Paris

Paris adalah kota kedua setelah London dalam perjalanan kami dua minggu ke negara Eropa. Paris sangat terik menjelang akhir bulan Mei. Waktu terasa lebih panjang dan jam istirahat di malam hari menjadi lebih pendek. Jam 21 sinar matahari masih terasa hangat. Akibatnya, waktu makan dan istirahat kami terkacau kan.

Hotel Ibis tempat kami menginap terletak di tempat yang cukup strategis. Jalan raya dengan banyak resto, cafe, dan toko-toko di sisi kiri dan kanan jalan. Berjalan sebentar dan kami sampai di stasiun bawah tanah, taxi, dan terminal bis.

Sore ini kami mengunjungi Eiffel Tower. Angin bertiup cukup kencang. Kawasan Eiffel tumpah ruah dengan ratusan (atau ribuan) orang? Mereka mengantre untuk bisa naik ke atas menara. Pun demikian dengan kami. Saya sendiri tak antusias untuk naik ke atas. Saya tak berani. Beberapa tahun silam saya pernah ke sini bersama adik dan kami tak naik ke atas. Waktu itu saya berhasil membujuk adik untuk tidak naik ke sana (karena baik saya dan dia sebenarnya agak takut juga..hehe). Namun kali ini saya mengalah. Partner tak akan naik jika saya tak  ikut. Duh. Akhirnya dengan memberanikan diri saya pun ikut antre. Antara takut tapi penasaran itulah yang saya rasakan. Dan akhirnya sampailah kami di depan loket. Partner memilih tiket untuk sampai di puncak. Oya, ada 2 pilihan tiket. Pertama, di tengah dan kedua di puncak menara. Selanjutnya, kami mengantre menunggu lift yang akan membawa kami ke atas sana.

Pintu lift membuka dengan suara berdesir. Kami masuk ke dalam. Rangkaian tali pengangkut lift bergerak naik mengeluarkan bunyi berderak-derak. Saya memilih berada di bagian lift yang sedikit tertutup. Saya mengalihkan perhatian pada rangkaian besi dan tali lift yang berjuluran dan saling mengkait. Lift berhenti dan kami pindah lift. Naik lift lagi, naik tangga dan sampailah di puncak. Angin kencang menyambut kedatangan kami. Saya tak berani lama-lama berada di pinggir dinding. Rasanya angin bisa saja menerbangkan tubuh saya yang tipis ini. Partner sih senang saja. Memfoto dan malah asyik bercerita bagian-bagian kota Paris, yang memang sangat indah terlihat dari atas menara. Kemudian kami turun dan singgah di bagian tengah menara sebelum akhirnya turun. Saya sendiri tidak menyesal memutuskan naik ke atas. Pemandangannya sungguh cantik. Sungai Seine tampak berkilau-kilau. Musium Pantheon berdiri megah dan benderang.

Pagi berikutnya kami niatkan untuk berjalan-jalan sebelum singgah di musium Pantheon. Di tengah perjalanan kami mampir di toko buku yang kebetulan memajang koleksi buku Pangeran Kecil. Partner adalah kolektor buku Pangeran Kecil dari berbagai bahasa. Berjalan sedikit menanjak kami menemui universitas Sorbonne, universitas tertua dan terkenal di dunia. Oya, tempat kuliahnya Andrea Hirata si penulis Laskar Pelangi :>.  Akhirnya, sampailah kami di musium Pantheon, dengan atap berbentuk seperti kubah. Kami membeli tiket dan masuk ke dalamnya. Agak sedikit kecewa sebenarnya karena isi musium ini tidak sebanyak musium-musium lain yang umumnya ada. Di lantai bawah berisi makam-makam para ilmuwan, antara lain Marrie Currie dan suaminya, Piere Currie.

Di lantai pertama, di tengah ruangan terdapat pendulum foucault. Pendulum itu menggantung pada sebuah kawat tipis di langit-langit gedung. Nah, partner bilang pendulum foucault menunjukkan salah satu bukti bahwa bumi berputar. Tentu saja pada saat Foucault memasang pendulum itu, warga bumi sudah sadar bahwa bumi itu bulat dan berputar.

