Convert ogg to MP3

Ini adalah sambungan dari tulisan saya mengenai public domain di sini.

Bagaimana meng-convert file ogg ke MP3?

Kalau ogg adalah format video dan audio yang free, sebaliknya MP3 berformat lisensi. Kelebihan MP3 selain memiliki kompresi yang baik, ukuran file-nya pun lebih kecil. MP3 adalah format standar yang dapat dijalankan pada banyak pemutar audio.

Salah satu cara untuk meng-convert file ogg ke Mp3 adalah dengan menggunakan program Audacity.
Audacity adalah program open source untuk pemberi efek suara. Audacity juga dapat berjalan pada berbagai sistim operasi.

Berikut ini adalah langkahnya:
1. Unduh aplikasi Audacity di sini.
2. Pilih menu File>Open, untuk membuka file ogg
3. Pilih menu File> Export as MP3
Audacity akan meminta file Lame, jika belum ada unduh terlebih dahulu file Lame di sini. Ekstrak file di c:.
File LAME_enc.dll akan diletakkan di dalam folder C:libmp3LAME?3.97

4. Pilih menu File>Export as MP3 kembali.
5. Browse file LAME_enc.dll di folder lame di folder C:libmp3LAME?3.97
5. Permintaan penempatan file lame ini hanya untuk pertama kali, berikutnya cukup dengan langsung menyimpan ke format MP3.

Selamat mencoba.

Public Domain

Domain publik secara umum didefinisikan sebagai karya-karya yang dapat digunakan secara luas, karena tidak memiliki hak cipta atau hak ciptanya telah berakhir (kadaluarsa).

Untuk menggunakan karya-karya ini tidak ada izin apapun yang diperlukan. Karya-karya mereka umumnya mewakili informasi penting yang dibutuhkan di kalangan akademik. Untuk lebih lengkap dapat dilihat di sini dan di sini.

Pertanyaannya: Untuk dan dalam kondisi apa kita menggunakan karya-karya public domain?

Seandainya Anda suatu hari ingin membuat presentasi yang disimpan dalam bentuk digital atau di halaman web, dan dapat diakses oleh siapapun, maka pastikan Anda menggunakan karya-karya domain publik ini. Seringkali pada sebuah presentasi kita ingin memasukkan foto, atau menambahkan musik sebagai latar, maka alangkah baiknya memperhatikan hal-hal yang tampak kecil tapi sesungguhnya sangat penting.

Saya pun baru menyadari hal ini setelah harus berkutat membuat media pembelajaran sendiri. Hal yang hampir terlewatkan oleh saya namun bisa jadi sangat fatal juga akibatnya.

Maka, saya berusaha mencari tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh saya lakukan. Kali ini saya akan berbagi cara untuk mendapatkan musik sebagai latar yang paling sering kita gunakan ketika membuat sebuah presentasi.

Wikipedia adalah rujukan yang saya gunakan. Mengapa? Karena karya yang ada di dalamnya sudah memenuhi ketentuan sebuah karya public domain. Berikut ini adalah langkahnya.

1. Masuk ke situs wikipedia di sini.
2. Berikutnya, ketikkan lagu yang Anda inginkan di tombol Search. Misal: Symphony No.5 (Beethoven).

3. Di halaman Beethoven, carilah logo seperti di bawah ini. Klik tombol Play Sound.

4. Klik pilihan More di bawah tombol Player.

5. Klik kanan mouse di pilihan Download file. Pilih Open Link in new tab.

6. Di tab yang baru, pilih menu Firefox. Klik Save Page As. File musik akan disimpan dalam format ogg. Ogg adalah format untuk video dan audio yang free. Detail tentang ogg dapat dibaca di sini.
7. Langkah selanjutnya adalah meng-convert format ogg menjadi format standar mp3. Kita lanjutkan di tulisan yang berikutnya ya.

Teleskop Hubble

Selalu ada fakta dan hal-hal menarik setiap kali membaca buku Jostein Gaarder. Oh ya, Beliau dikabarkan akan datang ke Indonesia bulan oktober ini.

Di buku gadis jeruk, Jostein bercerita banyak tentang Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Teleskop Angkasa Hubble adalah teleskop luar angkasa yang berada di orbit bumi. Sebagian besar benda-benda angkasa yang dapat ditemukan dan berhasil diidentifikasi adalah berkat jasa teleskop Hubble ini. Termasuk di antaranya lubang hitam, galaksi, supernova, sampai tabrakan bintang.

Teleskop ini telah mengambil gambar-gambar yang menakjubkan tentang masa lalu alam semesta. Bagaimana mungkin? Walau terdengar absurd inilah penjelasannya:

“Sesungguhnya melihat ke ruang angkasa itu sama dengan melihat ke masa lalu”

Jika kita melihat planet yang jaraknya 100 juta tahun cahaya itu sama artinya kita melihat masa kehidupan planet itu di 100 juta tahun yang silam.

Jostein menggambarkannya seperti ini:
Cahaya bergerak dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik. Biarpun begitu, cahaya dari galaksi-galaksi yang jauh butuh waktu miliaran tahun untuk sampai kepada kita karena alam semesta ini tak terhingga luasnya. Teleskop ruang angkasa Hubble telah mengambil gambar-gambar galaksi yang jauhnya lebih dari dua miliar tahun cahaya. Ini juga berarti bahwa teleskop itu telah melihat masa lalu alam semesta dua miliar tahun yang silam.

Bukankah menakjubkan? Bahkan teleskop ruang angkasa Hubble nyaris bisa melihat langsung ke dentuman besar ketika ruang dan waktu tercipta.