Computational Thinking dalam Pembelajaran

Kita tentu masih ingat kurikulum 2013 menekankan kepada pendidikan karakter yang berfokus pada kecakapan hidup dengan 4 C nya, yaitu Creativity, Communication, Critical Thinking, dan Collaboration. Di penghujung 2019, Nadiem Makarim ditunjuk sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk melengkapi empat kompetensi yang telah ada, mas menteri menambahkan 2 kompetensi lainnya, yaitu computational thinking dan compassion.

Tentu banyak orang bertanya mengapa computational thinking perlu diajarkan di sekolah? Apa gunanya? Apakah semua mata pelajaran harus menggunakan komputer? Bikin program? Dan berbagai pertanyaan melintas di benak banyak orang.

Nah, saya ingin bercerita, boleh kan? :).
Saat ini kita mulai memasuki era industri 4.0 yang dicirikan dengan otomatisasi pekerjaan menggunakan robot. Di masa mendatang kemunculan robot dan teknologi otomatisasi ini akan semakin masif. Akan banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh robot. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi tenaga kerja Indonesia, dimana kehadiran robot-robot itu bisa menyebabkan manusia kehilangan mata pencaharian atau PHK.

Kalau begitu, nggak usah saja membuat robot. Oh, tidak bisa begitu, kawan. Di dalam segala hal selalu ada sisi positif dan sisi negatif. Kita kita tidak boleh memilih berada di ruang yang aman jika kita ingin berkembang dan maju. Dunia bergerak. Pun kita semua berubah. Kita tidak bisa menafikan bahwa tren teknologi akan terus tumbuh. Jika kita memilih untuk diam dan statis kita akan punah lebih dahulu.
Penggunaan robot industri memang dapat menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan bagi manusia. Oleh karena itu kita harus menyiapkan tenaga kerja yang lebih terlatih untuk lingkungan berbasis robot. Dengan cara apa? Computational thinking dan compassion.

Apa itu computational thinking? Proses memecahkan masalah menjadi langkah-langkah yang lebih sederhana yang dapat dipahami oleh manusia dan mesin. Di masa ini dan mendatang, manusia dan komputer berkolaborasi. Manusia membutuhkan komputer untuk menjalankan tugas atau pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia. Manusia kadang merasa bosan cepat lelah dan lain sebagainya. Sebaliknya, komputer tidak bosan tidak cepat lelah dan mampu mengkalkulasi perhitungan dengan cepat. Namun komputer tidak bisa bekerja sendiri tanpa ada manusia yang memberikan instruksi kepadanya. Manusia dan komputer dapat saling berkolaborasi dan kerjasama mereka akan menghasilkan pekerjaan yang sangat mengagumkan. Nah, untuk melakukan kolaborasi yang indah dan bermaslahat maka manusia harus memahami bagaimana sebuah mesin bekerja.

Mesin bekerja tidak seperti manusia. Mereka menjalankan perintah secara tertulis. Oleh karena itu kita harus emberikan perintah kepada komputer dengan tepat dan terperinci agar langkah yang kita berikan dapat dijalankan oleh komputer. Ada 4 keterampilan utama berpikir komputasi atau computational thinking ini, yaitu:
1. Dekomposisi: Memecah masalah besar menjadi potongan masalah-masalah yang lebih kecil
2. Pattern recognize: mengenali pola
3. Abstraksi: memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mengabaikan hal lainnya
4. Algoritma: urutan langkah untuk menjalankan suatu kegiatan

Oke.. oke, sudah tahu 4 konsep berpikir komputasi itu, sudah banyak yang membahas. Tetapi bagaimana penerapannya?
Hm, sabar dulu donk. Satu-satu ya. jadi, ke-empat konsep di atas dapat dilatih melalui pendekatan yang namanya thinkering, creating, debugging, persevering, dan collaborating. Berpikir, mencipta, mencari kesalahan dan memperbaiki, serta tekun. Tekun di sini maksudnya suka mengoprek, apa ya padanan kata mengoprek? Cari sendiri di kamus ya :). Thinkering dan kawan-kawannya itu dapat diajarkan melalui pendekatan design thinking atau sysytem thinking. Apa pula itu sih? 🙂
Design thinking dan system thinking itu sebagai alat bantu (tools) saja sih. Saya lebih suka menggunakan ini. Tetapi Bapak Ibu boleh saja menggunakan cara lain.