Saya yang memang senang didongengkan macam-macam iseng bertanya “Kalau di Indonesia dipasang seperti ini bisa nggak? Apakah bolanya juga akan bergerak seperti di sana itu?”. Mau tahu jawabannya? Indonesia terletak di garis khatulistiwa. Bukti bahwa bumi berputar hanya bisa dibuktikan di bagian utara dan selatan bumi. Penjabaran yang lebih lengkap ada di sini.

Dari Pantheon kami mengarah ke institure dan musium Currie. Sayang, musium ini tutup karena sedang renovasi. Kami masuk ke dalam institut dan memfoto musium dari luar pagar. Selanjutnya kami menuju musium Orsay. Musium di mana beberapa karya pelukis terkenal dipamerkan. Beberapa di antaranya adalah Degas, Van Gogh, Monet, Renoir.  Partner yang penyuka Renoir dan Van Gogh asyik mematut lukisan idolanya. Sedangkan saya asyik mengagumi karya Monet. Kadang rasanya lucu, karena jauh sebelum kami saling mengenal satu sama lain, saya mengenal dan menyukai musik klasik dari kakak dan adik. Saya suka menggambar dan menyukai karya-karya Monet. Saya pernah menghadiahi partner diary dengan sisipan foto-foto karya Monet. Tapi saya tak tahu kalau dia menyukai lukisan saat itu. Beberapa hal yang menjadi minat saya sempat terabaikan dan baru muncul kembali ketika saya bertemu dengannya. Ajaib juga ya? Hehe. Tapi tentu saja saya hanya ada di batas penikmat ringan <wink>.

Paris masih panas. Ketika orang-orang memilih untuk berjemur kami sebaliknya mencari tempat yang teduh. Haha, maklumlah kami dari negeri tropis yang setiap hari dikucur hangat matahari. Kali ini kami menuju istana Perancis atau Palais du Louvre. Kalau pernah baca buku Da Vinci Code atau melihat filmnya, nah inilah tempat di mana professor Robert Langdon bersimpuh memeriksa tubuh Saunier, si kurator terkenal dalam misteri pembunuhan.

Istana Perancis ini sangat luas. Di tengahnya berdiri piramid kaca dan dilengkapi kolam air mancur yang jernih. Tersedia juga bangku-bangku yang dapat dinaiki guna untuk memanipulasi efek pemotretan dengan latar belakang piramid. Dengan gaya yang sesuai maka si model seolah raksasa yang mengangkat piramid.

Selepas dari istana Perancis, kami melewati kawasan kantor parlementer. Di tengahnya berdiri (serupa) batu menhir. Konon itu adalah batu menhir yang dibawa Asterix ke Galia (Paris). Tentu saja ini sekedar candaan yang diambil dari komik terkenal Asterix dan Obelix.

Kami meneruskan perjalanan menuju Arc de Triomphe atau Tugu Kemenangan. Tugu kemenangan rakyat Perancis ini awalnya dibangun oleh Napoleon Bonaparte. Untuk pendirian tugu ini Napoleon meminjam uang rakyat. Namun sebelum tugu selesai Napoleon meninggal. Pemerintah kemudian meneruskan pendiriannya sekaligus sebagai peringatan bahwa Napoleon masih berhutang kepada rakyat. Tempat ini juga dikenal sebagai pintu gerbang pasukan Napoleon berangkat dan pulang dari pertempuran.

Kisah pasukan Napoleon ini diceritakan partner tepat ketika kami berada di bawah terowongan menuju arc de triomphe. Ketika itu suasana cukup sepi. Kiri kanan dinding dipenuhi lukisan sejarah. Tiba-tiba saya merasakan jauh dibelakang sana pasukan Napoleon bergerak lengkap dengan tabuh genderang peperangan. Merinding. Berharap sinar menyembul di ujung terowongan saya berjalan cepat.
Menyusuri Champs Elysee, kami berbalik arah pulang. Dan woah, sepanjang jalan ini bertabur toko-toko dengan merk eksklusif. Kawasan ini penuh sesak dengan orang-orang yang bershopping ria. Di outlet Louis Vitton antre-an mengular. Dan ternyata di sini kami lebih sering bertemu dengan orang Indonesia dibanding tempat lainnya itu tadi :).

