Jumat dan Sabtu tanggal 4-5 Desember lalu saya mengikuti pelatihan Strategi Diferensiasi yang diadakan oleh Kampus Guru Cikal di sekolah Cikal Cilandak. Saya mengikuti pelatihan ini melalui jalur beasiswa yang diberikan oleh Kampus Cikal. Terima kasih untuk Pak Bukik dan Kampus Cikal yang telah memberi kesempatan untuk saya bisa mengikuti pelatihan ini :).
Dari obrolan dengan beberapa rekan kebanyakan dari mereka dikirim melalui sekolah atau yayasan Guru. Sayangnya, kenapa pelatihan yang bagus seperti ini tidak saya temui di pelatihan-pelatihan dari Kemendikbud ya? Atau barangkali Kampus Guru Cikal bisa menggandeng Kemendikbud suatu hari nanti? 😉
Hari pertama pelatihan diawali dengan perkenalan yang dikemas dalam bentuk permainan. Instruktur kami yaitu Ibu Imelda dan Ibu Didi menginstruksikan kami untuk berjalan sambil diiringi lagu. Ketika lagu berhenti maka semua peserta harus berhenti dan mencari teman di dekatnya. Kami dipersilakan untuk saling mencari tahu hal-hal menarik yang disukai oleh kawan kita. Permainan ini bertujuan untuk saling mengenal. Permainan ini juga dapat diaplikasikan kepada siswa-siswi kita di kelas. Jika permainan diterapkan di tengah semester maka pertanyaan dapat disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan.
Permainan kedua, kami diminta berbaris menurut lama mengajar. Setiap peserta dipersilakan bertanya kepada kawan-kawannya tanpa bersuara. Dari sana kami dibagi menjadi beberapa kelompok.
Usai perkenalan, Ibu Imelda meminta kami untuk mengikuti bacaan puisi yang akan Beliau bacakan. Yang menarik, Ibu Imelda menampakkan karakter diri yang berbeda dengan ketika bersama kami tadi. Beliau yang ramah mendadak seperti galak, tanpa senyum dan seperti tidak peduli ketika memberikan perintah. Ada apa ini ya? Apa yang dirasakan oleh peserta saat itu ya? 🙂
Perasaan tak nyaman, takut dan lainnya, seperti ini lah juga rasa yang dialami oleh siswa-siswi kita bila kita sebagai pendidik tidak memberikan rasa senang, nyaman kepada mereka. Di sini kami sebenarnya sedang belajar menempatkan diri kami sebagai siswa-siswi tersebut.
Selanjutnya, setiap kelompok ditugaskan untuk mendefinisikan kata Belajar. Apa sih Belajar itu menurut Anda? Nah, ini Belajar menurut kami semua 🙂
Menurut penelitian kemampuan otak untuk menyimpan informasi sebanyak 1%, 99% persen hilang atau tersimpan sementara. Oleh karenanya penting bagi kita untuk mengetahui esensi dari kegiatan belajar, yaitu konsep belajar itu sendiri. Sebagai contoh, ketika mengajarkan Tata Surya. Kita tidak mengajarkan mereka untuk menghapal jarak planet-planet, warna, dan semacamnya. Namun yang utama adalah memberi pemahaman kepada siswa bahwa mereka perlu mengetahui informasi itu untuk memahami bahwa Bumi, tempat dimana kita tinggal adalah planet yang dapat memfasilitasi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan karenanya kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Catat: bukan tidak penting ya, informasi jarak dan lain-lain itu adalah tambahan data untuk melengkapi pemahaman kita mengapa bumi begitu istimewa untuk manusia.
Hari kedua, untuk mengingat materi sebelumnya maka semua peserta membentuk lingkaran serupa kue donat, yang terdiri dari lingkaran dalam dan luar. Peserta yang berada di dalam lingkaran dalam akan berpindah mengelilingi lingkaran. Sebaliknya dengan peserta yang berada di lingkaran luar. Pertama-tama, peserta di lingkaran luar dan dalam akan saling berhadapan. Peserta di lingkaran luar diminta terlebih dahulu memceritakan materi yang telah dipelajari di hari sebelumnya. Kemudian bergantian. Peserta di lingkaran dalam tidak boleh mengulang cerita sama yang telah dipaparkan pasangannya tadi. Setelah Ibu Didi memberi perintah untuk berpindah, maka peserta di lingkaran dalam harus berjalan berputar ke kawan sebelahnya dan mengulangi aktivitas yang sama.
