Sepanjang satu tahun ajaran ini saya mengampu mata pelajaran Prakarya. Beruntungnya, sekolah saya memberikan kebebasan bagi kami untuk memgembangkan kurikulum sendiri.
Saya ingat sabda Rasulullah saw, βAjarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Kalimat di atas adalah panduan saya ketika mengajar dan mendidik murid-murid saya. Maka, saya ingin bahwa apa yang saya berikan kepada mereka dapat bermanfaat dan bisa mereka aplikasikan di kehidupan mereka saat ini dan kelak.
Sebelumnya saya mengajar TIK. Setelah munculnya Kurtilas (Kurikulum 2013) maka mata pelajaran TIK dihapus dan digantikan dengan mata pelajaran Prakarya. Konon, kata petinggi di atas, TIK tidak dihapuskan namun diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Walau sesungguhnya di lapangan keinginan itu tidak sepenuhnya terwujud. Mengapa? Saya yakin sudah banyak yang menuliskan tentang ini, jadi lebih baik saya lewatkan saja ya π
Barangkali sudah lumayan banyak artikel, literatur, serta tulisan di berbagai media mengenai revolusi kurikulum ICT yang dilakukan oleh negara-negara, utamanya Eropa, dipelopori oleh UK, namun nyatanya pemerintah kita bergeming untuk kepada keputusan mereka menghilangkan TIK di dalam mata pelajaran. Bagi mereka, TIK cuma alat bantu.
Saya bukan orang yang pandai bersosialisasi, bercakap dan berdebat di muka umum. Saya mungkin tak tampak dalam gerakan bersama kawan-kawan Guru TIK yang berjuang untuk mempertahankan TIK ke dalam mata pelajaran. Tetapi, saya tidak ingin berdiam diri. Saya pun berjuang melalui cara saya sendiri. Bagaimana? Saya berusaha mensosialisasikan pentingnya pembelajaran TIK Sains sejak dini secara terus menerus, melalui sosial media, melalui tulisan di blog, dan melalui buku-buku yang saya tulis, saya ingin memperkenalkan TIK Sains secara perlahan-lahan. Dan yang paling penting, saya mengenalkan pembelajaran TIK Sains ke murid-murid saya dalam jeda di KBM mata pelajaran Prakarya.
Saya kira salah kalau orang berpikir bahwa belajar komputer itu harus selalu menggunakan komputer. TIK Sains sebaliknya. TIK Sains lebih mengedepankan pada nalar. Melatih anak berpikir secara runut, mampu menganalisa sebuah masalah dan berani mengambil keputusan. Ada banyak kegiatan off screen yang bisa dilakukan dalam TIK Sains ini. Saya sudah menerapkan beberapa ke murid-murid saya.
Saya bukan anti prakarya, sebaliknya saya suka membuat berbagai pernak-pernik kerajinan. Tantangan saya adalah menemukan agar mata pelajaran ini tidak hanya disukai murid perempuan tetapi juga laki-laki. Selain itu, bagaimana mengkolaborasikan mata pelajaran ini dengan TIK.
Bercermin pada buku teks Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SD yang pernah saya buat, maka saya yakin pasti ada celah untuk memasukkan TIK ke dalam matpel Prakarya. Mungkin, peranan TIK di sini akan lebih banyak menjadi alat bantu. Tetapi, kita bisa memasukkan TIK sebagai pengetahuan juga. Pasti bisa π
Oya, ini berbagai kreasi prakarya yang ada di buku TIK SD yang saya buat.
Maka, dengan berpedoman pada sabda Rasulullah saw, saya meyakini bahwa sinergi di antara kearifan lokal (Prakarya dan Kewirausahaan) dengan pemanfaatan teknologi akan membuka jalan bagi para generasi muda kita untuk memasarkan hasil produk mereka.
Lalu, apa yang saya lakukan? Saya hanya memilih satu kriteria dari 4 kriteria yang ada di mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (Kerajinan, Budi Daya, Pengolahan Limbah, Rekayasa). Untuk kelas X saya memilih mengajarkan kerajinan.
Oya, saya menggunakan dua pendekatan.
Pertama, pendekatan dari sisi KI/KD. Yang ini nggak perlu dipaparkan, karena sudah jelas ada di standar kompetensi.
Kedua, pendekatan dari sisi TIK.
Di sini saya mengajarkan pada sisi desain, bagaimana membuat dan merancang desain, pengenalan pada media promosi dan bentuk-bentuk media promosi. Artinya, siswa perlu dibekali pengetahuan penggunaan program aplikasi pengolah gambar (ada TIK nya kan? π )
Selanjutnya, setelah produk dibuat lalu dipasarkan (tentu, siswa perlu mengetahui pemahaman mengenai wirausaha)
Di sini, siswa belajar dasar-dasar pemasaran. Pengetahuan ini diperlukan karena pada tugas akhir mereka diharapkan bisa membuat proposal bisnis serta memasarkannya. Metode pemasaran yang saya gunakan adalah online. Mereka belajar membuat dan merancang toko online dengan menggunakan mesin blog gratis seperti blogspot. Nah, untuk bisa merancang toko online ini tentu saja siswa harus memiliki pengetahuan bahasa pemformatan dasar untuk membuah halaman web yaitu HTML. jadi, saya sisipkan materi ini di dalam KBM :).
Mengapa saya mengajarkan mereka membuat toko online?
Alasannya banyak, namun salah satunya adalah, saya memperhatikan beberapa murid-murid saya sudah belajar berwirausaha. Mereka biasanya menjadi reseller atau dropshipper. Mereka menggunakan wa, line, twitter, facebook, dan layanan kaskus untuk melakukan transaksi jual beli. Jadi, saya pikir, kalau mereka bisa membuat toko online sendiri tentu saja target pasar mereka akan lebih luas.
Dan, satu tahun ajaran kemarin adalah projek pilot pengembangan kurikulum yang saya rancang sendiri. Mungkin belum sempurna tetapi saya bahagia, setidaknya antusias, kebahagiaan mereka ketika berhasil menjual sesuatu dengan cara online membuat saya terharu (haha, lebay π ).
Saya tak tahu apakah dalam prosedur pembelajaran apa yang saya lakukan itu benar atau ngawur. Tetapi prinsip saya sebagai pendidik adalah terus belajar. Tugas saya mengarahkan dan membimbing mereka. Saya tidak harus menjadi orang yang serba tahu, tetapi saya membuka pintu seluas-luasnya bagi saya dan murid saya untuk berkembang dan bertumbuh bersama-sama. Kami saling belajar loh π
Oya, kegiatan belajar mengajar saya bersama murid bisa dibaca di sini. Ada karya murid-murid saya juga di sana. Dan, kalau mau ikutan nyobain toko online murid saya bolh lah ditengok di sini, barangkali saja ikut tertarik belanja-belanja… hehe π