Sebelum meneruskan perjalan ke Wina, kami sempatkan melihat Academie Nationale de musique. Ini adalah tempat di mana musik klasik dipertunjukkan. Kami juga mampir ke institute Pasteur. Lagi, musium ini ditutup karena sedang dipugar. Kami hanya bisa memotretnya dari luar. Saya berusaha mengintip, mencari patung seorang bocah laki-laki dengan seekor anjing. Ketemu. Dalam biografinya, Pasteur pernah menceritakan seorang bocah laki-laki yang bernama Joseph Meister. Saat itu bocah ini digigit anjing rabies, penyakit gila yang mematikan. Saat kejadian terjadi tidak jauh dari laboratorium tempat Pasteur sedang bekerja bersama kawan-kawannya. Pasteur sudah berhasil membuat vaksin rabies tapi dia belum pernah mencobakannya pada manusia. Saat itu Ibu Joseph menggedor pintu lab dan memohon Pasteur untuk memberikan obat pada putranya. Awalnya Pasteur menolak tapi Ibu Joseph memaksa. Dengan dukungan kawan-kawannya Pasteur kemudian menyuntikkan vaksin itu ke tubuh Joseph. Perkembangan Joseph dipantau setiap hari. Josep berangsur membaik dan sembuh. Itulah awal vaksin rabies diberikan kepada manusia dan kemudian dikembangkan untuk memberantas penyakit anjing gila.

Menyusuri kota Perancis untuk terakhir kali sebelum kami bersiap melanjutkan penerbangan menuju kota lainnya, Wina.

Au revior, Perancis. See you in another time.

Peluang Menulis

Kopi Paste dari berbagai sumber

***

Kami membuka kesempatan bagi para penulis bidang Komputer, Hp, Kamera, Software, Internet, semua tentang teknologi untuk mengirimkan karyanya kepada kami.

Syarat: Bahasa lugas dan dikemas sangat ringan (basic), agar pembaca dari semua latar belakang bisa paham & praktek.

Rubrik bisa dilihat di majalah Click. Redaksi : Jl. Nginden Baru IV No.21 Surabaya. Tlp.(031) 910 800 43 Email : redaksi@majalahclic k.com website : www.majalahclick. com (sebentar lagi launching) Harga cuma Rp. 10.000,00 terbit sebulan sekali. Tersedia di jaringan warnet URGENT (Surabaya, Sidoarjo, Malang). TB TogaMas Surabaya. Warnet2 di Sidoarjo. Bisa pesan langsung ke alamat redaksi. Nantikan kehadiran Click di kota (daerah) Anda.

Salam, Agus Indriyanto Pimred

 

kirim saja ke Penerbit Andi, Jl. Beo 28-40, Yogyakarta 55281

**
Pelangi adalah majalah elektronik gratis dalam bentuk pdf untuk anak 8-12 tahun, terbit tiga bulan sekali. Pelangi memuat cerita pendek, pengetahuan, puisi, English story, halaman aktivitas kiriman dari berbagai penulis. Jika ingin berkontribusi tulisan atau ilustrasi untuk Pelangi, silakan baca ketentuan di bawah ini. Selamat berkarya!

UNTUK PENULIS

Jenis naskah yang diharapkan

– Cerita anak: cerpen, dongeng, cerita lucu, detektif cilik, cerita hantu, cerita binatang, dll

– English story: cerpen, dongeng, cerita lucu, detektif cilik, cerita hantu, cerita binatang, dll

– Non fiksi: sejarah, sains, budaya, dll

– Puisi: diutamakan yang menghibur, menarik, atau berupa cerita berima

– Halaman aktivitas

Panjang naskah

– Spasi 1,5; kertas folio/A4; font 12

– Cerita anak dan non fiksi (2-6 hal), English story (2-4 hal), puisi (1-2 hal), aktivitas (1-2 hal)

 

Manfaat jika tulisan dimuat

– Mendapat honorarium sebesar Rp50.000,00/tulisan

– Hak cipta tetap milik penulis

– Sebagai ajang latihan.
Kami membuka peluang lebar-lebar bagi penulis pemula disamping penulis yang sudah berpengalaman.

