Jadi, inilah 3 kota yang saya singgahi dalam rangkaian tugas menjadi petugas supervisi dan pendampingan program kewirausahaan SMA tahun 2019.
1. Aceh
Apa yang menarik dari Aceh? Banyak. Saya sungguh bersyukur dan merasa beruntung ketika mengetahui bahwa sekolah pertama yang harus saya kunjungi adalah Aceh. Telah lama saya memiliki keingintahuan besar untuk melihat bagaimana masyarakat Aceh bangkit membangun kotanya setelah peristiwa bencana dan tsunami besar di tahun 2004. Sekolah yang akan saya kunjungi adalah Sekolah Menengah Atas Swasta Darul Abrar yang terletak di kabupaten Aceh jaya dengan ibukota Calang. Oya, provinsi ini luluh lantak pada bencana tsunami dan gempa bumi tahun 2004. Saya bersama seorang kawan dari Direktorat menempuh jarak kurang lebih 3 jam perjalanan dari kota Aceh melalui jalur darat. Menuruni 3 gunung dan 3 daratan sungguh perjalanan yang penuh petualangan tapi juga menakjubkan dengan keindahan alamnya.
Letak SMAS Darul Abrar yang berdekatan dengan laut dan pegunungan memberikan banyak potensi alam yang tak terhingga. Pecahan batu-batu (serupa batu giok) dari gunung berserakan di area sekolah. Dahulu, waktu maraknya aksesori batu-batuan, Calang menjadi salah satu pengekspor batu-batuan ke kota besar. Ada lagi siput. Mereka menyebutnya dengan chu. Siput-siput hidup di rawa-rawa yang banyak ditemui di kabupaten Calang. Ada lagi tanaman kedondong pagar yang tumbuh liar di sekolah. Tanaman ini diniscayai dapat menyembuhkan sakit lambung. Daunnya bisa dipetik dan dijadikan teh. Kemudian, buah janeng yang merupakan buah khas daerah Aceh. Buah janeng dapat ditemui di hutan-hutan. Buah janeng tidak diperjualbelikan. Di Calang, keberadaan buah janeng mulai menipis paska bencana tsunami tahun 2004. Menariknya, buah ini membantu warga Aceh bertahan hidup pada peristiwa tsunami.
Seorang rekan sekolah yang merupakan penyitas pada peristiwa tsunami bercerita, pada waktu tsunami besar terjadi di Aceh tahun 2004, ia dan kawan-kawannya pergi ke hutan untuk mencari buah janeng. Buah ini beracun tetapi jika diolah dengan benar ia bisa menjadi makanan pokok pengganti nasi. Para leluhur biasa mengolah dan mengonsumsi buah janeng sebagai makanan pokok.
Di belakang sekolah terbentang laut biru dengan deburan ombak. Pasir di laut ini putih dan bersih. Tidak banyak orang yang bermain ke laut. Barangkali, karena hari itu bukan hari libur ya? 🙂
Satu lagi, yang mungkin tidak banyak orang menyadari, Aceh ternyata mengalami 4 kali perubahan nama. Awalnya adalah Aceh Darussalam. Kemudian Daerah Istimewa Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam dan terakhir Aceh. Menurut ke[ala sekolah SMAS Darul Abrar, perubahan nama ini karena masyarakat Aceh ingin dipanggil sebagai Aceh, bukan DI atau NAD, yang merupakan singkatan dari nama-nama sebelumnya.
Oya, balik ke tugas negara. Hari pertama kami melakukan supervisi. Hari kedua adalah tugas saya untuk memberikan IHT berupa materi design thinking dan business model canvas.
Berikut materi presentasi dan foto-foto kegiatan selama berada di SMAS Darul Abrar.
2. Papua
Setelah ujung barat Indonesia, kali ini perjalanan saya ke provinsi paling timur wilayah Indonesia, yaitu Papua. SMA Oransbari kab. Manokwari Selatan, Papua Barat. Sekolah Oransbari terletak di atas bukit. Tidak ada air. Siswa dan guru membawa air sendiri. Aktivitas kbm hanya sampai jam 2, karena setelah itu mereka harus membantu orang tua di ladang. Anak-anak ada yang naik motor pun jalan kaki. Dibutuhkan stamina yang cukup untuk berjalan kaki. Tetapi, anak-anak tetap masuk, walau dengan sepatu yang sobek atau baju yang basah dengan keringat. Mereka punya impian yang sama dengan anak-anak di P. Jawa. Mereka juga ingin melihat dunia. Saya salut dengan Bapak Ibu guru yang ada di sana. Dengan segala keterbatasan mereka berusaha membantu mewujudkan harapan dan kehidupan yang lebih baik untuk siswa-siswanya.