Saya berikan contoh penerapan computational thinking ketika saya mengajarkan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan ya.
Matpel PKWU ada 5 KD (saya ringkas aja ya): Perencanaan Usaha, Sistem Produksi, Pemasaran, Analisa Keuangan, Evaluasi Kegiatan Usaha.
Di tahap Perencanaan saya mengajarkan design thinking untuk anak bisa menemukan ide peluang usaha. Di tahap design thinking itu ada yang namanya empati, define, ideate, prototipe. Bagaimana penerapan design thinking bisa lihat di laman saya di sini. Tahapan design thinking tidak harus bermula dari empati. Bisa darimana saja. Bisa saja ketika anak sudah membuat prototipe ternyata ketika diluncurkan produknya tidak memuaskan, maka mereka bisa mengubah tahapan dalam design thinking. Nah, di dalam proses pembuatan design thinking sebenarnya anak sedang melatih cara berpikir komputasi.

Contoh: Siswa mengamati di lautan banyak menumpuk sampah plastik. Hewan laut banyak yang mati. Apa solusinya?
Dekomposisi: Supaya mudah mari kita bedah satu persatu.
Apa yang menyebabkan menumpuknya sampah plastik? (tingkat ketergantungan manusia yang tinggi pada penggunaan kantong plastik)
hewan laut mati karena menelan sampah plastik (hewan laut tidak bisa membedakan plastik dengan makanan mereka)
Nah, di sini siswa bisa melihat masalah yang ingin ia cari solusinya.
Solusi 1: mencari pengganti kantong plastik dengan kemasan yang ramah lingkungan, misalnya kantong dari singkong.
Solusi 2: mencari pengganti kantong plastik yang aman dikonsumsi makhluk hidup sehingga tidak menyebabkan kematian pada hewan laut.
Pattern: orang menggunakan kantong plastik untuk membawa atau menyimpan barang. Orang berbelanja menggunakan kantong plastik. Orang menyimpan barang menggunakan kantong plastik.
Abstraksi: fokus pada bahan pembuatan kantong dari singkong yang ramah lingkungan dan mengabaikan design kantong plastiknya
Algoritma: Langkah-langkah membuat kantong plastik dari singkong yang ramah lingkungan (Urutan langkah ini dijabarkan dalam KD ke-2 mengenai Sistim Produksi.
Di sini siswa harus menuliskan urutan langkah yang tepat dan rinci cara membuat kantong plastik ramah lingkungan dari singkong.

Oya, apa peranannya compassion? Robot adalah benda yang sangat setia kepada tuannya. Robot yang dibuat oleh pencipta yang baik, yang mengenal bahwa makna keberadaannya di dunia adalah untuk kemaslahatan umat maka akan menciptakan robot-robot yang bermanfaat. Sebaliknya, robot di tangan pembuat yang jahat maka akan menghasilkan robot-robot penghancur. Itulah sebabnya, mengapa anak-anak kita pun harus dibekali oleh compassion. Compassion adalah renungan mengenai siapa diri kita, apa yang kita inginkan dari kehidupan. Dan pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab melalui kegiatan yang kita sukai seperti seni, olahraga, musik, berkebun, dan lain-lain.

Lalu, apa gunanya berpikir komputasi? Cara berpikir komputasi akan melatih otak untuk berpikir logis, terstruktur dan kreatif.  Cara berpikir komputasi akan diperlukan di semua aspek kehidupan, di dalam cara kita mencari solusi terhadap segala permasalahan.

Duh, capek juga nulisnya ya :). Sementara ini dulu ya kawan. Jadi, computational thinking dapat diterapkan ke semua mata pelajaran dan juga di dalam segala aspek kehidupan. Insya Allah saya tuliskan contoh penerapan berpikir komputasi di mata pelajaran lainnya kapan-kapan ya 🙂

Zoom

Aplikasi satu ini sedang marak diperbincangkan banyak orang, terutama di saat kebijakan work from home untuk mencegah penularan virus corona digaungkan oleh pemerintah. Zoom merupakan aplikasi video conferencing yang digunakan sebagai sarana tatap muka secara online. Biasanya zoom banyak digunakan oleh pekerja kantoran untuk keperluan meeting atau rapat, pembelajaran kuliah online, dan saat ini juga banyak digunakan oleh guru-guru untuk pembelajaran siswanya.

