Belajar Tiada Henti

Bayreuth

Kota berikut yang kami kunjungi adalah Bayreuth. Kota kecil nan tenang di bagian Jerman. Di sini kami ditemani Dian, ibu dosen yang sedang menyelesaikan kuliahnya. Dian yang menjadi pemandu selama kami di sini.

Kami menginap di hotel Lohmühle. Hotel bergaya tradisional yang dilengkapi dengan perapian. Lucu juga. Jadi membayangkan seandainya musim dingin dan perapian itu dihidupkan.

Sore itu setelah merapikan diri kami langsung berjalan-jalan menuju rumah Wagner. Yup, satu-satunya alasan mengapa kami ke Bayreuth adalah karena partner pecinta sejati Wagner, si komponis terkenal dari Jerman. Wah, saya baru tahu tanggal lahir Wagner beda sehari dengan saya.. hehe, narsis dulu ah, bentar :>. Tapi kok bukan saya yang menggilai karya-karya dia ya?

Kami menyusuri jalan menuju rumah Wagner. Rumah dengan kebun belakang yang luas. Tanaman dengan bunga warna-warni. Cantik. Pohon-pohon besar yang rindang. Lebih menarik lagi jika ada banyak tupai yang belarian (maunya.. hehe).

Rumah Wagner ini diberi nama Wahnfried. Di tembok rumah itu tertulis “Di sini kesintinganku beroleh kedamaian, maka tempat ini kunamakan Wahnfried.”

Di belakang rumah terdapat dua makam, makam Wagner dan istrinya, Cosima Wagner. Kami kemudian berjalan memasuki taman entah apa namanya.

Melihat dan menikmati kota ini mengingatkan saya pada kampung halaman di Jawa Timur sana, Madiun. Kota mungil yang dihuni oleh kebanyakan para orang tua sementara anak mudanya memilih merantau. Mungkin seperti itulah Bayreuth. Perbedaannya, Bayreuth juga menjadi pilihan bagi mahasiswa asing untuk menempuh pendidikan mereka. Jadi, kata Dian, selain orang tua, banyak juga mahasiswa asing bersekolah di sini.

Kami mampir di apartemen Dian. Menikmati nasi uduk dengan abon dan pangsit goreng serta tomat kecil yang manis. Apa namanya ya? Tomat cherry kah? Menyempatkan menumpang mencuci baju di sini. Dan kembali diantar Dian ke hotel sambil melewati rumah Wagner kembali.

Esok harinya setelah sarapan dan berkenalan dengan mbak Ivo, terima kasih buat telur mata sapinya mbak, kami melanjutkan kunjungan ke beberapa tempat lainnya.

Masih ditemani oleh Dian, kami melihat beberapa istana, mengunjungi toko buku (seperti biasa.. wkwkwk). Dan saya asyik memandangi bunga-bunga yang ada di tepi jalan. Sambil bertanya-tanya, kira-kira kalau saya tanam di Indonesia bakal tumbuh nggak ya bunga-bunga itu? :>


Terakhir mengunjungi gedung opera Wagner. Bayreuth Opernhaus adalah gedung opera yang khusus memainkan semua karya-karya Wagner. Konon, Wagner memilih Bayreuth karena tempat ini dulunya memiliki gedung opera yang besar. Namun kemudian Wagner membangun gedung operanya sendiri, tempat dimana ia menggelar operanya secara megah. Opera Wagner kemudian ditampilkan setiap tahun di gedung opera (Bayreuth Opernhaus) itu sampai sekarang.


Maka, Bayreuth akan menjadi kota yang ramai di bulan Juli, bulan di mana opera Wagner ditampilkan. Untuk mendapatkan tiket opera Wagner kabarnya kita perlu antre selama 7 tahun. Bayangkan.

Hai, tiba-tiba kami dikejutkan oleh seekor tupai merah yang imut. Ekor tebalnya melambai-lambai. Sayang saya terlalu bersemangat melihatnya, menyebabkan tupai yang cuma satu ekor itu langsung berlari memanjat pohon sampai tinggi. Curang. Duh..duh, menyesal bukan buatan kenapa baru hari ini ketemu tupai? Sedangkan kami sudah harus berburu bis lagi untuk menuju kota berikutnya.

Baiklah tupai imut yang bandel, hari ini kami tidak bisa bermain denganmu tapi siapa tahu kelak kita berjumpa lagi. Kami punya banyak stok kenari loh 🙂

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.