Belajar Tiada Henti

Purwokerto

Purwokerto adalah kota kedua yang saya kunjungi masih dalam rangka road show. Perjalanan kali ini tidak menggunakan pesawat, jadi pilihannya adalah kereta api. Berangkat dari Gambir jam 5 sore dan sampai stasiun Purwokerto jam 10.10. Sampai di Purwokerto sudah dijemput oleh Bapak Sulis dan Bapak Sigit dari Erlangga. Sudah malam tentu saja dan mereka masih juga menawarkan makan malam. Saya menolak dan mereka kembali menawarkan snack ^-^. Terima kasih ya Pak Sulis dan pak Sigit.

Pagi hari bersiap-siap dan sekaligus check out, karena saya akan langsung kembali ke Jakarta. Saya dijemput tim erlangga jam 7.30, mampir sebentar ke kantor erlangga di Purwokerto. Hm, kantor baru. Perjalanan diteruskan menuju lokasi seminar diadakan. Letaknya di kedungbanteng, sebuah kecamatan di kabupaten Banyumas. Seminar kali ini mengambil tema “Pengembangan Pembelajaran dengan Multimedia”, dihadiri oleh sekitar 290 (atau lebih ya?) guru TK dan SD. Berbeda seperti ketika di Sragen, kali ini saya bukanlah satu-satunya nara sumber. Panitia untuk acara ini PKG UPK. Ada 3 nara sumber, dari kepala UPK dan pengawas SMP. Acara dijadwalkan dari jam 8 sampai jam 13.00. Tapi ternyata mulur, baru mulai jam 9. Sejatinya, masing-masing nara sumber diberi waktu 2 jam. Saya dijadwalkan jam 11 sampai jam 12.

(2) Bersama tim Erlangga Purwokerto (Pak Sigit, bapak Jefry, dan bapak Sulis serta guru-guru dari kecamatan kedungbanteng)).

Sepertinya, penyaji pertama dan kedua asyik sekali dengan bahan presentasi mereka. Beliau tidak menyadari waktu yang telah ditetapkan. Pada saat yang bersamaan, ada sms masuk dan mengabarkan jadwal keberangkatan kereta dari Purwokerto ke Jakarta tersedia jam 1 dan 8 malam. Tidak mungkin jam 8, karena sampai di Jakarta menjelang pagi dan saya pun harus mengajar. Jam 1 lebih masuk akal karena saya selesai jam 12. Oke, saya ambil jam 1.

Saya mengabarkan kepada panitia bahwa saya akan naik kereta jam 1. Salah seorang dari mereka mengatakan, seharusnya saya diplot untuk bagian kedua, bukan ketiga. Hmm. Selanjutnya, panitia memberikan pesan tertulis kepada moderator untuk mengingatkan penyaji akan waktu. Moderator terlihat ragu-ragu menegur penyaji, mungkin tak enak hati. Akhirnya, pesan tersampaikan. Apakah Beliau langsung menutup presentasi-nya? Belum, sedikit lagi..hehe.

Sampai bagian saya, hemm, mau ngomong apa ya? Kok serasa linglung begini? Ok, lembar presentasi sudah dijalankan dan saya memilih untuk berdiri dan berjalan mendekati audience. Jangan-jangan saya bisa tidur kalau harus ngomong terus sambil duduk manis di depan :). Sambil mata tidak lepas dari menatap jam yang ada di pintu masuk ruangan saya memberikan pemaparan secara singkat. Saya bicara terlalu cepat? Hehehe, tanyakanlah pada rekan-rekan di sragen. Oke, pelan-pelan.

Terima kasih buat tim erlangga Purwokerto serta rekan-rekan guru dari Purwokerto.  Oh ya, Asmen dari Purwokerto, bapak Iwan, sedang sakit, sehingga Beliau tidak bisa menghadiri acara ini. Semoga cepat sembuh ya, Pak.

