai kamus dan penerjemah
Untuk mencari definisi yang kita inginkan, tambahkan kata kunci “define”. Biasanya kata kunci define ini diikuti oleh kata berbahasa inggris.
Untuk menerjemahkan sebuah kata atau kalimat, gunakan layanan Translate yang ada di google.com

4. Sebagai kalkulator
Google juga bisa difungsikan sebagai kalkulator, kamu cukup ketikkan angka penjumlahan atau perkalian yang ingin kamu hitung dan biarkan google mengolahnya.
contoh: 10% of 100, 254*4, dll

5. Untuk mencari buku
Fasilitas lainnya, google memudahkan kamu mencari buku atau membaca buku dengan layanan Books.

Setipe dengan Books, Translate, Images, dan lainnya, layanan ini dapat kamu akses melalui menu yang ada di google.com, sehingga kamu tidak perlu mengetikkan halaman situs yang ingin dicari, seperti misalnya jika kamu ingin masuk ke youtube sementara kamu berada di laman google. Cukup klik saja deretan menu yang ada di bagian atas laman google.com

gk

Mudah, bukan? 🙂
Selamat mencoba