Belajar Tiada Henti

Pembelajaran Berbasis Coding

Saat ini sedang ramai orang membicarakan tentang pembelajaran berbasis coding. Demikian pun diantara kawan-kawan Guru. Beberapa kawan menanyakan, seperti apa pembelajaran berbasis coding itu? Apakah nantinya semua mata pelajaran mengajarkan pemrograman? Bagaimana guru-guru yang tidak bisa menggunakan komputer? Dan banyak lagi.

Saya ingin mencoba meluruskan pemahaman mengenai pembelajaran berbasis coding dari sudut pandang saya berdasarkan pada bacaan dan literatur yang saya baca dan pelajari selama ini ya. Jadi, jika ada kekurangan dan koreksi sila ditulis di kolom komentar di bawah ini. Mari kita belajar bersama-sama.

Pembelajaran berbasis coding bukan berarti semua mata pelajaran belajar bikin program ataupun segalanya serba digital dan menggunakan aplikasi. Namun, yang diadopsi dari coding atau pemrograman adalah konsep dan pendekatan pemrograman. Konsep pemrograman itu meliputi berpikir logis (logic), evaluation (evaluasi atau menguji), algoritme (urutan langkah untuk menyelesaikan masalah), patterns (pola), decomposition (menguraikan masalah besar menjadi masalah-masalah yang lebih kecil), dan abstraction (menghapus detail yang tidak diperlukan). Sementara pendekatan pemrograman meliputi thinkering, creating, debugging, persevering, dan collaborating. Baik konsep dan pendekatan pemrograman yang diadposi dalam pembelajaran tersebut juga tidak perlu dilakukan dengan menggunakan komputer.

Konsep dan pendekatan pemrograman itu sendiri sebenarnya telah diterapkan pada buku-buku untuk siswa TK. Salah satu contoh seperti ini misalnya, mengenali pola (pattern).


sumber: https://www.onlinemathlearning.com/kindergarten-pattern.html


sumber: http://www.lisbonlx.com/format/11/geometric-shapes-patterns-for-kids.html/attachment/kindergarten-worksheets-these-are-good-but-some-have-errors-so-intended-for-geometric-shapes-patterns-for-kids

Di tingkat sekolah menengah, misalnya untuk mata pelajaran bahasa indonesia, dengan materi teks prosedural. Di sana ada penerapan algoritme. Atau ketika bikin puisi, di sana ada konsep dan pendekatan decomposition dan craeting.

Untuk mata pelajaran seni rupa, ketika membuat gambar nirwana, di sana ada mengenali pola (pattern) dan proses perulangan (looping).

Kalau kita renungkan, sesungguhnya konsep dan pendekatan pemrograman itu sendiri meniru bagaimana otak kita merespon. Logika programming saat ini lebih ditingkatkan sehingga mengikuti bagaimana cara manusia berpikir. Para enginer berpikir meniru alam dan kemudian menerapkannya dalam cara kerja mesin-mesin komputer. Hm, menarik, bukan? 🙂

Jadi, ndak perlu khawatir dengan pembelajaran berbasis coding ya? Sebaliknya, ini akan menjadi kurikulum yang lebih menarik dan menyenangkan. Semoga :).

2 Comments

  1. Kreta Amura

    Sekarang semuanya serba pakai teknologi ya, keren…

    Reply
  2. sabriah

    keren, emoga

    Reply

Leave a Reply to Kreta AmuraCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.