Hak Pelangi atas naskah yang dimuat
– Menerbitkan tulisan tersebut secara elektronik untuk satu edisi Pelangi
– Menyunting tulisan (jika perlu)

Pengiriman naskah
– Kirim naskah beserta biodata lewat email ke redaksi@majalahpelangi.com dan cc ke fatma.indriani@gmail.com
– Pemberitahuan naskah diterima atau tidak diterima maksimal 2 bulan sejak dikirim.
– Naskah non-fiksi wajib mencantumkan minimal tiga sumber non-ensiklopedi.

UNTUK ILUSTRATOR

Gaya ilustrasi yang diharapkan untuk pelangi adalah yang unik, serta dominan manual dengan pengolahan digital seminimal mungkin (<20%). Karya fisik asli serta hak cipta tetap di tangan ilustrator.

Ilustrasi Naskah

Jika Anda berminat mengilustrasikan Pelangi, kirim sampel karya (maksimal 72 dpi) atau website portfolio beserta biodata ke art@majalahpelangi.com dan cc ke i.fawzia@gmail.com. Jika ditugaskan, waktu yang diberikan adalah 3-4 minggu, dan terdiri dari 1-4 ilustrasi full colour ukuran A5 atau A4 (tergantung naskah).

Honorarium

Rp25.000,- untuk ilustrasi full-colour A5
Rp50.000,- untuk ilustrasi full-colour A4
Rp100.000,- untuk ilustrasi full-colour A4 cover majalah

Lembar Aktivitas
Pelangi menerima usulan halaman aktivitas yang unik serta berkualitas secara visual maupun substansi dari para ilustrator, 1 halaman A4/aktivitas. Kirimkan penjelasan ide beserta sketsa ke art@majalahpelangi.com dan cc ke i.fawzia@gmail.com. Jika disetujui, Anda akan ditugaskan untuk menyelesaikannya (Rp50.000,00/halaman).

TIM PELANGI
Redaktur pelaksana: Fatma Indriani

Redaktur seni: Fawzia
Proofreader/layout: A Hakim
Administrasi dan keuangan: Nuriah

Punya saran atau pertanyaan? Kirim ke redaksi@majalahpelangi.com

http://www.majalahpelangi.com/

**

Majalah Bobo menerima tulisan dari penulis lepas (freelancer) baik berupa cerpen anak-anak, dongeng, liputan, pengetahuan maupun foto-foto indah untuk rubrik Potret Negeriku.

Setiap naskah harap disertai biodata singkat: nama, alamat, nomor rekening bank, dan nomor telepon yang mudah dihubungi.

Setiap tulisan ataupun foto-foto yang dimuat akan mendapat honor yang layak. Majalah Bobo juga membuka kesempatan kepada illustrator freelance untuk ikut berkarya mengisi majalah Bobo.

Untuk informasi harap menghubungi Redaksi Majalah Bobo di gedung Gramedia Majalah,
Jl. Panjang 8 A, Kebon Jeruk,
Jakarta 11530
Telepon: (021) 5330170, (021) 5330150 ext. 33201, 33206.
Fax: (021) 5320627
email; bobonet@gramedia-majalah.com

Tutorial Jilid 2

Jika Bapak/Ibu Guru membutuhkan tutorial menggunakan program pengolah gambar seperti yang ada di buku TIK untuk kelas 2, Bapak/Ibu guru dapat melihat tutorial video di bawah ini.

Berikut ini adalah tutorial untuk program Drawing for children, Tux Paint, dan Paint.

Drawing for Children

Dapat diunduh di sini.

Paint

Dapat diunduh di sini.

Tux Paint

Dapat diunduh di sini.

Video Bab 1 Jilid 2


sumber: Buku Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SD/MI Kelas II. Penerbit Erlangga. Tahun Terbit 2012.

