Setelah bercengkerama sebentar dengan tupai-tupai di Leamington kami naik bis kembali ke Coventry. Malam hari kami melanjutkan perjalanan dari Leeds ke York. Menginap di York. Esok paginya dengan transport lokal ke Thirsk. Dalam buku pertamanya yang berjudul “Seandainya mereka bisa bicara” , Herriot menyamarkan kota Thirsk dengan nama Darrowby. Tentang James Herriot juga dapat disimak di sini. Saya sendiri mulai tertarik dengan nama Herriot ketika tokoh ini disinggung Andrea Hirata dalam salah satu tetralogi laskar pelanginya. Sejak itu saya suka membaca artikel partner tentang James Herriot, dan baru membaca bukunya belum lama ini. Sekarang saya sedang membaca buku Herriot versi terjemahan yang berjudul Dog Stories. Nah, sekarang jadi rebutan sama partner :).
Kembali ke Thirsk.
Pemandangan pedesaan sangat memikat hati. Bukit dan lembah hijau nan lapang terhampar dimana-mana. Ternak sapi, dan domba berselang-seling mengisi padang rumput yang luas. Beberapa ternak terlihat bermalas-malasan, sekedar merasakan hangat sinar matahari yang menembus kulit mereka, lainnya asyik memamah biak. Rumah-rumah penduduk bersusun bata tampak di kejauhan, dengan kebun bunganya yang berwarna-warni. Tampak juga kandang besar, tempat tinggal ternak-ternak itu. Kehidupan sungguh tenang dan damai. Khayal saya melambung jauh, pada lembah dan sungai yang berliku-liku di sela pepohonan, pada rumah dan kebun bunga yang mengingatkan saya pada buku cerita kanak-kanak saya dahulu. Semuanya begitu mengagumkan dan diam-diam menimbulkan rasa iri yang dalam. Saya bayangkan diri saya menjadi bagian darinya, berjalan, berlari, berbaring dan bermalas-malasan di padang luas, menyusuri sungai, menerobos ilalang, dan menemukan petualangan. Hahaha, mulai ber-lima sekawa lagi deh :).
Herriot benar, Thirsk sungguh indah. Sampai di kota, kami langsung mengunjungi museum Herriot. Rumah yang dijadikan musium ini adalah rumah tinggal Herriot, Siegfried dan Tristan. Ketiganya adalah dokter hewan dengan karakter yang saling menakjubkan :). Siegfried, si tukang perintah, Tristan yang santai dan Herriot yang tenang. Memang betul, dengan membaca bukunya terlebih dahulu kita jadi bisa meresapi dan memaknai yang ada di dalamnya. Seakan-akan setiap adegan dalam buku diputar ulang di hadapan kita. Dan kita dapat merasai setiap momen-nya.
Setelah selesai melihat-lihat musium Herriot kami berkeliling sejenak di Thirsk. Selanjutnya kami naik bis kembali ke York. Di York kami berjalan-jalan ke sebuah taman umum. Di tempat ini partner pernah berfoto dan bermain-main bersama makhluk lucu dan gesit itu sembilan tahun lalu. Melangkahkan kaki tak jauh dari pintu masuk, langsung terlihat seekor makluk imut bergerak cepat. Bulunya berwarna campur abu-abu dan coklat muda. Kami berusaha mendekatinya dengan memberikan biji kenari. Mata kecilnya menatap kami dan kenari di rumput. Makhluk kecil itu dengan sigap mendekat, mengambil biji kenari dan mundur beberapa langkah ke belakang kemudian asyik mengunyah makanannya. Lucu sangat melihat gayanya. Setelah selesai dengan biji kenari pertamanya, dia kembali dengan tetap bergaya hati-hati. kenari berikutnya saya letakkan di rumput kembali, dia mengambilnya dan menatap saya. Entah mengapa ya, mata itu seolah-olah berkata “aku mau satu lagi”. Saya letakkan satu kenari kembali dan dia mengambilnya. Mengunyah satu biji dan membawa pergi lainnya. Saya perhatikan dan dia mengeruk rumput di sisi lainnya. Oh, saya paham, tupai itu menyimpan kenari lainnya sebagai persediaan makan dia untuk musim dingin nanti. Atau juga dia menyimpannya di tanah agar tak disantap burung-burung nakal yang suka menyambar biji-biji yang saya berikan kepada tupai-tupai kecil itu.
Kami berjalan menyusuri hamparan rumput. Di seberang jalan banyak pepohonan tinggi. Biasanya akan terlihat tupai-tupai keluar dan berlarian. Lainnya asyik berlarian dan memanjat dengan cara mencengkeramkan jari-jari mereka di atas permukaan cabang pohon. Di sini banyak sekali tupai, tapi kami sedikit kesulitan memancing mereka mendekat. Nah, di sini kami mendapatkan pelajaran baru. Seseorang mendekati dan mengajarkan kami cara memanggil tupai-tupai itu. Dia mencontohkan dan tak lama beberapa ekor tupai mendekat. Mau tahu caranya? Ini dia: cukup berdecak saja, hampir seperti kalau kita mengucapkan kata ckckck. Kami mempraktikkannya dan aha, tupai-tupai itu muncul mendekat. Asyik sungguh bercengkerama dengan tupai-tupai ramah itu. Tapi kenyamanan sedikit terganggu dengan munculnya burung-burung yang ikut menyambar biji-biji jatah tupai. Namun yang membuat senang lagi, tupai-tupai itu akan muncul kembali, bahkan mereka mengikuti kami dengan harapan diberikan kenari lagi. Sayang, kenari kami sudah habis. Duh, menyesal tak membeli kenari banyak-banyak. Sampai-sampai kami perlihatkan plastik pembungkus kenari kepada tupai-tupai itu. Maafkan kami kawan. Besok pagi kami coba kembali ke sini sebelum kami berangkat ke London, ok?
Hihihi. Mesranya menyapa kawan-kawannya sesama tupai :). Eh, mana tadi kenari di mejaku di samping komputer?