Jadi, hari Rabu sore saya menyusul partner yang sudah terlebih dahulu berada di Singapore. Mendekati wilayah Singapore, dari jendela pesawat saya melihat kondisi angkasa sepenuhnya putih abu-abu, nyaris tak bisa melihat apapun. Sempat nderedeg juga. Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat. Menuju skytrain untuk antrian imigrasi. Usai urusan imigrasi menuju pintu keluar dan partner sudah tampak di barisan daftar penjemput ^-^. Malam itu kami habiskan dengan berjalan-jalan. Ada yang berbeda, suasana di luar terasa panas dan pengap, seperti tercekik. Kami tak tahan berada lama di luar. Ini dampak dari abu kebakaran hutan di Indonesia.
Esok hari, partner masih dengan tugasnya dan saya berjalan-jalan sendirian. Awalnya ingin ke musium sains di Jurong tapi karena kami pernah mengunjungi tempat itu partner menyarankan untuk ke musium artscience di sekitar lokasi Marina Bay Sands. Kebetulan tempat itu tak terlalu jauh dari tempat partner bertugas. Mengikuti petunjuk jalan dan sampai lah saya di artscience museum. Ada dua pameran yang sedang berlangsung, Mummy: Secrets of the Tomb; Essential Eames: A Herman Miller Exhibition, dan tentu saja art science museum itu sendiri. ArtScience Museum adalah musium yang diperuntukkan untuk pagelaran berbagai kreasi seni dan ilmu pengetahuan. Maka, saya memutuskan masuk ke dalam dan membeli tiket Mummy: Secrets of the Tomb. Ternyata, tiket berlaku untuk ketiga pameran yang ada. Sayangnya, pengambilan gambar dilarang selama berada di dalam ruang pameran.
Pameran Mummi terletak di lantai paling bawah. Memasuki ruang pameran pertama pengunjung diberikan kaca mata 3D. Yup, kami akan disuguhi film tiga dimensi. Sebelum memasuki ruang film kami dapat melihat-lihat beberapa artefak mengenai sejarah mesir. Di dinding musium juga tertera kutipan-kutipan dari (tampaknya) sebuah buku, Book of the Dead. Selanjutnya, duduk manis menunggu pemutaran film ditayangkan.
Film mengenai sejarah mesir ini akan menguak misteri proses penguburan kaum mesir dan proses pengawetan mayat (mumifikasi) dengan memberi perhatian kepada salah satu sosok pendeta kuil bernama Nesperennub.
Melalui teknologi modern pengunjung seolah-olah diajak secara pribadi menjelajahi mumi. Teknologi mutakhir pemindaian ini juga telah memungkinkan bagi para ilmuwan dan ahli purbakala untuk menguak misteri mumi tanpa mumi secara fisik dibuka.
Nesperennub
Perkiraan wajah pendeta Nespennub
Nesperennub adalah seorang rahib yang hidup 3000 tahun lalu di Thebes. Thebes atau Tebe adalah kota di Mesir kuno yang dipenuhi kuil dan istana megah. (Kota ini terletak 800 km sebelah selatan Laut Tengah, di tepi timur sungai Nil. Di atas bekas kuno ini sekarang berdiri kota modern Luxor, yang merupakan salah satu tempat wisata terkenal di dunia.~ sumber: wikipedia). Nesperennub bekerja sebagai seorang imam terbesar di kuil Karnak. Ia juga bekerja sebagai fan bearer (apa ya Indonesianya? pelayan? pengipas?) raja. Dengan kata lain, ia adalah orang penting.
Ketika ia meninggal, peti matinya dihiasi dengan wajah Nesperennub yang mengenakan wig serta ikat kepala dan leher dari kelopak bunga teratai. Di bagian tengah tubuhnya terukir dari atas ke bawah deretan huruf Hieroglif, yang berbunyi: “life, prosperity and health”. Di dalam peti mati tergambar lukisan seorang dewi dengan tangan terbuka untuk melindungi tubuh Nesperennub.
Pada tengkorak Nesperennub tampak lubang kecil di atas mata kiri. Luka itu diperkirakan sebagai penyebab kematiannya. Berikutnya, film menayangkan proses mumifikasi. Mayat Nesperennub dibersihkan. Semua organ bagian dalam dikeluarkan dari tubuh, kecuali jantung, yang sebelumnya dibalsem dengan resin. (resin menurut KBBI Daring: zat padat tanpa bentuk, berwarna kuning kecokelat-cokelatan, berasal dr getah pohon sbg bahan pembuat pernis, lem, patri, dsb; damar). Proses pengawetan mayat ini memerlukan waktu 70 hari.
Kemudian mayat diberikan perhiasan-perhiasan seperti cincin di kedua tangan, serta jimat. Tubuh dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak cartonnage yang selanjutnya dimasukkan ke dalam peti mati kayu. Pada kotak cartonnage tertera tulisan yang menerangkan bahwa Nesperennub dan ayahnya bekerja sebagai rahib di komplek kuil Karnak.
Sekilas Mesir
Beberapa puluh tahun lampau Ibu dan Ayah mengajak kami sekeluarga mengunjungi Mesir. Yang masih terlintas dalam ingatan mengenai Mesir adalah kota yang terik. Di sana kami mengunjungi musium Firaun, dimana jasad Firaun diletakkan di sebuah kotak kaca. Kami juga mengunjungi piramida. Piramida adalah makam raja-raja masa dahulu. Ada juga Sphinx, patung singa berkepala manusia. Sphinx atau dikenal sebagai The Great Sphinx of Giza, adalah simbol nasional Mesir, baik kuno dan modern. Dan yang menarik perhatian saya saat itu adalah huruf Hieroglif serta kertas papirus.
Kaos berhiaskan nama saya dengan huruf hieroglif 🙂
Menurut Wikipedia, papyrus adalah sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan untuk membuat kertas pada zaman kuno. Tanaman ini umumnya dijumpai di tepi dan lembah Sungai Nil. Kira-kira 3500 SM, bangsa Mesir Kuno sudah memanfaatkan papirus. Mereka pada saat itu membuat kertas dari kulit-kulit tipis atau kulit-kulit halus papirus, sebelum kertas (seperti yang kita kenal sekarang) ditemukan. Sedangkan Hieroglif adalah tulisan berupa gambar dan lambang dalam bentuk manusia, hewan, dan benda.
Kembali ke topik di atas, tradisi mumifikasi masyarakat Mesir menjadi ciri khas dari negara tersebut dan menjadi salah satu kekayaan budaya negara Mesir.
Pameran ini dilengkapi oleh ratusan artefak mengenai sejarah Mesir serta proses pengawetan mayat. Pengunjung diajak untuk mengenal dunia para rahib serta kepercayaan mengenai kematian.
informasi lainnya:
1. Ka and Ba
2. Nesperennub
3. British Museum
4. Bingo mengenai mummy untuk guru
5. lihat di sini
6. Book of the dead
7. mummy little’s secret
8. another review
Pingback: Mummy: Secrets of the Tomb | #MustVisit - Pintu Gerbang