BAB I
Judul: Mengenal Lingkungan Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi

Di Bab ini siswa akan belajar mengenal lingkungan belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Seperti apakah lingkungan belajar yang sehat? Bagaimana cara duduk yang benar serta bagaimana mengukur jarak dengan monitor ketika mereka menggunakan komputer.

Agar siswa lebih mudah menyerap informasi yang diberikan di dalam buku maka berikut ini saya sisipkan tayangan video.

Selamat menonton 🙂
sumber: http://www.youtube.com/watch?v=6ZLPvX5fnD8&feature=youtu.be

Animasi, Jilid 4

Ini salah satu contoh animasi yang dapat dibuat oleh anak didik kita di kelas 4 nanti. Beberapa contoh latihan animasi akan saya letakkan di akun youtube saya di sini. Anda dapat mengunduh dan menggunakannya secara gratis untuk kegiatan belajar mengajar.

Berlin

Bis bertingkat dua membawa kami melanjutkan perjalanan menuju Berlin. Terminal bis di Berlin tampak lengang. Kami turun dan bergegas mencari taxi.

Hotel tempat kami menginap letaknya cukup strategis. Tepat di depan hotel adalah pemberhentian bus, jadi mudah bagi kami jika ingin berjalan-jalan. Kamar kami ada di lantai 2.5. Yup, naik lift sampai lantai 2 dan dilanjut naik tangga setengahnya. Unik juga. Belum selesai, di depan kami tampak sebuah tembok besar. Sebuah gagang pintu klasik tersembul. Kami memutarnya. Lantai terasa berderak-derak saat diinjak. Lorong sempit berkelok dengan nomor pintu di sisi kiri dan kanan. Wuih, hotel ini seperti tempat persembunyian para tentara di jaman perang. Tatanan kamar yang kaku dan serba minimalis tertutupi oleh kelembutan dua keping coklat yang dikemas rapi sebagai ucapan selamat datang.

Kami memutuskan berjalan-jalan sore itu. Walaupun langit sore cerah namun udara Berlin cukup dingin. Partner memutuskan untuk berjalan kaki menuju Berlin Pilharmonie yang letaknya tidak begitu jauh dari hotel. Kami masuk ke dalamnya dan melihat beberapa jadwal pertunjukan musik.

Perjalanan masih berlanjut di pusat kota. Kami sampai di perbatasan tembok Berlin, tembok yang dahulu sebelum tahun 1989 pernah memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur. Beberapa bagian tembok masih dipertahankan sebagai pengingat dengan dilampiri foto-foto yang ditempelkan di dinding tembok.

Berlin sangat menarik. Di tengah hiruk pikuk kota mereka memiliki hutan yang luas di tengah kota. Dan itu adalah hutan sungguhan. Di dalamnya tinggal hewan-hewan liar seperti babi (celeng) dan tupai tentu saja. Sayangnya kami tidak bertemu tupai di sini. Mungkin mereka berada jauh di dalam sementara kami waktu itu hanya berjalan di tepi luarnya saja.
“Ah, kapan ya Jakarta punya hutan di tengah kota? Tidak melulu isinya mall?”

Dari tembok Berlin kami menyusuri jalan sampai ke Brandenburg tor atau gerbang Brandenburg. Brandenburg tor dulunya bekas gerbang kota dan simbol utama Berlin. Berfoto sebentar, mampir ke toko souvenir yang menjual berbagai aksesori seperti gantungan kunci, magnet, dan lain-lain sebelum memutuskan kembali ke hotel karena udara yang semakin dingin.

Hari berikutnya kami mengunjungi musium fur naturkunde atau musium sains. Rasanya seperti berada di musium geologi Bandung, karena begitu kami masuk langsung disambut dengan kerangka dinosaurus yang besar-besar itu. Hemm.. keponakan-keponakan saya pasti suka. Mereka hapal nama dan jenis dinosaurus.

Masuk ke ruangan lain tentang bebatuan dan sejarah bumi. Ada layar besar yang berjalan mengelilingi globe. Setiap berhenti pada sebuah pulau atau lapisan bumi maka akan muncul film yang menayangkan sejarah geologi dan ekologi bagian tersebut. Menakjubkan. Rasanya iri deh, berkhayal kapan di negara kita mempunyai musium yang bagus sepert ini. Pasti anak-anak Indonesia banyak yang suka dan tambah pintar.

