Belajar Tiada Henti

Gerakan Literasi

Saya suka membaca dan menulis. Dan salah satu hal yang paling ingin saya tularkan kepada murid-murid saya (dan lingkungan saya) adalah ketertarikan pada buku. Selama proses KBM di ruang kelas, ada saat-saat tertentu saya mendongeng. Saya biasanya memulai dengan menayangkan film, slide atau cerita perjalanan saya mengunjungi berbagai tempat. Itu semacam trik untuk menarik perhatian sebelum kami akhirnya berdiskusi dan lanjut membahas isi buku.

Saya pernah bercerita tentang Hellen Keller, Van Gogh, Marie Curie, Google, Facebook, LHC sampai Dracula dan lain-lain. Tokoh yang saya ceritakan tidak selalu berkaitan dengan mata pelajaran yang saya ampu dan juga tidak selalu mengenai tokoh-tokoh. Saya tidak tahu apakah cara yang saya lakukan bisa menarik murid-murid saya untuk tergerak membaca. Tetapi saya sangat bersyukur ketika beberapa anak kemudian datang sambil membawa buku dan mengatakan, “Ïbu, saya baca ini gara-gara Ibu atau karena saya penasaran, atau ingin mulai membaca, dan semacam itulah. Itu awal yang bagus untuk mereka memulai mengenal buku, bukan?

Lalu, kementerian pendidikan dan kebudayaan meluncurkan gerakan literasi di sekolah. Program ini dimaksudkan untuk membudayakan membaca dan menulis dengan tujuan memperkuat budi pekerti seperti yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Dikutip dari laman educenter di sini, wujud Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah membaca selain buku pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Dengan GLS, diharapkan siswa terbiasa untuk membaca. Selanjutnya, dapat mengambil nilai-nilai moral dari buku yang dibaca.”

Menurut Unesco, dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang gemar membaca. Wow, menyeramkan juga ya?

Kembali ke Gerakan Literasi dari Kemendikbud, tidak terbatas kepada membaca dan menulis, namun juga meliputi literasi lainnya, seperti literasi perpustakaan, media, teknologi, dan lain-lain. Untuk info lengkapnya silakan di baca di link yang saya berikan di atas ya.

Kemudian sekolah bergerak, melakukan berbagai kegiatan yang mendukung gerakan literasi. Saya percaya ada banyak ide-ide yang bisa dikembangkan oleh setiap sekolah, dan jika semua sekolah berbagi mengenai ide dan gagasan mereka untuk menjalankan gerakan literasi sekolah maka kita semua bisa saling belajar. Untuk program gerakan literasi yang ada di sekolah saya, Bapak Ibu Guru bisa membacanya di laman sekolah kami di sini di kategori Gerakan Literasi.

Memang, kita tidak bisa ujug-ujug memaksa anak untuk membaca. Karena, gerakan literasi itu sesungguhnya dimulai dari rumah. Namun sekolah juga tidak bisa lepas tangan. Kita semua harus bergandengan tangan untuk membudayakan membaca dan menulis kepada generasi muda.

Sederhananya, jangan memaksa. Cari tahu dahulu hal yang mereka sukai. Kalau murid kita suka menggambar, dorong mereka untuk membuat komik atau cerita bergambar. Kalau sukanya berbicara, minta mereka bercerita melalui video blogger. Kalau sukanya menulis di whatpadd atau platform digital lainnya, biarkan mereka mengungkapkan tulisannya di sana. Kalau suka menyanyi, dorong untuk membuat lirik lagu sendiri. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan.

Jangan lupa, sekarang ini ada banyak startup digital yang dapat diajak bekerjasama untuk mendukung gerakan literasi. Beberapa diantaranya adalah Nulisbuku dan Storial.co.

Semangat membaca 🙂

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.