Belajar Tiada Henti

Wina, Kota Musik Klasik

Wina, kota kedua dalam kunjungan kami ke Eropa setelah sebelumnya Paris dan mampir dulu di London. Kami berangkat menggunakan pesawat domestik Iberia dari Perancis. Jarak tempuh Perancis ke Wina kurang lebih 2 jam. Hari itu tanggal 28 May, jam 17 waktu Paris. Kami sampai di Wina jam 18.55.

Wina atau dalam bahasa inggrisnya Vienna adalah ibukota dan satu dari 9 propinsi di Austria. Wina dikenal sebagai kota kelahiran banyak musisi ternama, di antaranya Johann Straus I, Schubert, dan lain-lain. Selain itu di kota ini pula Mozart dan Beethoven meniti karir musik mereka. Maka tak heran, jika Anda berjalan-jalan di daerah turis akan banyak officer yang menawarkan berbagai acara konser musik yang dapat Anda nikmati. Berbagai pilihan diberikan, dari konser musik kamar sampai opera besar. Harga tiketnya pun bervariasi. Menariknya lagi para officer ini beberapa mengenakan pakaian klasik abad pertengahan.

Hotel tempat kami menginap terletak tidak jauh dari sungai Danube, sungai terbesar yang salah satu anak sungainya membentuk sebuah pulau. Wow, terbayang betapa luas sungainya, bukan?

Transportasi di Wina adalah kereta bawah tanah, bus, dan tram. Stasiun kereta bawah tanah di kota ini mempunyai nama yang lucu di telinga kami, yaitu U-Bahn (Unter-Bahn) dengan simbol huruf U berwarna putih. Kami mencandainya dengan menyebut ‘cari uban atau cari putih’ untuk mencari lokasi stasiun kereta bawah tanah berada. Ada juga tram. Tram seperti perpaduan bus dan kereta api dengan jarak pendek-pendek. Tram ini mempunyai jalur seperti rel kereta api. Jika kereta api mempunyai roda yang besar maka tram memiliki roda yang kecil. Kami iseng ingin merasakan naik tram. Sempat nyasar sih sampai ke perhentian terakhir, tapi tram ini tidak berhenti lama. Kondektur memeriksa seluruh isi tram kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Kami dan sepasang turis lainnya termasuk yang melanjutkan perjalanan kembali dengan tram ini dengan alasan yang sama: tersasar. Walaupun menyasar tapi ini pengalaman yang seru dan mengasyikkan. Oh ya, konon katanya tram juga pernah ada di Jakarta, Bandung, Malang, dan beberapa kota lainnya di Indonesia. Sayangnya, angkutan itu kemudian menghilang, entah kenapa. Padahal akan sangat menarik, unik, bahkan bisa menjadi transportasi yang lebih baik dari busway sekarang. Dan juga bisa menarik wisatawan karena keberadaannya yang tampak klasik.

Beberapa bangunan musium di Wina terletak di dalam komplek istana Hofburg, seperti: musium sejarah seni, musium sejarah alam, musium etnologi. Sayangnya musium sejarah alam yang ingin kami kunjungi pada saat itu sedang dipersiapkan untuk sebuah acara. Musium lainnya dibuka pada saat-saat tertentu yang saat itu pun tak dapat kami masuki. Ada satu musium yang saat itu sedang memamerkan lukisan, tapi kami tak memasukinya karena di Paris kami sudah mengunjungi musium Orsay, tempat karya pelukis berkumpul.
 
Bendera Wina terdiri dari dua layer dengan warna: merah, putih dengan posisi horisontal. Mirip dengan negara kita ya? Lambang negara ini adalah elang dengan sayap-sayapnya yang berjuntai rapi.

Mata uang Wina adalah Euro. Satu euro kira-kira sama dengan 12000 idr. Bentuk uang kertas di setiap negara Eropa adalah sama, yang berbeda adalah koin. Di Wina koinnya ada yang bergambar Mozart.

Kami menginap dua malam di Wina. Karena hari pertama di Wina sudah menjelang malam, dengan berjalan kaki kami melihat-lihat sungai Danube yang letaknya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Udara di kota Wina saat itu berbeda dengan Paris yang sudah memasuki musim panas. Wina terasa lebih dingin dan di waktu siang tidak begitu terik dibanding Paris.

Beberapa tempat yang kami kunjungi di hari kedua adalah:
1. Stephansdom (Katedral St.Stephen), gereja bergaya gothik. Letak gereja ini di pusat kota Wina.
2. Gedung Opera Wina (Wiener Staatsoper), tempat orkestra besar dimainkan.

3. Istana Hofburg. Selain gedung-gedung musium, di dalam komplek istana kekaisaran ini terdapat kantor pemerintah. Ada juga bangunan sekolah menunggang spanyol yang ditandai dengan patung berkuda di depannya dan perpustakaan nasional Austria (Österreichische Nationalbibliothek/ONB) yang dirancang oleh Joseph Fischer von Erlach dan putranya Johann pada awal tahun 1700 (dari sini).




Malam harinya kami melihat konser musik kamar yang dipertunjukkan di gedung Schonbrunn. Sebelumnya kami telah memesan tiket melalui hotel. Musik klasik yang dipertunjukkan beragam dari tenang sampai dinamis dan riang. Selain memainkan karya waltz dari Johan Strauss I, ada juga Mozart dan karya komponis lainnya. Dengan paduan beberapa penyanyi dan iringan tari konser musik ini memang sengaja diperuntukkan untuk para turis. Terkadang diselingi dengan tingkah laku dan gaya lucu yang mengundang senyum para penonton. Dan di akhir penampilan mereka memainkan satu musik yang saya suka. Saya beberapa kali pernah menampilkan video musik ini dari youtube di wall facebook. Musik apa ayo? 😉

Sayang kami tak lama di kota yang cantik dan sarat dengan seni dan musik ini. Kelak jika Allah mengijinkan kami ingin kembali ke kota ini, insya Allah. Amin yra.

Kota berikut yang menjadi agenda perjalanan kami adalah Praha. Apa yang menarik di Praha? Saya susulkan nanti ya 🙂

2 Comments

  1. Jual Beli Rumah

    wowww

    Reply
  2. Jual Beli Rumah

    wowwwowww

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.