Di ruangan lainnya ada ruang kecil membentuk planetarium. Sofa-sofa membentuk lingkaran. Di atasnya ada layar terbentang. Film tentang penjelajahan tata surya dan galaksi diputar beberapa jam sekali. Layar kadang tampak begitu dekat menampilkan benda-benda langit dan kemudian menjauh sesuai dengan isi tema dalam film. Di sampingnya dipamerkan bentuk-bentuk fisik dari unsur kimia dalam tabel periodik. Mengasyikkan. Sungguh betah berlama-lama di sini.

Terakhir, kami melihat hewan-hewan yang diawetkan. Ada kura-kura, tupai, kelinci, dan hewan-hewan laut di dalam botol. Yang ini serupa dengan musium zologi di Bogor. Ada juga jenis-jenis serangga seperti yang ada di musium serangga, Taman Mini Indonesia Indah.

Keluar dari musium sains, kami kembali ke Postdamer Platz. Menunggu bis yang akan membawa kami ke hotel. Namun bis tertunda cukup lama. Akhirnya kami memutuskan berjalan kaki di tengah rintik hujan. Kami harus bersiap untuk menonton pertunjukan orkestra di Berlin Pilharmonie.

Rehat sebentar dan kami naik bis menuju Berlin Pilharmonie. Malam itu mereka akan mementaskan Missa Solemnis dari Beethoven. Sebagai choir adalah Bayerischer Rundfunk. Dan sebagai konduktor adalah Herbert Blomstedt.
Rasanya saya baru dengar karya-karya Beethoven yang ini.. hehehe. Tapi memang benar, suguhan yang mereka berikan sungguh keren.

Esok harinya kami bersiap menuju Tegel airport. Belanja apa di Tegel? Wkwkwkwk… Nggak belanja apa-apa. Eh, sebentar kayanya partner beli sesuatu yang bisa dipakai buat minum. Boleh dicuri nggak ya? :>

Sambil menunggu boarding kami mengistirahatkan tubuh di Starbuck. Saya mencicipi masakan timur tengah yang namanya kuskus. Wah, ini sebenarnya bukan pilihan saya. Awalnya saya kira itu pudding. Tapi tak apa deh, lucu juga mencobai menu masakan ini. Kuskus adalah nasi kecil-kecil yang dibumbui kenari dan biji matahari. Rasanya? Hehe, tiba-tiba saya kangen ketoprak, gado-gado, somay dan makanan Indonesia yang tiada duanya.

Ah, Indonesia tunggu ya kami segera datang 🙂

Cerita lebih lengkap ada di blog partner di sini.

Silabus TIK SD Jilid 2 KTSP 2012

Silabus dari buku Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Sekolah Dasar dari Penerbit Erlangga. Tahun terbit 2012.

Semester 1.

Standar Kompetensi:
1. Mengenal lingkungan belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kompetensi Dasar:
1.1 Mengenal lingkungan belajar yang ergonomis/sehat/nyaman

Indikator:
1.1.1 Mengenal lingkungan belajar yang sehat
1.1.2 Memperagakan posisi duduk dengan baik dan benar
1.1.3 Mendemonstrasikan cara menggunakan komputer dengan memperhatikan kesehatan

Karakter yang dikembangkan:
Peduli lingkungan, tanggung jawab, kerja sama

Standar Kompetensi:
2. Mengenal perangkat lunak menggambar

Kompetensi Dasar:
2.1 Mengidentifikasi perangkat lunak menggambar

Indikator:
2.1.1 Mendeskripsikan macam-macam perangkat lunak menggambar
2.1.2 Mengenal Paint sebagai program pengolah gambar
2.1.3 Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah gambar
2.1.4 Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah gambar
2.1.5 Mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah gambar

Karakter yang dikembangkan:
rasa ingin tahu, mandiri, kreatif

Standar Kompetensi
3. Menggunakan perangkat lunak menggambar

Kompetensi Dasar
3.1 Mendemonstrasikan menu dan ikon yang terdapat pada perangkat lunak pengolah gambar

