Belajar Tiada Henti

4 x 2 dan 2 x 4, Berbedakah?

Ini adalah bincang-bincang saya dengan seorang guru. Beruntung karena dari Beliau saya tahu bahwa 4 x 2 itu tidak sama dengan 2 x 4. Ternyata keduanya memiliki pengertian yang berbeda.

Menurut Ibu Zulfina, 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2, sedangkan
2 x 4 = 4 + 4

Untuk membacanya: 4 x 2 adalah empat kali duanya atau duanya ditulis empat kali. Sedangkan 2 x 4 dibacanya dua kali empatnya atau empatnya ditulis dua kali.

Oke. Sampai di sini saya bisa memahami. Pertanyaan saya selanjutnya adalah perbedaan pembacaan ini untuk apa? Saya masih belum memahami kegunaannya. Adakah hubungannya dengan konsep perkalian yang harus diketahui anak Sekolah Dasar?

Sayangnya, pertanyaan itu belum sempat saya ajukan kepada Beliau. Saya masih bertanya-tanya saat itu dan memutuskan untuk membaca atau mencari tahu dahulu sebelum saya meneruskan pertanyaan selanjutnya. Maka, kesempatan itu datang ketika kemarin sore di sebelah selatan Pulau Bali saya dan partner bertemu dengan seorang kawan. Kawan diskusi maya kami selama ini.

Sebelumnya, saya sempat bertanya juga kepada kakak. Kakak mengibaratkan perbedaan itu seperti minum obat.

3 x 1 artinya adalah (dalam resep dokter) obat dimunum 3 kali untuk satu hari. ( 1 + 1 + 1)

Nah, pengandaian ini untuk memudahkan kita mengingatnya.

Kembali ke sebelah timur Denpasar, kami bercakap-cakap banyak hal. Hampir saja saya lupa menanyakan tentang manfaat beda 4 x 2 dan 2 x 4. Ingin tahu?

Nah, menurut mas Graifhan (blog Beliau ada di sini) 4 x 2 dan 2 x 4 memang ‘tampak’ tidak ada bedanya, untuk anak-anak. Namun di tingkat lanjut semisal universitas dan terutama untuk bidang rekayasa enginering maka 4 x 2 dan 2 x 4 tentu mempunyai pengertian yang berbeda.

Pada dasarnya 4 x 2 dan 2 x 4 adalah angka kumulatif. Jadi, yang dihitung dari kedua angka tersebut bukan bilangan melainkan material. Maka, 4 x 2 akan berbeda maksudnya dengan 2 x 4.

Dan apakah itu rekayasa enginering? Hahaha, saya pun tak tahu. Mungkin ada hubungannya dengan ilmu teknik. Ada yang bisa memberi contoh pada aplikasinya? Yang simpel aja sih 🙂

7 Comments

  1. dhani

    Misalkan kalau kita membangun jembatan yang terdiri dari 8 tiang pancang. Perhitungannya akan berbeda antara 4×2 (4 tiang pancang berjejer di kedua sisi), atau 2×4 (2 baris tiang pancang, masing2 baris terdiri dari 4 tiang berjejer). Karena hitung2annya berbeda, hasilnya bisa berbeda pula.

    Reply
    1. aden

      tergantung dari sudut pandang

      Reply
  2. Enggar (Post author)

    @Dhani: Mas Dhani kasi contoh ini juga ya waktu itu, tapi akunya lupaa… hehe. Kebanyakan informasi jadi tulalit :). Makasih ya mas Dhani 🙂

    Reply
  3. AL

    Kalau menurut saya, guru musti ngerti loh apa bedanya. Dari dulu, sampe sekarang hari gini, saya masih gak ngerti juga. Makanya gak gitu peduli mo anak-anak ngitungnya duanya yang ada empat kek atau empatnya yang ada dua, terserah beibeh! Yang penting, menurut saya karena saya gak ngerti berdampak di tingkat selanjutnya, ya sehepi-hepinya ajalah mereka mo gimana kek caranya ngutek-ngutek tuh angka yang penting akhirnya nyampe ke situ. Malahan saya lebih seneng kalo ada anak yang bisa nyari tahu cara yang paling nyaman buat dirinya sendiri sampe ke sana (kayak ada anak saya sampe sekarang ngitung matematika pake gammbar dan cerita). Ternyata saya salah, ya? *nyengir

    mengingatkan kenapa saya gak pernah suka ilmu pasti. Terlalu saklek dan menyesakkan. Seakan gak boleh kreatif.

    Reply
  4. Enggar (Post author)

    @Al: Aku juga bingung Al.. hehe. Nah, temanku itu juga nggak mempermasalahkan toh bedanya kan nanti ketika mereka memilih jurusan itu. Kalau masih anak-anak sih fine-fine aja. Ini aku juga baru tau dan dikasi tau sama rekan guru di facebook :). Lumayan lah buat aku soalnya daku kan bukan anak-anak 🙂

    Reply
  5. Indri

    @Al, sayang sekali kalau menurut anda ilmu pasti itu nyesek. Justru di pelajaran ilmu pasti kita bisa bereksplorasi dengan bebas. termasuk matematika. jangan mengandalkan satu cara saja. Berbeda anak mungkin berbeda cara. Jadi sangat disayangkan kalau guru hanya membenarkan pekerjaan sesuai dengan yg dia ajarkan. Lebih sesat lagi guru menyalahkan pekerjaan science(ulangan) kalau jawaban tidak sesuai text book(cape dehhh….)meski konteksnya sama.Seandainya saja guru menilai kreatifitas anak dalam menyelesaikan masalah ya……

    Reply
  6. aden

    yang mau di ajarkan adalah konsep penjumlahan berulang ditulis dalam bentuk perkalian.

    Reply

Leave a Reply to IndriCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.