Komik tentang penggagas fisika kuantum ini langsung memincut perhatian saya. Suatu kebetulan yang menarik, karena saya memang sedang mencarinya.
Berawal dari rasa penasaran yang disebabkan oleh obrolan ringan seorang kawan dan partner yang seringkali menyinggung nama fisika kuantum.
Jadi, apa itu kuantum? Kuantum itu asal katanya kuanta, artinya partikel cahaya. Nah, lucu nih, sebelum lebih jauh membahas kuantum, partner meminta saya membaca tulisan ini dulu. Ah, apa hubungannya kopi dengan fisika kuantum? Nah, sudah baca artikel yang di link itu?
Dan, seperti itulah cahaya. Cahaya dikeluarkan dalam bentuk gelombang-gelombang. Gelombang yang dikeluarkan ternyata tidak sembarang, namun dalam paket ukuran tertentu. Seperti kopi tadi hanya bisa dijual dalam ukuran 100 gr, 200, dstnya. Tidak bisa 80 gr misalnya. Nah, itulah yang dimaksud dengan kuantum, paket.
Nah, apa yang membedakan fisika kuantum dengan teori fisika lainnya?
Fisika kuantum adalah perilaku alam pada level atomik (mikrokosmos). Contohnya, masih ingat cerita posisi elektron di sini? Bahwa kita tidak bisa memprediksi posisi elektron. Karena dalam fisika kuantum alam semesta bersifat acak.
Teori fisika lainnya bermain pada level makrokosmos (alam semesta) dan bersifat determinis. Maksudnya semua perilaku alam bisa dijelaskan melalui hubungan aksi-reaksi biasa.
Nah, gambaran berikut dari kawan saya tadi.
Kehidupan kita sehari-hari di bumi terikat dalam hukum gravitasi Newton. Dalam semesta yang lebih besar (makrokosmos) gravitasi Newton harus minggir dan digantikan oleh teori relativitas Einstein. Tapi dalam semesta yang lebih kecil (mikrokosmos), dalam hal ini level atomik, baik gravitasi ataupun relativitas harus menyingkir dan digantikan teori kuantum.
Untuk ke-3 teori di atas walaupun sama-sama valid namun tidak mampu bergerak dengan keserasian. Karena itulah para fisikawan sekarang sedang mencari apa yang disebut dengan Theory of everything. Maksudnya, mereka mencari ‘sesuatu’ yang dapat menggabungkan gravitasi, relativitas, dan teori kuantum.
Baru bab 1 ini, ya, kita lanjutkan kapan-kapan :).
dokumentasi: http://www.alltooflat.com/geeky/scientists/?idx=11
dulu pernah kuliah fisika kuantun, yang ngjaar namanya pak Wawang.. and thats it… the rest is only sleeping and urat oret notebook.. heuheu..
gosh.. you make me feel guilty passing that lecture.. 🙁
Sayangnya, aku tak dapat pelajaran ini. Aku kira sains memesonaku karena seperti membawa kita menapaktilas keberadaan diri kita di bumi ini. Begitukah?
ohohoho aku benci fisika sepenuhnya
mending mendalami eksistensial sampe mati daripada yang satu ini :p
@Natazya Existentialist abad ke-20 banyak belajar dari Fisika Kuantum, dan khususnya Interpretasi Kopenhagen :p