Indikator:
3.1.1 Mempraktikkan penggunaan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah gambar

Karakter yang dikembangkan:
tanggung jawab, kreatif, peduli lingkungan

Semester 2

Standar Kompetensi:
4. Menggunakan perangkat lunak menggambar

Kompetensi Dasar:
4.1 Membuat gambar kreatif
4.2 Mengolah dokumen dengan variasi teks dan gambar
4.3 Menggabungkan berbagai program aplikasi

Indikator:
4.1.1 Membuat kelengkapan gambar
4.1.2 Mengombinasikan warna pada gambar
4.1.3 Mengolah dokumen dengan variasi teks dan gambar dengan menggunakan perangkat lunak pengolah gambar
4.1.4 Menjelaskan tentag rebus story
4.1.5 Menggabungkan dokumen dengan variasi teks dan gambar dengan menggunakan perangkat lunak Paint dan WordPad

Karakter yang dikembangkan:
kreatif, mandiri, kerja keras
kreatif, cinta tanah air, semangat kebangsaan

Silabus TIK SD Jilid 1 KTSP 2012

Berikut ini adalah silabus dari buku Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Sekolah Dasar dari Penerbit Erlangga. Tahun terbit 2012.

Semester 1.

Standar Kompetensi:
1. Memahami fungsi TIK

Kompetensi Dasar:
1.1 Mengenal TIK

Indikator:
1.1.1 Menjelaskan pengertian TIK
1.1.2 1mengidentifikasi perangkat keras yang digunakan untuk TIK beserta fungsinya.

Karakter yang dikembangkan:
gemar membaca, rasa ingin tahu, kerja keras

Standar Kompetensi:
2. Memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan TIK

Kompetensi Dasar:
2.1 Mengenal perangkat keras komputer
2.2 Menjelaskan peranan TIK dalam berbagai bidang
2.3 mendemonstrasikan fungsi dan proses kerja berbagai peralatan TIK

Indikator:
2.1.1 Mendeskripsikan macam-macam perangkat TIK beserta fungsinya
2.1.2 Mengidentifikasi fungsi komputer dalam kehidupan sehari-hari
2.1.3 Menjelaskan peranan TIK dalam berbagai bidang (pendidikan, keuangan, usaha)
2.1.4 Mendemonstrasikan cara mengaktifkan dan menonaktifkan komputer
2.1.5 Mendemonstrasikan cara menggunakan mouse
2.1.6 Mendemonstrasikan cara menggunakan keyboard

Karakter yang dikembangkan:
rasa ingin tahu, disiplin, kerja sama, tanggung jawab, menghargai prestasi, mandiri

Semester 2

Standar Kompetensi:

3. Menggunakan program mewarnai

Kompetensi Dasar:
3.1 Menggunakan program pengolah gambar

Indikator:
3.1.1 Mengidentifikasi perangkat lunak pengolah gambar
3.1.2 Mendemonstrasikan penggunaan program untuk mewarnai
3.1.3 Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam program Paint
3.1.4 Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam program Paint
3.1.5 Mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat dalam program Paint
3.1.6 Mendemontrasikan penggunaan beberapa ikon menggambar

Karakter yang dikembangkan:
kreatif, peduli lingkungan, disiplin, tanggung jawab, religius

Standar Kompetensi:
4. Menggunakan internet untuk mencari informasi

Kompetensi Dasar:
4.1 Menjelaskan kegunaan internet

Indikator:
4.1.1 Mengidentifikasi program untuk berselancar di internet
4.1.2 Menjelaskan cara mengunjungi web
4.1.3 Mendemonstrasikan cara mencari informasi

Karakter yang dikembangkan:
rasa ingin tahu, disiplin, toleransi

Bayreuth

Kota berikut yang kami kunjungi adalah Bayreuth. Kota kecil nan tenang di bagian Jerman. Di sini kami ditemani Dian, ibu dosen yang sedang menyelesaikan kuliahnya. Dian yang menjadi pemandu selama kami di sini.