Saya pun telah beberapa kali mencoba aplikasi ini kepada siswa-siswa saya. Tanggapan yang diberikan sangat bagus. Ketika pertama kali saya menerapkan ini kepada siswa kelas X, komentar mereka adalah, “Seru, Bu.” :). Saya cukup maklum ketika pertemuan pertama ini kegiatan mengajar belum kondusif karena perhatian mereka sedang terfokus pada cara pemakaian aplikasi ini. Menariknya, mereka akan saling membantu jika ada kawan atau bahkan ibu gurunya kesulitan :). Saya bisa menayangkan slide presentasi, bahkan memandu mereka belajar layaknya di ruang kelas konvensional. Kemudahan ini ada di dalam fitur share screen. Selain itu, saya juga bisa menggunakan whiteboard seperti menggunakan papan tulis di kelas. Wah, pokoknya keren lah dan anak-anak pun bisa belajar sambil diskusi dan bertanya jika mereka tidak paham. Bagaimana jika koneksi internet kita tidak stabil? Jangan kuatir, saya pun mengalaminya. Alhamdulillah kualitas video dan audio tetap aman dan jeda pembicaraan relatif tidak terganggu.

Nah, bagaimana? Berminat menggunakan Zoom Bapak/Ibu Guru? Silakan mengunduh filenya di sini.

Oya, Zoom bisa digunakan secara gratis tetapi dengan durasi waktu terbatas. Untuk versi tidak berbayar waktu yang diberikan adalah 40 menit dengan jumlah partisipan sebanyak 100 orang. Fitur yang disediakan diantaranya adalah schedule, dimana kita bisa membuat jadwal tanggal dan waktu untuk melakukan video conference. Kita juga bisa mengunggah gambar atau video untuk dijadikan latar belakang ketika melakukan percakapan. Cara penggunaan Zoom cukup mudah kok. Kalau nggak percaya coba aja sendiri :).

Berikut ini adalah potongan rekaman video KBM saya bersama siswa kelas X 🙂

Screen Recording Software

Saya seringkali harus membuat video-video tutorial, terutama untuk melengkapi file-file penunjang tulisan-tulisan di buku pelajaran sekolah yang saya susun. Merekam layar video seperti ini susah-susah gampang, kenapa? Dari memilih software sampai proses perekamannya pun memiliki cerita yang unik. Misal, sedang seriusnya merekam video tiba-tiba terdengar suara penjaja makanan lewat di depan rumah atau saya lupa tahapan pengerjaan proyek yang akan dibuat, dan lain-lain.

Pemilihan software perekam layar adalah masalah pertama yang harus saya cari solusinya. Mencoba berbagai software, mengunduh dan menginstal cukup membuat laptop saya beberapa kali langsung crash. Sampai akhirnya saya dikenalkan program ini dari seorang rekan. Nama programnya adalah Screen Recording.

Screen recording software atau disingkat SRecorder adalah program perekam layar tidak berbayar. Software ini biasanya digunakan jika kita ingin merekam semua kegiatan di layar komputer, misalnya membuat video tutorial menggunakan microsoft word dan sebagainya. Sejauh ini program SRecorder cukup membantu saya untuk membuat video-video tutorial. Waktu perekaman yang diberikan untuk versi tidak berbayar memang tidak lama tetapi cukup memadai kok.

Yang ingin mencoba program ini silakan unduh dahulu di laman mereka, di sini.

Rekomendasi software sejenis lainnya adalah Free Cam, dapat diunduh di sini.

RPP Format Baru Kelas 4,5 dan 6 Informatika SD

Bapak/Ibu Guru yang menggunakan buku Informatika untuk SD/MI Kelas IV, V dan VI dari Penerbit Erlangga, tahun terbit 2019 silakan mengunduh silabus dan RPP dari link di bawah ini.
Contoh RPP saya sertakan di sini, lainnya silakan di unduh ya 🙂

1. Silabus dan RPP Kelas IV, klik di sini.
2. Silabus dan RPP Kelas V, klik di sini.
Silabus dan RPP kelas VI, klik di sini.

