Belajar Tiada Henti

Sosialisasi Mapel TIK

Hari minggu saya berangkat ke Semarang untuk kemudian menuju Kudus, dalam rangka Sosialisasi Mapel TIK SD dari Penerbit Erlangga. Ya, ini adalah rangkaian tugas promosi buku seperti biasanya. Sampai di Semarang saya dijemput oleh Pak Yus, asmen Erlangga Kudus. Perjalanan menuju Kudus ditempuh dalam waktu 1.5 jam. Sampai di Kudus jam 9 malam.

Keesokan pagi saya bersama tim Erlangga menghadiri acara yang dipenuhi oleh sekitar 80 peserta, yang terdiri dari kepala sekolah dan guru. Kehadiran saya di sini sekedar berbagi pengalaman dalam mengajarkan TIK di kelas.

Hari ini saya memulai presentasi dengan penjelasan Apa itu TIK. Dahulu kita mengenalnya dengan pelajaran komputer. Nah, apa yang mendasari perbedaan penyebutan dari pelajaran komputer menjadi TIK? Perbedaan ini akan berhubungan dengan cara kita mengajar nantinya. Presentasi kedua, memaparkan Kurikulum TIK KTSP dari penerbit Erlangga. Selama kurang lebih 5 jam saya berbicara dengan memberikan selingan permainan (Ini tidak boleh lupa :)). Permainan yang saya berikan adalah permainan konsentrasi yang juga dapat diterapkan pada anak didik kita. Permainan ini biasanya saya berikan kepada murid di sekolah. Pak Agus, mengingatkan saya pada ide permainan ini ketika saya meminta masukan dan saran mengenai ice breaker di facebook :). Terima kasih Pak.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Bapak/Ibu guru adalah sebagai berikut: (Berhubung saya tidak mencatatnya, maka cukup yang terekam oleh ingatan. Dan dengan bahasa yang tidak serupa tapi mempunyai maksud yang sama).

  1. Bagaimana mengajarkan komputer sedangkan sekolah hanya mempunyai satu komputer?
  2. Anak-anak di sekolah kami baru mengenal komputer, sebaiknya apakah mereka semua (murid dari kelas 1 sampai kelas 6) diajarkan dengan buku TIK SD kelas 1?
  3. Untuk mengajar TIK apakah harus guru dari latar belakang TI?
  4. Apakah anak-anak Sekolah Dasar juga harus belajar mengetik 10 jari?
  5. Bagaimana langsung mengajarkan anak seperti yang ada di buku ini sedangkan mereka sama sekali belum bisa menggunakan komputer?
  6. Saya coba menjawabnya. Jika ada yang kurang atau ingin ditambahkan silakan rekan guru yang lain bersedia men-share-nya di sini.

    1. Ini adalah pertanyaan yang paling sering saya temui. Saya sangat memahami betapa sulitnya mengajar dengan fasilitas yang minim. Saya mencoba membagi pengalaman ketika dahulu saya diminta mengajar di sebuah sekolah terbuka di Bandung. Ketika itu saya dan rekan berinisiatif untuk membawa laptop milik kami untuk mengajar TIK. Hari pertama, saya minta semua anak berkumpul. Saya perlihatkan bagian-bagian komputer. Kemudian saya minta mereka mencoba, dari mewarnai gambar dan mengetik secara bergantian. Pelajaran itu saya ulang berkali-kali. Selingi dengan permainan. Misalnya minta anak mengarang lirik lagu. Anak yang lain mencari ide yang lainnya mengetik. Atau dengan mengerjakan latihan-latihan seperti yang ada di buku. Dan karena pelajaran TIK di SD tidaklah termasuk ke dalam pelajaran wajib, saya kira kita tidak harus mengejar target seperti pada mata pelajaran wajib lainnya. Artinya, lakukan saja semuanya perlahan-lahan. Jangan mundur karena sebuah keterbatasan. Saya kira tidaklah adil bagi anak-anak itu jika kita tidak mengajarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan di jaman mereka kelak. Ini juga salah satu kalimat penyemangat saya setiap kali saya terbentur pada keterbatasan fasilitas.
    2. Saya menyarankan jika memang seperti itu kondisinya, buat menjadi 3 jilid. Kelas 1,2, dan 3. Mengapa tidak semua kelas menggunakan buku kelas 1 saja? Saya berusaha mengurangi dampak kebosanan yang mungkin dialami pada anak-anak yang tingkatnya lebih tinggi. Saya memberi solusi seperti ini, untuk kelas 1 dan 2 menggunakan buku TIK SD kelas 1. Kelas 3 dan 4 menggunakan buku TIK kelas 2 dan kelas 5 dan 6 menggunakan buku kelas 3. Dan karena mereka benar-benar baru, maka saya memberikan solusi dengan membagi pertemuan. Jika satu buku diasumsikan habis selama 20 kali pertemuan, dan setiap pertemuan memakan waktu 35 menit maka alokasikan kira-kira 5 kali pertemuan untuk kelas 3 ke atas, mengajarkan dasar-dasar yang ada di buku TIK kelas 1. Istilahnya dipadatkan ya? Dan karena buku TIK jilid 1,2, dan 3 saya desain untuk lebih banyak menggambar dan mengetik, maka cukup mengajarkan penggunaan keyboard. Untuk melancarkan mouse ada beberapa program gratisan yang saya rekomendasikan ke mereka. Selanjutnya, mengikuti kurikulum yang ada di buku jilid 2 dan 3.
    3. Apakah mengajar TIK harus guru dengan latar belakang TI? Jawabannya bisa beraneka ragam. Tapi saat ini saya memilih tidak. Saya sendiri bukan dari latar belakang TI. Saya kuliah di ekonomi manajemen. Yang penting adalah kemauan untuk belajar. Dan mengajar TIK tidak hanya harus bisa menguasai teknologi, tapi mengajar TIK adalah mengajar semua mata pelajaran. Anda harus selalu belajar dan meng-update pengetahuan-pengetahuan baru, apapun itu. Anda juga harus terbuka dengan semua metode pengajaran baru. Learning is a must.
    4. Apakah anak-anak harus diajarkan mengetik 10 jari? Hmm.. saya kira tidak. Mengenalkan boleh-boleh saja. Kalau Anda mempunyai program gratisan yang menarik untuk melatih 10 jari ini kenapa tidak? Tapi kalau kemudian mengajarkan 10 jari kepada anak menjadikan sebuah siksaan untuk mereka, sebaiknya hindari dahulu. Saya sendiri lebih memilih untuk menumbuhkan antusias dan minat anak kepada mata pelajaran yang akan kita berikan sebelum memulai yang lainnya. Dan percaya deh anak-anak belajar dengan sangat cepat :). Mereka akan mudah beradaptasi.
    5. Jawabannya adalah imbangi dengan memberikan program-program edukasi yang dapat diunduh secara gratis dari Internet. Saya memberikan beberapa contoh program edukasi untuk melatih ketrampilan penggunaan mouse, menggambar, mewarnai, dan lain-lain. Dalam setiap pertemuan bagilah waktu antara materi utama, permainan dan kemudian selingi selalu dengan program-program edukasi. Tak apa diulang-ulang karena memang untuk melatih anak agar terbiasa menggunakan mouse. Dan permainan melatih anak untuk bersikap jujur, kerjasama, saling menghargai, dan nilai-nilai sosial lainnya.