Kami menginap di hotel Lohmühle. Hotel bergaya tradisional yang dilengkapi dengan perapian. Lucu juga. Jadi membayangkan seandainya musim dingin dan perapian itu dihidupkan.

Sore itu setelah merapikan diri kami langsung berjalan-jalan menuju rumah Wagner. Yup, satu-satunya alasan mengapa kami ke Bayreuth adalah karena partner pecinta sejati Wagner, si komponis terkenal dari Jerman. Wah, saya baru tahu tanggal lahir Wagner beda sehari dengan saya.. hehe, narsis dulu ah, bentar :>. Tapi kok bukan saya yang menggilai karya-karya dia ya?

Kami menyusuri jalan menuju rumah Wagner. Rumah dengan kebun belakang yang luas. Tanaman dengan bunga warna-warni. Cantik. Pohon-pohon besar yang rindang. Lebih menarik lagi jika ada banyak tupai yang belarian (maunya.. hehe).

Rumah Wagner ini diberi nama Wahnfried. Di tembok rumah itu tertulis “Di sini kesintinganku beroleh kedamaian, maka tempat ini kunamakan Wahnfried.”

Di belakang rumah terdapat dua makam, makam Wagner dan istrinya, Cosima Wagner. Kami kemudian berjalan memasuki taman entah apa namanya.

Melihat dan menikmati kota ini mengingatkan saya pada kampung halaman di Jawa Timur sana, Madiun. Kota mungil yang dihuni oleh kebanyakan para orang tua sementara anak mudanya memilih merantau. Mungkin seperti itulah Bayreuth. Perbedaannya, Bayreuth juga menjadi pilihan bagi mahasiswa asing untuk menempuh pendidikan mereka. Jadi, kata Dian, selain orang tua, banyak juga mahasiswa asing bersekolah di sini.

Kami mampir di apartemen Dian. Menikmati nasi uduk dengan abon dan pangsit goreng serta tomat kecil yang manis. Apa namanya ya? Tomat cherry kah? Menyempatkan menumpang mencuci baju di sini. Dan kembali diantar Dian ke hotel sambil melewati rumah Wagner kembali.

Esok harinya setelah sarapan dan berkenalan dengan mbak Ivo, terima kasih buat telur mata sapinya mbak, kami melanjutkan kunjungan ke beberapa tempat lainnya.

Masih ditemani oleh Dian, kami melihat beberapa istana, mengunjungi toko buku (seperti biasa.. wkwkwk). Dan saya asyik memandangi bunga-bunga yang ada di tepi jalan. Sambil bertanya-tanya, kira-kira kalau saya tanam di Indonesia bakal tumbuh nggak ya bunga-bunga itu? :>


Terakhir mengunjungi gedung opera Wagner. Bayreuth Opernhaus adalah gedung opera yang khusus memainkan semua karya-karya Wagner. Konon, Wagner memilih Bayreuth karena tempat ini dulunya memiliki gedung opera yang besar. Namun kemudian Wagner membangun gedung operanya sendiri, tempat dimana ia menggelar operanya secara megah. Opera Wagner kemudian ditampilkan setiap tahun di gedung opera (Bayreuth Opernhaus) itu sampai sekarang.


Maka, Bayreuth akan menjadi kota yang ramai di bulan Juli, bulan di mana opera Wagner ditampilkan. Untuk mendapatkan tiket opera Wagner kabarnya kita perlu antre selama 7 tahun. Bayangkan.

Hai, tiba-tiba kami dikejutkan oleh seekor tupai merah yang imut. Ekor tebalnya melambai-lambai. Sayang saya terlalu bersemangat melihatnya, menyebabkan tupai yang cuma satu ekor itu langsung berlari memanjat pohon sampai tinggi. Curang. Duh..duh, menyesal bukan buatan kenapa baru hari ini ketemu tupai? Sedangkan kami sudah harus berburu bis lagi untuk menuju kota berikutnya.

Baiklah tupai imut yang bandel, hari ini kami tidak bisa bermain denganmu tapi siapa tahu kelak kita berjumpa lagi. Kami punya banyak stok kenari loh 🙂