Contoh RPP Kelas 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah :
Mata Pelajaran : Informatika
Kelas/Semester : V/Genap
Tahun Pelajaran :
Materi Pokok : Konsep Dasar pemrograman
Alokasi Waktu : 4×35 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyajikan algoritma dalam bentuk narasi dan diagram alir.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

C. Alat dan Bahan: Komputer; aplikasi pemindai barcode; Buku Informatika untuk SD/MI Kelas IV. Penerbit Erlangga.

D. Kegiatan Pembelajaran:
1. Menonton tayangan video mengenai algoritme di youtube
(https://www.youtube.com/watch?v=YR2osCGlR7E )
2. Menyimak penjelasan guru.
3. Berlatih membuat algoritme menanam biji bunga matahari.
4. Berlatih membuat algoritme merakit robot.
5. Mempraktikkan cara membuat game sederhana menggunakan Microsoft Powerpoint dan Microsoft Excel.Melakukan refleksi.

E. Penilaian

1. Penugasan: Membuat algoritme menanam biji bunga matahari (halaman 104)

2. Penugasan: Membuat algoritme merakit robot (halaman 105)

3. Penugasan: membuat algoritme memakai sepatu (halaman 106)

4. Tes tulis (halaman 120-122)

Rubik Penilaian Penugasan (halaman 123)

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

………………………… ………………………..

Belajar Berpikir Kritis dan Algoritma dari Film The Martian

The Martian adalah salah satu film kegemaran saya. Film ini sering saya ceritakan kepada murid-murid ketika memberi contoh makna cerdas, berpikir kritis dan menggunakan algoritma di dalam kehidupan sehari-hari.

The Martian bercerita tentang seorang astronaut yang berjuang untuk bertahan hidup di Mars. Si tokoh, Watney, adalah seorang ahli botani yang turut dalam program NASA yang dinamai dengan Ares. Ketika sedang melakukan operasi permukaan, Mars diterjang badai pasir. Watney terlempar dan terpisah dari teman-temannya. Ia kemudian diduga tewas dan hilang di Mars. Namun sesungguhnya, Watney masih hidup. Sendirian berada di tempat yang ekstrim dan kemungkinan untuk bertahan hidup tinggal menghitung hari adalah kenyataan yang tak mudah untuk dihadapi. Tetapi astronaut kita ini bukanlah orang yang mudah putus asa. Watney mulai membuat daftar yang berisi urutan langkah-langkah kegiatan yang harus ia lakukan untuk misi penyelamatan dirinya.

Untuk hidup manusia membutuhkan makan. Watney mulai memeriksa semua persediaan pangan yang ia miliki. Ia menghitung dengan cermat pasokan pangan yang ada. Selanjutnya, bagaimana jika persediaan makanan yang ia miliki habis? Ia tidak bisa bergantung kepada bekal makanan yang dibawanya dari bumi. Maka, Watney harus bercocok tanam untuk mempersiapkan kebutuhan pangan. Jangan lupa Watney adalah seorang ahli botani. Ia tahu bahwa untuk bertanam diperlukan tanah yang subur dan benih serta air untuk menghidupi tumbuhan tersebut. Tanah di Mars tidak memungkinkan untuk ditanami. Watney ingat bahwa di pesawatnya terdapat kantong pup milik ia dan kawan-kawan. Ia lalu mengolah pup dan tanah di Mars untuk menghasilkan tanah yang subur. Bagaimana memperoleh benih tanaman pangan? Watney dibekali banyak kentang sebagai menu makanan para astronaut. Ia akan memotong sedikit bagian dari kentang untuk dijadikan benih tanaman. Oke, tanah sudah ada, demikian juga benih. Air. Bagaimana dengan air? Watney ingat ekor pesawat mengandung hidrogen. Melalui proses kimia maka ia menyulap hidrogen menjadi air. Permasalahan untuk persediaan pangan untuk sementara bisa diatasi.

Bagaimana selanjutnya? Watney tak mungkin berdiam diri saja, bukan? Ia harus memberitahu kawan-kawannya di bumi bahwa ia selamat. Dengan demikian maka kawan-kawannya dapat melakukan misi menyelamatkan dirinya dan membawa ia kembali ke bumi. Peralatan komunikasi yang ada tidak berfungsi. Watney mencari cara untuk berhubungan dengan mereka menggunakan bahasa mesin 0 dan 1 atau yang disebut dengan bilangan biner memanfaatkan satelit panel surya. Sinyal yang diberikan Watney ternyata terlacak oleh seorang crew di bumi. Singkat cerita, Watney selamat dan kembali ke bumi berkumpul bersama keluarga dan kawan-kawannya :).