      Di akhir acara, saya telah menyediakan CD yang di dalamnya saya lengkapi dengan file dan program edukasi (yang gratis, tentu saja) sebagai bahan pembelajaran. Ada banyak sekali material yang dapat Bapak/Ibu unduh dari Internet. Praktikan kepada anak didik Bapak/Ibu. Susunlah RPP yang sesuai untuk kemampuan dan kebutuhan anak-anak dan lingkungan sekolah. Yang mengenal mereka adalah Bapak/Ibu sendiri. Contoh RPP saya sisipkan juga di dalamnya. Saya yakin Bapak/Ibu bisa membuatnya lebih baik dari contoh itu sendiri.

      Saya senang bertemu dengan rekan-rekan pendidik di Kudus. Semangat dan antusiasme rekan guru membuat saya selalu yakin bahwa pendidikan di negeri ini akan semakin baik, insya Allah. Terima kasih kasih atas perhatian rekan-rekan dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Mudah-mudahan kita bisa bertemu kembali, kalau tidak offline mungkin online? hehehe.

      Sosialisasi berakhir jam 12.30. Saya bersiap-siap kembali ke Semarang dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sstt.. rahasia ya, saya sebenarnya paling takut dengan ketinggian dan itu termasuk naik pesawat. Tapi ada pepatah bijak mengatakan “Untuk menjadi berani kita harus mengalahkan ketakutan kita sendiri”. Hmm… i agree with that. Walaupun sebenarnya sulitt deh :).

      Untuk tim Erlangga Kudus, Pak Yustini dan Pak Hidayat serta rekan lainnya, terima kasih atas semuanya. Semoga sukses, Amin.

5 Comments

  1. dhodie

    gak sampe keringat dingin toh, mba pas naek pesawat? hihihi

    Reply
  2. maryati

    Barangkali majalah menggambar dan mewarnai yang banyak beredar bisa membantu putra-putri anda, kami menyediakan banyak majalah sbb, silahkan pesan buku-buku antara lain yg ada di http://www.beriklan.com/iklan-premium-103-belajar-berhitung.html

    Reply
  3. Enggar (Post author)

    Alhamdulillah nggak 🙂 Tapi pernah keringat dingin dan pucat pasi waktu terpaksa naik skylift untuk nyebrang dari satu pulau ke pulau lain di negara yang berbahasa mandarin itu. Lha, skylift yang rata di TMII aja nggak sekalipun aku sentuh. Dari situ mungkin sadar bahwa aku nggak bisa lari dari kenyataan ;-). Tapi bukan berarti nggak takut, rasa was-was mah tetep aja ada.

    Reply
  4. Junaidi

    mbak Enggar aku ngajar TIK SD aku dah pake buku yang dari Erlangga dah dari kelas 3 s/d 6 tapi bingung untuk materi yang lain. misal ada yang online bisa gak dikasih materi yang lain. kalo ada tolong dong bisa didownload. sebelumnya makacih…..

    Reply
  5. Enggar (Post author)

    Pak Junaidi, saya sudah buatkan tulisan khusus tentang ini di blog ini juga ya. Thanks.

    Reply

Leave a Reply to EnggarCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.