Btw, bahan presentasi di atas akan saya upload di slide share. Saya juga memperlihatkan contoh pembelajaran sederhana yang dapat dibuat dengan program presentasi. Oh ‘ya, Anda juga dapat mengunduhnya di sini. Itu hanya contoh saja ya, saya memang tidak sempat mengemasnya dalam bentuk yang lebih menarik. Tapi, mudah-mudahan masih layak guna.

Di sesi tanya jawab, ada pertanyaan yang diajukan kepada saya, seperti ini:

Jika sekolah memberikan pengajaran dengan multimedia tapi karena di sini kan banyak yang tidak mempunyai komputer di rumahnya, terus bagaimana mereka bisa belajar? Nah, bagaimana menyiasati kondisi yang seperti ini?

Saya coba menjawab. Komputer dengan sarana multimedia hanyalah sebagai alat bantu. Multimedia digunakan untuk membantu anak memahami pelajaran yang sulit atau abstrak. Sebagai misal, anak belajar tentang luas persegi panjang. Jika guru hanya menerangkan dengan ceramah, anak mungkin akan kesulitan membayangkannya. Namun jika dibantu dengan multimedia, anak akan lebih mudah menangkap apalagi jika diselingi dengan permainan. Lantas, apa yang dia pelajari di rumah? Bukan multimedia-nya tapi konsep menghitung luas persegi panjang itulah yang terekam dalam otaknya. Sehingga diharapkan anak dapat menyelesaikan masalah atau pelajaran yang dia dapat dari sekolah.

3 Comments

  1. Joko Sutrisno

    Bu Enggar, mungkin harus diingatkan ke teman-teman guru, bahwa tidak selalu multimedia itu meningkatkan kegiatan belajar (learning). Ada 2 kubu yang berlawanan dalam hal ini, yaitu kubu Robert Kozma dan kubu Richard Clark. Clark berpendapat bahwa media tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Menurutnya, media hanya merupakan “kendaraan” untuk kegiatan belajar, sedangkan yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar adalah metode yang digunakan. Clark setuju dengan pendapat bahwa media baru yang digunakan dalam kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar seorang pembelajar, tetapi begitu pembelajar tersebut sudah terbiasa dengan media baru itu, maka pengaruh dari media tersebut sudah tidak ada lagi. Kozma berpendapat bahwa media dapat meningkatkan kegiatan belajar. Media dapat membantu membuat “model mental” yang lebih baik sehingga membantu pemahaman seorang pembelajar. Sebagai contoh, sebuah buku yang berisi teks saja mensyaratkan kita untuk memiliki pengetahuan awal tentang apa yang dibahas di dalam buku tersebut supaya kita bisa membuat “model mental”. Tanpa pengetahuan awal (prior knowledge) tentang materi yang dibahas, “model mental” yang dibuat bisa jadi tidak akurat. Ketika pada buku tersebut juga disertakan gambar, maka pembelajar akan lebih mudah membuat “model mental” yang lebih lengkap dan tepat. Dengan demikian, melalui media, seorang pembelajar memiliki kemampuan untuk menjelajahi tempat-tempat, di dalam dunia virtualnya, yang mungkin tidak akan pernah dilihatnya secara langsung. Artinya, media meningkatkan kemampuan manusia untuk belajar.

    Dengan demikian, tidak harus seluruh pembelajaran dilakukan dengan multimedia. Kalau dengan media teks saja sudah cukup jelas, kenapa harus dengan multimedia? Ibaratnya, kalau memasang paku kecil ya nggak perlu palu yang besar..hehehe. Sukses selalu ya Bu Enggar.

    Joko Sutrisno

    Reply
  2. Enggar (Post author)

    Thanks sarannya, Pak. Boleh nggak saya tahu judul bukunya? pengin ikutan baca juga :).

    Reply
  3. Joko Sutrisno

    Waduh…bukunya banyak tuh Bu! Tapi ibu bisa cek ke situs berikut:

    http://www.ala.org/ala/aasl/aaslpubsandjournals/slmrb/editorschoiceb/infopower/selectkozmahtml.cfm

    Nah…di situ kan banyak artikel-artikel rujukan. Asal nggak bosen search-nya saja Bu.

    Thanks

    Reply

Leave a Reply to Joko SutrisnoCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.