Belajar Tiada Henti

Arago, Garis Meridian Nol Derajat Paris

Penyuka novel The Da Vinci Code pasti tidak asing dengan Arago, yang disebutkan sebagai benda berbentuk cakram logam kuning yang tersebar di jalanan Paris, Perancis. Benda tersebut ditengarai sebagai kode rahasia yang harus dipecahkan untuk membuktikan pesan dari sang maestro.

Lalu, siapakah Arago sesungguhnya? Mengapa namanya dipatri dalam sebuah medali kuning? Apa sumbangsih ia bagi rakyat Perancis?

Arago atau nama lengkapnya Frances Arago adalah nama penemu garis meridian nol derajat berkebangsaan Perancis. Ia adalah orang pertama yang menetapkan garis bujur Paris sebelum akhirnya keberadaan GMT (Greenwich Mean Time) diakui sebagai patokan waktu dunia yang digunakan saat ini. Menurut beberapa literatur, Arago menyusun PMT (Paris meridian Time) pada awal abad ke-19.

Sebanyak 135 medali berupa cakram logam berukuran 12 cm dan berukiran nama Arago serta petunjuk utara dan selatan disebar membelah Paris dari utara ke selatan tepat dalam garis Paris Meridian, 6 diantaranya berada di sekitar Louvre. Medali ini dibuat oleh pemeritah Kota Paris untuk mengenang jasa astronom ini.

Garis Paris yang dibuat oleh Arago ini banyak melewati bangunan penting seperti museum Louvre yang konon dulunya adalah istana kerajaan, sampai gereja Saint Sulpice.

Di sekitar Louvre, medali Arago ini dipasang di trotoar jalan Rue de Rivoli, tepat di jalan masuk menuju lapangan Napoleon atau halaman Louvre. Beruntung, kami menemukan medali ini ketika saya secara tak sengaja melihatnya saat kami berkunjung ke Paris. Kami berfoto sebentar. Ternyata, keisengan kami berfoto dengan si cakram kuning ini menarik perhatian beberapa turis. Tak lama mereka pun turut berfoto-foto juga :).
arago1
Partner dan medali Arago

Berawal dari penemuan pertama ini, perjalanan kami berikutnya adalah menelusuri jalan-jalan penting di sekitar Louvre untuk menemukan medali Arago lainnya.

Medali kedua ditemukan oleh partner :). Cakram kuning ini berada di sebuah patung kecil di tengah jalan menuju observatorium Paris (apa ya nama jalannya? Saya lupa). Sayang keinginan untuk menengok observatorium ini pun tak tercapai karena hari itu mereka sedang tutup.
arago2

Jalan setapak di taman observatorium Paris
obser

Pencarian menemukan cakram ketiga masih berlanjut dengan merujuk garis Paris meridian yang digunakan oleh Arago. Sayang, tidak ketemu. Saat itu kami memang sudah harus bergegas untuk melanjutkan ke kota lainnya. Melewati taman tengah kota dengan deretan patung yang membentuk sebuah garis yang menunjuk ke arah dimana Louvre berada. Barangkali juga deretan patung di taman tengah kota itu penanda garis waktu Paris sebagai perwakilan dari medali Arago.

update:
5 medali arago lainnya tersebar di lapangan tepat dibelakang piramida kava Louvre yang terkenal.

GMT dan PMT
GMT atau Greenwich Mean Time adalah patokan waktu dunia yang kita gunakan saat ini. Diyakini oleh banyak orang bahwa pusat nol derajat atau lokasi perputaran bumi berada di kota Greenwich, salah satu kota di Inggris. GMT disepakati oleh banyak ilmuwan perbintangan sebagai pusat nol derajat sebagai awal perhitungan waktu pada tahun 1884.

PMT atau Paris Mean Time adalah patokan waktu yang dikenalkan oleh Arago kepada dunia sebelum munculnya GMT. Perancis kalah memperjuangkan PMT namun garis waktu Paris Mean Time tetap menjadi kenangan bagi para warganya.

Sejarah munculnya patokan waktu dunia dimulai ketika bangkitnya teknologi perkeretaapian. Tiket kereta yang dipesan di kota A musti mencantumkan waktu berangkat dan waktu tiba di kota B. Tanpa patokan waktu standar dunia tentu saja akan membingungkan karena setiap kota memiliki waktu lokal yang berbeda. Pada saat itulah dirasa pentingnya memiliki standar waktu dunia.

Maka kemudian negara-negara di seluruh dunia berbondong-bondong menjadikan ibukotanya sebagai waktu acuan bagi dunia. Pada tahun 1884 diselenggarakanlah Konferensi Meredian yang bertempat di Washington DC dan dihadiri 27 utusan dari berbagai negara, salah satunya Perancis. Pada saat itu sudah ada 10 garis waktu dari negara lain yaitu Greenwich, Berlin, Cadiz, Kopenhagen, Lisbon, Rio de Janeiro, Roma, Saint Petersburg, Stockholm, dan Tokyo.

Perancis melalui astronomnya, Frances Arago menyusun garis nol derajat untuk acuan waktu yang disebut PMT (paris Meridian Time). PMT mencapai bentuk paling presisi dari perhitungan yang dilakukan oleh Arago setelah hampir 200 tahun sejak Raja Louis XIII pada 1634 memerintahkan para ahli astronomi Perancis menyusun garis nol derajat untuk PMT.

Perancis kalah. GMT dinyatakan sebagai pemenangnya. Walaupun kalah, Paris tetap mengenang jasa-jasa Arago dan menjadikan PMT sebagai kebanggaan mereka. Garis waktu ini bahkan dianggap suci karena melewati istana Raja Louis yang kini menjadi museum Louvre, gereja Saint Sulpice dan observatorium Paris. Ketiganya diyakini sebagai simbol penggabungan kekuatan raja, gereja, dan ilmuwan.

diadaptasi dari berbagai sumber.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.