Mari kita amati pelajaran-pelajaran dan pesan moral dari film ini.
Tidak diragukan Watney adalah tokoh yang tidak sekedar pintar namun juga cerdas. Apa itu cerdas? Watney menggunakan semua ilmu pengetahuan yang ia miliki untuk memecahkan masalah yang ia hadapi. Ia juga selalu memikirkan dan mempertanyakan setiap tindakan yang akan ia lakukan. Nah, ini contoh berpikir kritis. Seseorang yang terbiasa berpikir kritis akan mempertimbangkan setiap tindakan yang akan ia ambil dengan tanpa merugikan orang lain. Dan tentu saja algoritma. Watney membuat urutan langkah-langkah yang akan ia lakukan untuk bertahan hidup dan dapat kembali ke bumi. Selain itu, alih-alih merasa putus asa kecewa dan depresi yang bisa berakibat turunnya kekebalan tubuh, Watney memilih untuk bahagia. Ia menonton film-film lucu, mengobrol dengan dirinya sendiri di depan cermin dan melakukan hal-hal yang menyenangkan :). Terbukti, ia mampu bertahan dan kembali ke bumi dengan selamat.

Walaupun hanya film, tapi pembelajaran yang ada pada film ini bisa berlaku di banyak situasi loh.
Dari film ini kita belajar bahwa tidak ada pelajaran yang sia-sia. Seseorang yang cerdas dapat menggunakan semua ilmu pengetahuan yang ia miliki untuk membantunya memecahkan masalah. Jadi, jangan pernah meremehkan pelajaran apapun.

Jangan pula merasa cukup dengan pintar. Karena pintar saja tidak cukup. Kita perlu cerdas dan terkadang juga perlu “lucu” (memiliki sisi humoris) agar kehidupan kita menjadi lebih baik dan seimbang.

Untuk review buku The Martian, saya pernah menuliskannya di sini.

Gerakan Literasi

Saya suka membaca dan menulis. Dan salah satu hal yang paling ingin saya tularkan kepada murid-murid saya (dan lingkungan saya) adalah ketertarikan pada buku. Selama proses KBM di ruang kelas, ada saat-saat tertentu saya mendongeng. Saya biasanya memulai dengan menayangkan film, slide atau cerita perjalanan saya mengunjungi berbagai tempat. Itu semacam trik untuk menarik perhatian sebelum kami akhirnya berdiskusi dan lanjut membahas isi buku.

Saya pernah bercerita tentang Hellen Keller, Van Gogh, Marie Curie, Google, Facebook, LHC sampai Dracula dan lain-lain. Tokoh yang saya ceritakan tidak selalu berkaitan dengan mata pelajaran yang saya ampu dan juga tidak selalu mengenai tokoh-tokoh. Saya tidak tahu apakah cara yang saya lakukan bisa menarik murid-murid saya untuk tergerak membaca. Tetapi saya sangat bersyukur ketika beberapa anak kemudian datang sambil membawa buku dan mengatakan, “Ïbu, saya baca ini gara-gara Ibu atau karena saya penasaran, atau ingin mulai membaca, dan semacam itulah. Itu awal yang bagus untuk mereka memulai mengenal buku, bukan?

Lalu, kementerian pendidikan dan kebudayaan meluncurkan gerakan literasi di sekolah. Program ini dimaksudkan untuk membudayakan membaca dan menulis dengan tujuan memperkuat budi pekerti seperti yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Dikutip dari laman educenter di sini, wujud Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah membaca selain buku pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Dengan GLS, diharapkan siswa terbiasa untuk membaca. Selanjutnya, dapat mengambil nilai-nilai moral dari buku yang dibaca.”

Menurut Unesco, dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang gemar membaca. Wow, menyeramkan juga ya?

Kembali ke Gerakan Literasi dari Kemendikbud, tidak terbatas kepada membaca dan menulis, namun juga meliputi literasi lainnya, seperti literasi perpustakaan, media, teknologi, dan lain-lain. Untuk info lengkapnya silakan di baca di link yang saya berikan di atas ya.