Orang Papua ramah-ramah. Mereka suka tersenyum dan malu-malu. Tingkat toleransi di Papua sangat tinggi. Mereka baik dan ramah dengan pendatang. Anak-anak Papua terampil menggunakan tangan mereka untuk membuat berbagai kerajinan tangan. Berbeda dengan di Aceh, produk kewirausahaan di sekolah ini lebih banyak berkisar kerajinan.
Bersama kawan dari Direktorat, saya mengisi kegiatan IHT design thinking dan business model canvas di hari kedua. Contoh saya ambil dari kondisi sekitar. Kebetulan di belakang sekolah mereka ada pohon beringin yang besar. Akar gantung di pohon beringin sangat banyak dan seringkali terserak begitu saja. Anak-anak di sana mengambil akar-akar gantung dari pohon beringin dan merangkainya menjadi produk kerajinan seperti tas, wadah makanan, dan lain-lain. Kreasi anak-anak Papua ini bagus-bagus loh.
Oya, awalnya saya sempat ragu pergi ke Papua. Tetapi, rasa ingin tahu mengalahkan segalanya sehingga saya pun memutuskan untuk berangkat ke kota yang ternyata indah. Selama perjalanan yang ditempuh kurang lebih 3 jam dari bandara Rendani, Papua Barat saya bisa menikmati pemandangan laut dan pegunungan yang berbukit-bukit.
Slide dan foto kegiatan ada di bawah ini ya.
3. Bengkulu
Sekolah yang kami kunjungi ini adalah SMAN 2 Mukomuko. Sekolah ini terletak di kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Kali ini saya berangkat sendiri. Rekan saya berasal dari Bengkulu, karena itu dia menunggu saya di sana. Kami menempuh perjalanan 5 jam untuk sampai ke SMAN 2 Mukomuko. Sejauh mata memandang dalam perjalanan dari bandara ke sekolah kami disuguhi pemandangan pohon sawit dan laut biru yang luas.
Produk wirausaha siswa-siswi SMAN 2 Mukomuko adalah kuliner. Potensi keunggulan lokal mereka adalah ikan slengek. Di daerah ini ikan slengek mudah didapat dan harganya murah. Warga setempat biasa mengolah dengan cara digoreng atau dipepes. Namun tulangnya banyak,- orang Bengkulu menyebut duri dengan tulang- sehingga tidak banyak orang yang berminat mengolahnya. Walaupun banyak duri dan seringkali diabaikan rasa ikan slengek sebenarnya cukup enak. Siswa-siswi SMAN 2 mukomuko kemudian berkreasi dengan mengolah ikan slengek menjadi kerupuk, abon, stik, pempek, somay, tekwan, dan lain-lain. Mereka juga memproduksi terus produk makanan tersebut dan menjualnya di koperasi sekolah. Setiap jam istirahat bergantian siswa-siswi menjaga konter yang ditempatkan di selasar sekolah.
Pagi hari sebelum kami melaksanakan IHT, kami berkeliling sebentar. Kami melihat jembatan gantung yang merupakan ikon kota Ipuh. Ipuh adalah salah satu nama kecamatan dari kabupaten Mukomuko. Di bawah jembatan mengalir sungai yang deras. Sungai ini menjadi sumber aktivitas keseharian warga Ipuh. Mereka mencuci dan mandi di sungai. Sungai ini menjadi ramai terutama di musim kemarau.
Beberapa foto kegiatan dan slide
Contoh design thinking karya siswa-siswi SMAN 2 Mukomuko.
Itulah ke-3 sekolah yang saya kunjungi. Pada kegiatan ini yang bisa saya simpulkan adalah banyak sekali keunggulan lokal yang dimiliki setiap daerah. Para pelajar dapat lebih mudah berkreasi dalam menemukan ide dan gagasan produk dengan bantuan pendekatan design thinking dan BMC.
Sampai bertemu di FIKSI ya anak-anakku. Semoga ilmu yang kami berikan bermanfaat. Aamiin.