Permainan di atas membantu kita untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Cara mengingat seperti ini cukup efekif karena kita dapat saling belajar dari kawan lainnya dengan cara berbagi.
Memasuki kegiatan pelatihan, kami semua dipersilakan membaca berbagai strategi pembelajaran yang ditempel di dinding kelas. Kami dapat memilih apa yang paling menarik minat dari strategi yang ada dan dipersilakan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya, diskusi dan tanya jawab yang berlangsung seru. Oya, pelatihan kami baik hari pertama dan kedua selalu ramai dengan diskusi dan tanya jawab, baik antarkelompok ataupun antara peserta dan instruktur.
Berikutnya, kami dibagi menjadi kelompok kembali. Kelompok yang ini berbeda lagi dengan yang kemarin. Materi pertama di hari kedua adalah membaca surat. Kami diminta untuk mencari tahu hal-hal yang menarik perhatian kami dari surat tersebut. Kemudian dibantu panduan balasan surat, kami akan membalas surat tersebut dengan memasukkan kriteria yang diminta. Aktivitas ini adalah salah satu cara untuk mengetahui minat dan kemampuan serta kebutuhan belajar siswa.
Aktivitas berikutnya adalah membaca buku Diferensiasi. Buku ini diberikan secara gratis untuk semua peserta loh. Keren, kan? Setiap kelompok yang terdiri dari 3 orang akan berperan sebagai juru ambil, koordinator dan, duh, satu lagi lupa. Setiap kelompok ditugaskan membaca 2 bab yang sama. jadi, kalau dalam satu kelompok ada 3 orang maka 2 orang bertanggungjawab untuk membaca masing-masing satu bab. Mengikuti tugas yang diberikan koordinator maka saya membaca bab RPP yang bermakna (Kok bisa pas sama tugas saya ya? ;-)). Kemudian, setelah itu kami diminta untuk menceritakan ulang bab-bab yang telah dibaca kepada anggota kelompok kami lainnya. Setelah itu seperti biasa akan disimpulkan, diberi tanya jawab dan diskusi.
Ingin tahu hasilnya? Silakan lihat kesimpulan dari diskusi kami semua mengenai Diferensiasi di sini ya.
Berikutnya, kami diminta untuk memilih produk yang akan ditampilkan dari pembelajaran mengenai Diferensiasi. Ada 4 produk yang ditawarkan: Poster, lagu (puisi), main peran, narasi dialog, komik. Kelompok kami memilih main peran. Ah, saya nggak suka sih, apalagi harus bicara di depan, tapi anggota kelompok saya yang lain tidak keberatan, jadi baiklah :).
Terakhir, dengan kelompok yang berbeda kami diminta untuk mencari tahu arti sebuah puisi untuk selanjutnya mengubah objek pada puisi tersebut. Setelah selesai kami dipersilakan untuk berkeliling melihat dan membaca puisi-puisi gubahan yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok.
Nah, kegiatan memilih produk adalah bentuk diferensiasi berdasarkan hasil dengan konten yang sama. Sedangkan aktivitas mengubah puisi adalah strategi diferensiasi berdasarkan proses. Pada kegiatan mengubah puisi ini, Guru dapat mengelompokkan siswa ke dalam kelompok untuk mengetahui pemahaman setiap siswa terhadap materi yang sedang diajarkan. Misalnya, Guru dapat lebih membagi perhatiannya kepada kelompok yang belum paham.
Jika rekan Guru ingin tahu lebih banyak mengenai Diferensiasi ada baiknya membaca buku Diferensiasi dari Komunitas Guru Belajar ini.
Terima kasih untuk Ibu Imelda dan Ibu Didi, pelatihannya seru, keren dan banyak ilmu yang kami peroleh. Terima kasih juga untuk sekolah Cikal Cilandak, walau tempatnya jauh banget dari rumah saya .. hehe. Tapi sangat memuaskan deh pokoknya 🙂