Kemudian sekolah bergerak, melakukan berbagai kegiatan yang mendukung gerakan literasi. Saya percaya ada banyak ide-ide yang bisa dikembangkan oleh setiap sekolah, dan jika semua sekolah berbagi mengenai ide dan gagasan mereka untuk menjalankan gerakan literasi sekolah maka kita semua bisa saling belajar. Untuk program gerakan literasi yang ada di sekolah saya, Bapak Ibu Guru bisa membacanya di laman sekolah kami di sini di kategori Gerakan Literasi.

Memang, kita tidak bisa ujug-ujug memaksa anak untuk membaca. Karena, gerakan literasi itu sesungguhnya dimulai dari rumah. Namun sekolah juga tidak bisa lepas tangan. Kita semua harus bergandengan tangan untuk membudayakan membaca dan menulis kepada generasi muda.

Sederhananya, jangan memaksa. Cari tahu dahulu hal yang mereka sukai. Kalau murid kita suka menggambar, dorong mereka untuk membuat komik atau cerita bergambar. Kalau sukanya berbicara, minta mereka bercerita melalui video blogger. Kalau sukanya menulis di whatpadd atau platform digital lainnya, biarkan mereka mengungkapkan tulisannya di sana. Kalau suka menyanyi, dorong untuk membuat lirik lagu sendiri. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan.

Jangan lupa, sekarang ini ada banyak startup digital yang dapat diajak bekerjasama untuk mendukung gerakan literasi. Beberapa diantaranya adalah Nulisbuku dan Storial.co.

Semangat membaca 🙂

Silabus dan RPP Kelas 5 dan 6 Informatika

Bagi Bapak Ibu Guru yang menggunakan buku Informatika untuk SD/MI Kelas V dan VI dari Penerbit Erlangga silakan mengunduh silabus dan RPP nya di sini. Namun mohon maaf sebelumnya, RPP masih versi lama, belum mengikuti format dari Pak Nadiem. Namun ke-3 komponen inti ada di dalam RPP.

Silabus dan RPP kelas V, silakan klik di sini.
Silabus dan RPP kelas VI, silakan klik di sana.

Semoga bermanfaat.

Menanti Perubahan Pendidikan untuk Indonesia

Pagi yang mendung dan saya tergelitik untuk membaca artikel ini. Menarik. Dan seperti botol bertemu tutupnya, segala keresahan hati saya bertemu kuncinya dan ingin saya utarakan di sini… hehehe :). Namun, di tulisan ini fokus saya lebih kepada guru. Karena, bukankah guru dan siswa sama? Mereka adalah individu yang ingin belajar dan terus berkembang tanpa ada sekat-sekat yang membatasi dirinya?

“Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2016 tentang Penataan Linieritas Guru Bersertifikat Pendidik, sangat mengganggu kemajuan peningkatan kualitas guru dan sekolah. Pasalnya, apabila seorang guru dalam mengajar tidak linier dengan latar belakang keilmuan, maka dia tidak mendapat penghargaan semestinya. Meski ia menguasai materi yang ia ajar.”

Faktanya, tidak hanya tidak sekedar mendapat penghargaan namun juga tidak bisa mengajar materi yang ia kuasai. Keberadaan selembar ijasah adalah segala-galanya. Tanpa ijasah maka penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu yang kita miliki patut dipertanyakan. Kita terlanjur percaya bahwa dengan selembar ijasah maka penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan seseorang sudah teruji. Padahal pendidikan yang kita lalui untuk memperoleh ijasah itu (di negeri ini) masih jauh dari harapan ideal berupa penguasaan ilmu dan keterampilan tadi.

Untuk mereka yang berada di dunia pendidikan, saya tidak menafikan bahwa ijasah sesuai latar belakang keilmuan dengan matpel yang diajar memang diperlukan. Namun sejatinya, ijasah tidak menjadi satu-satunya persyaratan mutlak yang menjadi penghalang seorang guru untuk dapat mengajar di mata pelajaran tertentu. Namun ada faktor-faktor lain yang bisa menjadi pertimbangan untuk ia dapat mengajar materi tersebut, seperti buku, karya tulis, dan portofolio lain yang ia hasilkan. Coba kita lihat barisan kalimat dari artikel di atas.

“Karena itu, menurut Illich, perlunya membebaskan masyarakat dari kecenderungan menganggap sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan.”

Sejalan dengan konsep mas menteri, yaitu “merdeka belajar.” Bahwa belajar tidak lah melulu harus di sekolah. Belajar bisa darimana saja. Semua tempat adalah lembaga pendidikan, tempat kita belajar dan mendidik diri sendiri.

“Ivan Illich tokoh pendidikan asal Wina juga menawarkan alternatif proses yang ia sebut dehumanisasi di ruang (pendidikan). Yaitu, demokrasi dalam memperoleh pendidikan, dalam sistem pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Dalam pendidikan alternatif, sistem pendidikan yang baik dan membebaskan harus memberi kesempatan pada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar setiap saat. Selain itu mengizinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka pada orang lain dengan mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya.”

Demikian juga Guru. Guru dapat belajar dari manapun. Di lapangan ada banyak guru yang tiba-tiba harus kuliah lagi karena mengampu mata pelajaran berbeda dengan ijasah yang ia miliki sebelumnya. Persyaratan linearitas Guru menjadi pembatas bagi guru untuk berkreasi. “Keharusan” ini pada akhirnya hanya menjadi semacam seremonial belaka. Akibatnya, kuliah bukan bertujuan untuk memperoleh ilmu tapi hanya sekedar menggugurkan kewajiban agar memperoleh ijasah sesuai matpel yang diajar sehingga urusan sertifikasi lancar. Sudah bisa ditebak bagaimana hasilnya. Apakah tidak lebih baik jika dibiarkan mereka mencari wadah lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan materi yang mereka ampu? Membuat karya tulis, portofolio, mengikuti workshop dan seminar yang di dalamnya mereka juga berperan serta? Bukankah lebih mengasyikkan juga bagi guru yang bersangkutan?

Bukankah kita sebenarnya mengamini bahwa “pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan selembar ijazah, tapi yang terpenting penguasaan ilmu dan keterampilan di bidang tertentu.”

Dan jika, tentu saja saya percaya kita semua ingin perubahan pendidikan yang lebih baik untuk semua orang maka diperlukan perubahan radikal dalam pendidikan. Seperti kata Rhenald kasali, tidak ada perubahan yang nyaman. Namun perubahan adalah keniscayaan, dan untuk survive maka kita harus mampu beradaptasi terhadap perubahan.

RPP 1 halaman PKWU

Mumpung libur bikin RPP untuk semester genap mata pelajaran PKWU sekaligus memgimplementasikan anjuran mas menteri, yaitu RPP 1 halaman (yeahhh… 🙂 ). Nanti kalau sudah lengkap RPP nya dibuat dalam format pdf aja (Insya Allah) dan teman-teman Guru silakan mengunduh jika berminat…hehehe.

Ini RPP untuk kelas XI dengan aspek Rekayasa.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
No. 01

Sekolah :
Mata Pelajaran : PKWU
Kelas/Semester : XI/Genap
Tahun Pelajaran :
Materi Pokok : Bidang usaha konversi energi
Alokasi Waktu : 2×45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami bidang usaha konversi energi

B. Kegiatan Pembelajaran

1. Guru mempraktikkan penggunaan produk konversi energi berupa mobil panel surya (mengubah dari cahaya menjadi listrik lalu menjadi gerak), water salt toys car (mengubah dari energi kimia ke listrik lalu menjadi gerak).
2. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa.
Seperti: bentuk energi yang ada pada produk tersebut. Apa itu energi? Apakah terjadi perubahan energi? Perubahan energi apa yang terjadi?
3. Guru menjelaskan mengenai usaha bidang konversi energi. Materi dapat dilihat pada buku teks PKWU Penerbit Sewu halaman 42.

C. Penilaian

Penilaian: Tulis (Uraian bebas)
1. Jelaskan tujuan konversi energi bagi umat manusia.
2. Berikan contoh bidang usaha konversi energi.

Semoga bermanfaat.

Oya, untuk demo produk konversi energi mobil panel surya bisa dibuat sendiri. Saya pernah menuliskan caranya di sini. Untuk melihat videonya sila ditonton di bawah ini :).